Lubuak Batu Palimauan Pemandian Bersejarah Yang Kini Hanya Tinggal Kenangan

Lubuak Batu Palimauan Pemandian Bersejarah Yang Kini Hanya Tinggal Kenangan
KABUPATEN Padang Pariaman merupakan sebuah daerah yang memiliki potensi-potensi wisata yang mumpuni. Hampir disetiap kecamatan punya potensi alam untuk dijadikan objek wisata. Jika kita berkunjung ke Lubuak Aluang ada objek wisata tapian puti dan lubuk nyarai. Lubuak Nyarai sendiri kini sudah mendunia. Seterusnya jika kita berkunjung ke kecamatan 2 x 11 Kayutanam ada objek wisata Lubuak Bonta, Puncak Anai, kemudian di Kecamatan V Koto Timur ada air terjun pincuran tujuah. Selanjutnaya jika kita berkunjung pula ke kecamatan Sungai Geringging ada objek wisata air terjun air terjun batu basurek.


Banyak tempat-tempat wisata yang ada di Padang Pariaman hingga saat ini masih belum dikelola dengan baik. Salah satunya pemandian Lubuk Batu Palimauan, persis berada di Korong Tandikek Asli dan Korong Air Kelok Nagari Tandikek Utara, Kecamatan Patamuan Kabupaten Padang Pariaman. Lubuak Batu Palimauan ini berada diantara dua kampung, jadi akses jalan ke tempat ini bisa melalui Korong Tandikek Asli dan juga bisa melalui Korong Air Kelok. Akses jalan kesini bisa dilalui dari Padang menuju arah Bukittiingi terus melaju ke arah Sicincin, Terus melaju sert abelok ke arah Koto Mambang, terus ke arah Malalak dan Belok kanan ke arah pemandian Lubuk Batu Palimauan. Dahulu ada baliho yang terpasang di persimpangan pemandian Lubuak Batu Palimauan ini tetapi sekarang sudah tidak ada lagi. Baliho tersebut bertujuan untuk memudahkan para pengunjung mudah mengakses ke arah tempat pemandian ini.


Di pemandian ini terdapat 7 lubang batu yang diyakini sebagai tempat balimau oleh Khatib Sangko. Lubang tersebut berbentuk mangkok. Khatib Sangko sendiri adalah orang yang menyebarkan agama islam di Nagari Tandikek. Sekarang sudah ada mesjid yang dahulunya terkenal dengan mesjid Mudiak Padang sekarang dinamakan mesjid Syekh Khatib Sangko yang dibangun tahun 2018 oleh Bupati Padang Pariaman ketika itu. 


Tempat pemandian Lubuak Batu Paliamaun ini bukan saja tempat pemandian biasa tetapi  tempat pemandian bersejarah yang ada di Nagari Tandikek Utara. Khatib Sangko mulai mengajak  masyarakat di  Nagari Tandikek tahun 1621 M memeluk agama islam.  Sebelum diislamkan, Khatib Sangko menyuruh penduduk yang ingin  menganut agama Islam terlebih dahulu mandi di Lubuak Batu Palimauan ini. Orang tersebut mandi dan dilimaukan oleh Khatib Sangko sebelum mengucapkan kalimat Syahadat sebagai pertanda masuk agama Islam. Ramuan limaunya ditempatkan di lubang yang 7 tersebut. Pemandian nan bersejarah ini yang juga merupakan tempat pemandian syiar islam yang ada di Nagari Tandikek. Sekarang Lubang yang 7 tersebut hanya ditemukan 6 lubang. Begitu sejarahnya pemandian ini begitu asri, dingin, sejuk dan dipadati pengunjung pada masanya.


Tempat pemandian ini dibuka pada tahun 2016, pada tahun tersebut mulai dibuka tetapi baru sedikit pengunjung yang datang ke lokasi pemandian. Puncak kepadatan pengunjung terjadi pada tahun 2017 sebelum lebaran. Tempat pemandian ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan baik yang berasal dari Kabupaten Padang Pariaman maupun luar kabupaten. Banyak harapan masyarakat menggantungkan ekonomi mereka terhadap kawasan ini karena tempat wisata adalah tempat yang digunakan untuk menunjang sektor perekonomian.


Tahun 2017 tersebut setiap harinya sekitar 200-an orang atau lebih berkunjung ke pemandian ini, biaya yang diperlukan bagi masyarakat di tempat pemandian ini hanya 5 ribu saja untuk biaya parkir motor. Tempat pemandian ini seperti yang sudah dikatakan diatas bisa menjadi obat rematik penyakit kulit lainnya. Makanya di tempat ini ramai dikunjungi karena bisa menjadi obat tersendiri bagi masyarakat yanga ingin mandi dan juga berobat.


Masyarakat disini juga sudah menggantungkan sektor perekonomian mereka disini misalnya dengan berjualan di area sekitar pemandian, berjualan di area parkir dan berjualan di area jalan ke lokasi pemandian. Masyarakat berharap sangat pada saat itu untuk membuka kedai atau warung di tempat pemandian ini. Ada juga masyarakat yang berinisiatif membeli ban mobil(benen mobil) untuk disewakan pada saat itu. Saat itu setiap harinya pengunjung sudah dikatakan meledak karena Lubuak itu sendiri tidak bisa lagi menampung kapsitas orang yang mau mandi.


Begitu banyaknya orang yang ingin mandi di lubuak ini akan tetapi semua itu bertahan hanya beberapa bulan saja. Beberapa bulan kemudian ada salah seorang warga atau oknum masyarakat yang tidak senang dengan pemandian ini, dia mencoba mengklaim tanah tempat pemandian itu dengan tanahnya maka dia menutup akses jalan ke tempat pemandian makanya tempat pemandian ini ditutup sementara akibat sengeketa tanah yang dilakukan masyarakat.


Kemunduran tempat pemandian ini juga disebabkan oleh air bah yang mengahadang dan menghanyutkan warung warga yang dibuat disekitar pemandian. Kejadian air bah ini setelah oknum masyarakat tersebut melarang aktifitas pemandian ini.


Faktor lain yang menjadi penyebab kemunduran tempat wisata ini adalah tidak adanya pengelolaan yang baik dilakukan masyarakat. Akses jalan terbagi menjadi dua juga menjadi alasan tempat pemandian ini sekalian akan mati karena di Korong Tandikek Asli tempat pemandian ini tidak dipungut biaya parkir itulah mengapa banyak wisatawan yang masuk melalui jalur ini. Itulah sebabnya pemandian ini tidak bisa mengembangkan potensinya dengan baik.


Sekarang Lubuak Batu Palimauan hanya tinggal kenangan, harapan kedepannya baik pemerintah Nagari Tandikek Utara maupun pemerintah Kabupaten Padang Pariaman agar tempat wisata yang memiliki potensi-potensi agar dikembangkan agar tempat wisata ini bisa juga menjadi landasan sektor perekonomian kedepannya. Menurut hemat penulis tempat wisata kalau pengelolaan nya baik, jelas struktur-nya dan tidak dicampur aduk  dengan masalah sengketa lahan dan lain-lain, tempat wisata tersebut akan menjadi maju. Untuk itu pemerintah Kabupaten mulailah melihat tempat wisata yang niscaya memberikan potensi agar Kabupeten kita maju untuk kedepannya.


*Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid  Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas  Patamuan Tandikek

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »