"Oposisi gaya doang. Zaman pak SBY partaiku masuk kabinet, aku tetap ribut karena mandatku dari rakyat untuk bicara. Pimpinanku maklum," tulis Fahri Hamzah bercerita masa lalu, Selasa 31 Agustus 2021.
Namun, zaman Presiden Jokowi partai Fahri kala itu memilih menjadi oposisi. Ia pun ribut dan pimpinan partainya gelisah.
"Inilah awal sengketaku," ungkap Fahri Hamzah.
"'Tolonglah omongan agak dijaga, pimpinan ini kan pernah jadi bagian pemerintah, pasti ada salahnya, kalau ada apa2 kan partai juga kena', kata bos ku dulu," tambah Fahri.
Lalu, Fahri pun bertanya kenapa harus diam mengatakan kebenaran sebagai wakil rakyat.
"Jadi oposisi, punya imunitas, tanpa keberanian berbeda secara subtantif dan tanpa keberanian menggunakan hak-hak yang melekat, hanyalah omong kosong," ujar dia.
Menurut dia, oposisi pencitraan seperti itu tidak ada gunanya. Sebab, ujungnya selalu kompromi. Rakyat ditinggal sendiri.
"Trus kita yang belum dapat mandat rakyat ini dipersalahkan karena gak oposisi, lah caranya gimana?" lanjut dia.
"Pertama caranya gimana, kedua akibatnya siapa yg tanggung sementara kalian yang digaji besar-besar dengan kekebalan kok adem ayem?" sambung dia.
Ia pun menagih suara oposisi hingga gebrakannya.
"Mana suara kalian? Mana gebrakan yang menggetarkan?" kata dia.
"Oposisi gaya doang, andalannya media sosial, lah apa guna suara rakyat yang ada pada kalian? Nanti bilang 'kami minoritas, kalah voting', yah minta mayoritas mau berapa pemilu lagi?" sindir Fahri.
Fahri pun mengatakan jika oposisi maunya besar tanpa ide yang akhirnya minta suara lagi. Oposisi juga sudah tidak berani, tidak mengerti, dan tidak kreatif juga.
"Oposisi itu berat sayang, kamu gak sanggup, biar aku aja," tutupnya. (isubogor)
« Prev Post
Next Post »