Puan Maharani Sorot Gaji Perempuan Lebih Rendah Daripada Laki-Laki: Negara Tak Mungkin Maju Kalau Perempuannya Tertinggal

BENTENGSUMBAR.COM - Kesenjangan gender masih terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari besaran gaji perempuan yang cenderung lebih kecil. Dalam banyak kasus, perempuan dibayar lebih rendah untuk pekerjaan yang sama dengan laki-laki.

Selain pandemi Covid-19, faktor lain yang membuat kesenjangan tersebut kian lebar adalah kenyataan bahwa hingga kini laki-laki masih mendominasi posisi atau jabatan tinggi dalam suatu perusahaan. 

Hal tersebut semakin berdampak pada ketimpangan pendapatan antara perempuan dan laki-laki. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi memaparkan laporan International Labour Organization (ILO) terkait ketimpangan ini.

Data ILO menyebutkan, pekerjaan bergaji tinggi di Indonesia lebih banyak dikuasai oleh pria daripada perempuan. Hanya sekitar 30% posisi manajerial atau supervisory yang diduduki oleh perempuan.

“Sedikit sekali yang sampai ke posisi direksi, bahkan di posisi yang sama dan dengan tingkat pendidikan yang sama. Penghasilan karyawan perempuan lebih rendah 23% dibandingkan rekan kerja mereka yang laki-laki,” kata Inarno dalam sebuah seminar daring.

Hal tersebut sejalan dengan laporan The Conversation yang menyebutkan, perempuan Indonesia, terutama yang berusia di bawah 30 tahun, mengalami perbedaan pendapatan yang signifikan bila dibandingkan dengan laki-laki.

Namun ketika perempuan telah mencapai usia di atas 30 tahun, dengan posisi manajerial di kantor, perbedaan ini kian menipis. Masalahnya, tak banyak perempuan yang bisa menembus ke posisi ini.

Sementara itu, berdasarkan data The Global Gender Gap Index 2020 dalam World Economic (WEP), Indonesia berada pada peringkat 85 dari 153 negara dengan tingkat partisipasi perempuan dalam dunia kerja. 

Inarno menilai pencapaian tersebut masih sangat rendah dari yang seharusnya. Dia menilai, perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan pria dalam semua sektor bisnis.

“Perempuan terbukti bisa bekerja sebaik laki-laki dan bisa memimpin dengan baik. Oleh karena itu, (perempuan) juga harus dihargai sama secara adil,” ucap dia. 

Kesenjangan gaji antara laki-laki dan perempuan ternyata tak terjadi di dalam negeri saja. Dilansir dari World Economic Forum, pada tahun 2018, secara global, perempuan hanya dibayar sebesar 63% dari upah laki-laki. Artinya, ketimpangan ini terjadi di berbagai negara secara massif.

Penyebab kesenjangan

Kesenjangan gender memang masih terjadi di lingkungan kerja. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) melaporkan terjadi beberapa tindakan pelanggaran hak perempuan di tempat kerja. 

Contohnya adalah pemberian gaji yang lebih rendah daripada laki-laki, PHK pada perempuan hamil, tidak diberikannya cuti haid, kurangnya fasilitas bagi para pekerja perempuan untuk memberikan ASI, dan sebagainya.

Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang Puspayoga berujar, realita di lapangan menunjukkan saat ini perempuan masih tertinggal dibandingkan laki-laki di berbagai bidang, baik di pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga keterwakilan dalam politik.

Menurut Bintang, komplikasi perwujudan kesetaraan gender di Indonesia sejalan dengan timpangnya akses partisipasi kontrol serta kesempatan memperoleh manfaat antara perempuan dan laki-laki.

“Salah satunya dipicu oleh nilai patriarki dan konstruksi sosial di masyarakat,” kata dia.

Kondisi tersebut semakin parah sejak pandemi Covid-19, yang menyebabkan perempuan kian terdampak ketimpangan yang melebar ini. Pasalnya, perempuan lebih banyak bekerja di sektor informal yang justru paling terdampak pandemi.

Padahal, perempuan berpotensi membantu mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Dia berkeyakinan, perempuan memiliki peran dan kemampuan dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi global.

“Jika perempuan diberikan peran lebih besar, hal ini akan mempercepat proses pemulihan ekonomi global di suatu negara. Womenomics atau pelibatan lebih besar perempuan dapat menjadi penggerak ekonomi, baik dalam masa normal ataupun krisis,” tutur eks Menko PMK ini.

Oleh karena itu, Puan selalu mengingatkan semua pihak agar menyertakan perempuan dalam seluruh proses pembangunan. Dia pun percaya sebuah negara tidak mungkin sejahtera dan maju jika para perempuannya tertinggal.

Politikus PDI Perjuangan ini menilai, partisipasi perempuan seharusnya bukan sekadar kebijakan afirmatif, melainkan kesadaran atas penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

“Saat ini, perempuan telah banyak aktif dan mengambil peran strategis dalam setiap kegiatan pembangunan di segala bidang. Mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan hidup, olahraga, ilmu pengetahuan, riset, dan lainnya,” ujar dia.

Di sisi lain, Puan turut mendorong agar perempuan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya demi menghadapi tantangan masa depan. Dia juga menekankan pentingnya perempuan untuk mampu mengorganisir sehingga menghasilkan kepemimpinan perempuan yang inspiratif.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »