Naiknya Elektabilitas AHY Tidak Sebanding dengan Partainya yang Sedang Kisruh

BENTENGSUMBAR.COM - Tidak hanya elektabilitas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mengalami peningkatan, elektabilitas Partai Demokrat pun turut menunjukan hasil positif.

Pasalnya, survei yang dilakukan New Indonesia Research & Consulting menempatkan Partai Demokrat pada posisi tiga besar dengan menggeser Partai Golkar dan berselisih tipis dari Partai Gerindra di urutan kedua.

Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 21 hingga 30 Juli 2021 melalui sambungan telepon kepada 1.200 orang responden yang dipilih secara acak dari survei sebelumnya, yaitu 2019 dengan margin of error sekira 2,89 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Sementara itu, survei yang dilakukan New Indonesia Research & Consulting turut menunjukkan elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang mampu mengungguli Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.

"Di tengah perang baliho politisi, elektabilitas Puan Maharani dan Airlangga masih jauh tertinggal, justru AHY yang paling berkibar," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono.

Hasil survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan adanya peningkatan elektabilitas tiga politisi, yaitu AHY, Puan Maharani, dan Airlangga Hartarto.

Tren kenaikan elektabilitas AHY telah diketahui sejak dilakukannya survei pada Mei 2021. Awalnya, elektabilitas anak sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu hanya sekira dua persen.

Namun, angka itu naik menjadi lima persen, sementara elektabilitas Ketua DPR Puan Maharani naik dari 1,1 persen menjadi 1,4 persen begitu pula dengan Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar dengan elektabilitas 1,3 persen.

Kisruh partai

Tren positif AHY untuk nyapres tidak seirama dengan partai Demokrat. Pasalnya, partai berwarna biru itu sedang kisruh dan terbagi dua. Kubu AHY dan Kubu Moeldoko. 

Pengamat politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati, menilai, pihak yang mencari perhatian dari kisruh Partai Demokrat ialah faksi yang tengah berkuasa di internal partai. Dia melihat adanya postpower syndrome yang dialami oleh Partai Demokrat.

"Kalau tadi dibilang untuk ajang cari perhatian sebenarnya yang cari perhatian itu adalah faksi yang berkuasa sekarang," ujar Wasisto lewat sambungan telepon, Senin (1/3).

Dia menjelaskan, partai lain, seperti Golkar, PPP, dan PKB juga sempat menghadapi kisruh. Namun, kata dia, dapat terlokalisasi di area internal partai saja. Beda dengan yang terjadi di partai yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu.

"Yang kita simak di sini kan kisruh internal di partai sebelumnya itu kan lebih terlokalisir di area internal. Tidak berupaya untuk mencari perhatian di luar gitu," jelas dia.

Wasisto melihat apa yang terjadi di Partai Demokrat saat ini merupakan gejala postpower syndrome. Secara psikologis partai yang selama hampir 10 tahun berkuasa di pemerintahan itu bisa saja merasa gelisah ketika harus berada di luar pemerintahan.

"Mereka sekarang berada di luar pemerintahan tentu secara psikologis itu dapatkan seuatu kegelisahan, 'kok sekarang tidak ada yang mau memberi perhatian,'" jelas dia.

Sebelumnya, Forum Pendiri Partai Demokrat menyatakan akan segera melakukan Kongres Luar Biasa (KLB). Menanggapi itu Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syariefuddin Hasan meminta agar eks kader yang menamakan forum pendiri Partai Demokrat tersebut sadar.

"Bagi saudara-saudara saya yang sudah tidak menyandang lagi sebagai kader Partai Demokrat cukup berhentilah sampai di sini. Sadar, bahwa ada teman-teman yang memang betul-betul pendiri," kata Syarief

Sementara itu, Pakar Politik Universitas Diponegoro (Undip), Teguh Yuwono melihat, konflik di tubuh Demokrat ini tidak lepas dari memudarnya karisma Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Saya melihat di KLB, karisma SBY mulai memudar setelah dia tidak menjabat presiden. Selain itu diperkirakan jauh-jauh hari telah menyiapkan anak emas untuk memimpin Demokrat. Itu yang menjadi kader tidak lagi tegak lurus atas kepemimpinan yang sekarang," kata Teguh Yuwono di Semarang, Jumat (19/3).

Dia menyebut, keputusan SBY yang memutuskan AHY melanjutkan kepemimpinan Demokrat harus dihormati para kader. Bila persoalan internal partai tidak bisa dikendalikan secara baik, maka bisa menjadi bom waktu sendiri.

"Mestinya keputusan SBY hingga sekarang harusnya loyal. Kalau orangnya saja masih, kader berani melawan gitu artinya loyalitasnya semu, tidak sekuat yang dibayangkan," ujarnya.

Dengan begitu, AHY bisa saja tersingkir dari kandidat capres 2024 jika partainya masih kisruh. Lagi pula, AHY harus menjalani proses yang panjang untuk bisa menduduki istana. 

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »