Ganda Putri Terbaik Bangsa dalam Ajang Paralimpiade Tokyo 2020

Ganda Putri Terbaik Bangsa dalam Ajang Paralimpiade Tokyo 2020
SERASA sebuah anugerah luar biasa bagi negeri yang sedang dilanda kalut pandemi. Putri bangsa terbaik Indonesia lagi-lagi menghadiahkan medali emas. Namun kali ini di ajang Paralimpiade Tokyo 2020.


Setelah sebelumnya ganda putri Apriyani Rahayu/Greysia Polii membawa pulang emas di Olimpiade Tokyo 2020, kini giliran pasangan Leani Ratri Oktila/khalimatus Sa'diyah mempersembahkan emas pertama Indonesia di ajang Paralimpiade Tokyo 2020, setelah menang atas wakil China Cheng Hefang/Ma Huihui.


Akhirnya, empat dekade lebih Indonesia baru “pecah telor” meraih emas di ajang tersebut. Senny Marbun, Ketua NPC Indonesia pun mengungkapkan kebanggaannya. Menurut dia, sejak pertama kali datang ke Tokyo, medali emas lah yang diharapkan.


Terlebih lagi, cabang olahraga bulutangkis baru pertama kali ini diselenggarakan sepanjang sejarah Paralimpiade. Kemenangan ini pun menjadi coretan sejarah yang akan selalu dikenang.


Sepak terjang Leani Ratri pun tak berhenti di ganda putri. Dia kembali meraih medali emas bersama Hary Susanto pada partai ganda campuran SL3-SU5, Minggu, 5 September 2021.


Bertanding di Yoyogi National Stadium, Hary/Leani tampil sangat solid dan berhasil mengalahkan pasangan Perancis, Lucaz Mazur/Faustine Noel, di partai final. 


Hary/Leani sukses meraih kemenangan straight game dengan skor 23-21 dan 21-17. Bagi Leani Ratri, ini adalah medali emas keduanya di Paralimpiade Tokyo 2020. 


Secara keseluruhan, Leani Ratri sudah mempersembahkan total tiga medali untuk Indonesia setelah dia meraih medali perak pada nomor tunggal putri SL4.


Kali itu, Leani Ratri harus mengakui keunggulan wakil China, Cheng Hefang, dengan skor akhir 19-21, 21-17, dan 16-21. Dengan demikian, secara keseluruhan tim parabadminton Indonesia sukses membawa pulang total enam medali dari Tokyo.


Kerja keras berbuah emas


Leani Ratri mulai menekuni bulutangkis pada usia 7 tahun dan bercita-cita menjadi atlet bulutangkis. Lalu pada 2011, perempuan berusia 30 tahun ini mengalami kecelakaan sepeda motor yang merusak kaki kirinya, menyebabkannya kakinya menjadi 7cm lebih pendek dari kaki kanannya.


Namun kejadian naas tersebut tak membuat perempuan kelahiran 6 Mei itu patah arang. Hanya selang dua tahun setelahnya, dia bergabung dengan timnas para-bulutangkis.


Dalam sebuah wawancara, Leani Ratri pernah mengatakan bahwa dirinya terbiasa bertanding hingga enam kali dalam satu hari. Ketika pemain lain langsung pulang ke hotel atau rumah, dia justru masih berada di lapangan. 


Ia pun sering membawa alas, bantal, dan pakaian ganti, lalu beristirahat di toilet. Bahkan, dia mengaku kerap tidur di dalam toilet. Tiga jam lamanya dia tidur di sana, lalu bangun dengan kondisi lebih segar dan siap bertanding kembali.


Tak mengherankan, Leani Ratri berkali-kali meraih prestasi dalam kompetisi internasional. Di Asian Paragames dia mendapat emas pada ganda campuran pada 2014 di Incheon, serta medali emas lain pada nomor ganda putri dan ganda campuran di Jakarta 2018.


Kemudian di Asean Paragames dia mendapat emas tunggal putri dan ganda putri di Singapura 2015, serta emas ganda putri dan ganda campuran di Kuala Lumpur 2017.


Sementara itu, pasangannya di Paralimpiade Tokyo 2020, Khalimastus Sa’diyah juga tak kalah berprestasi. Perempuan yang akrab disapa Alim ini telah menekuni bulutangkis sejak kelas 5 SD.


Pada awal-awal terjun ke dunia badminton, Alim tidak mau bermain di kelas disabilitas karena merasa mampu bertanding di kelas biasa. Namun satu waktu, dia diminta mengikuti kejuaraan Pekan Paralympic Pelajar Nasional tahun 2013.


Sejak itu, perempuan kelahiran 17 September 1999 ini mulai bertanding di klasifikasi SL4. Dia pun memenangkan kejuaraan itu dengan membawa pulang medali emas. Lalu, Alim memutuskan untuk  bergabung dengan NPC Indonesia dan mengikuti program pelatihan nasional di Kota Solo.


Deretan prestasinya membanggakan. Dia meraih medali emas di sektor ganda putri SL3-SU5 pada China Para Badminton Internasional 2019. Lalu mendapat medali emas di sektor ganda putri pada Forza Iris Para Badminton Internasional 2019.


Perlu diketahui, sebelumnya Komite Paralimpiade Indonesia (NPC Indonesia) hanya menargetkan 1 medali emas dan 3 medali perunggu dari Paralimpiade Tokyo 2020.


Target 1 medali emas dan 1 medali perak diberikan kepada timnas para bulu tangkis yang akan menjalani debut pada Paralimpiade.


Di luar dugaan, rombongan atlet paralimpiade Indonesia berhasil membawa pulang medali lebih banyak dari yang ditargetkan. Total sembilan medali diraih Indonesia dengan rincian 2 medali emas, 3 medali perak, dan 4 medali perunggu.


Para bulu tangkis mampu mengamankan 2 medali emas ditambah 2 medali perak dan 2 medali perunggu. 


(Elsa – Anggota Perempuan Indonesia Satu)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »