BENTENGSUMBAR.COM - Saat lonjakan Covid-19 pada bulan Mei 2021, Indonesia juga harus menerima sektor ekonomi bakal resesi. Dilansir Badan Pusat Statistik (BPS). Laporan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal I/2020 minus 0,74 persen (year on year/yoy). Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi.
Adapun secara kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar minus 0,96 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq). Dibandingkan kuartal IV/2020, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut membaik.
Seperti diketahui, selama 3 kuartal terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami resesi. Kuartal IV/2020, ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi 2,19 persen.
Namun, hal itu telah dilalui Indonesia. Pada Agustus 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 sebesar 7,07%. Ini artinya Indonesia resmi keluar dari resesi ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 4.175,8 triliun. Sedangkan jika dilihat dari harga konstan PDB kuartal II-2021 Rp 2.772,8 triliun.
"Jika dihitung pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2021 dibanding kuartal I-2021 tumbuh 3,31%. Sedangkan jika dibandingkan kuartal II-2020 atau pertumbuhan secara tahunan 7,07%," jelas dia dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/8/2021).
Memang, tahun lalu Indonesia masuk ke dalam jurang resesi akibat ekonomi yang terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Walaupun sudah tumbuh positif dan keluar dari zona resesi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan Indonesia masih harus tetap waspada. Hal ini karena COVID-19 varian delta masih menyerang di sejumlah sektor yang daya tahannya kurang akibat COVID-19.
"Kewaspadaan kita masih sangat tinggi terutama karena kita lihat masih ada sektor yang akan terpengaruh karena adanya COVID-19 secara sangat tidak proporsional. Ada sektor yang memiliki resiliensi yang lebih tinggi dan oleh karena itu kita berharap akan terus terjaga," kata Sri Mulyani.
Menurutnya, sejak pandemi terjadi belanja pemerintah menjadi penopang dalam pemulihan ekonomi nasional. Konsumsi rumah tertekan akibat penurunan signifikan mobilitas masyarakat. Investasi dan ekspor juga awalnya sulit karena kontraksi ekonomi juga terjadi pada mitra dagang utama Indonesia.
"Diharapkan ke depan ekonomi tidak lagi hanya tergantung pada satu mesin pertumbuhan belanja pemerintah (APBN)," ujarnya.
Fokus pemerintah kini adalah meredam penyebaran kasus covid-19 dan melanjutkan pemulihan ekonomi. Varian baru dari covid memang patut untuk disikapi serius dikarenakan mampu menyebar dengan cepat di masyarakat.
"Kita harus mampu mengendalikan Covid-19 varian Delta agar tidak mengancam momentum pemulihan ekonomi - terutama konsumsi, investasi dan ekspor," kata Sri Mulyani.
Presiden Joko Widodo menyebut bahwa Indonesia telah melampaui berbagai resesi dan krisis yang bertubi-tubi sejak merdeka. Namun, ujian itu selalu berhasil dilampaui. Hal itu Jokowi sampaikan dalam Sidang Tahunan MPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021).
"Resesi dan krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka juga berhasil kita lampaui," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, perjalanan Indonesia telah melalui etape-etape ujian yang berat. Namun, bangsa ini berhasil melampauinya. Kemerdekaan Republik Indonesia pun bukan diperoleh dari pemberian ataupun hadiah, tetapi direbut melalui perjuangan di semua medan. Perang rakyat, perang gerilya, dan diplomasi di semua lini dikerahkan. Upaya ini membuahkan kemerdekaan bangsa.
Berkaca dari perjuangan kemerdekaan, Jokowi yakin setiap ujian memperkokoh fondasi sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi RI. "Setiap etape memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan kita," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPR Puan Maharani penanganan pandemi Covid-19 yang makin baik akan menjamin aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Namun, meningkatnya kegiatan masyarakat harus disertai disiplin dalam mengimplementasikan protokol kesehatan dan vaksinasi.
"Keberhasilan penanganan Covid-19 menjadi kunci pertumbuhan ekonomi ke depan," ujar Puan lewat keterangan tertulisnya, Jumat (7/8).
Ia menggarisbawahi data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen (year on year/yoy). Konsumsi rumah tangga menyumbang hampir separuh pertumbuhan ekonomi.
"Pemerintah perlu menjaga capaian ini dengan juga tetap menjaga daya beli masyarakat dan program pemulihan ekonomi nasional," ujar Puan.
Ia meminta agar program pemulihan ekonomi nasional untuk masyarakat terus dilaksanakan. Seperti bantuan tunai ke masyarakat, bantuan sembako, bantuan modal kerja usaha, serta dukungan pemulihan kepada dunia usaha.
Dari sisi belanja pemerintah, juga perlu dipertajam untuk penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan sosial dan ekonomi masyarakat. Termasuk penyerapan anggaran pemerintah daerah dalam penanganan pandemi.
"DPR bersama pemerintah menyusun kapasitas fiskal RAPBN 2022 yang akan datang, agar dapat mengantisipasi ketidakpastian pandemi Covid-19," ujar Puan.
Laporan: Mela
« Prev Post
Next Post »