Mahasiswa yang Dibanting Polisi Masih Sehat, Dokter Eva: Jangan Lega Dulu, Pastikan MRI

BENTENGSUMBAR.COM – Mahasiswa dari berbagai kampus di Banten menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Bupati Tangerang di Tigaraksa.

Aksi yang diselenggarakan bertepatan dengan hari ulang tahun (HUT) Banten ke-21, Rabu 13 Oktober 2021 tersebut berakhir ricuh. 

Bahkan, viral video seorang pengunjuk rasa dibanting keras oleh polisi dan diijak polisi lainnya.

Video yang menggambarkan mahasiswa dibanting polisi saat demo mendapat tanggapan prihatin dari berbagai pihak. Namun, selang beberapa jam kemudian, ada klarifikasi bahwa mahasiswa yang dibanting itu dalam keadaan sehat.

Padahal sesaat setelah dibanting dan diinjak, mahasiswa pengunjuk rasa itu sempat terlihat kejang-kejang.

Sebagai seorang ahli kesehatan, Dokter Eva Sridiana Chaniago menanggapi, jangan lega dulu dengan kondisi sehat saat ini. Mahasiswa korban dibanting polisi itu seharusnya diperiksa secara menyeluruh.

“Jangan lega dulu. Pastikan MRI dulu. Dibanting sekeras gitu, di aspal keras, sampai kejang-kejang,” ungkap Dokter Eva sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @_Sridiana_3va, Rabu 13 Oktober 2021.

MRI yang dimaksud Dokter Eva adalah magnetic resonance imaging atau pencitraan resonansi magnetik. Ini adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Gambar dari hasil MRI dapat membantu dokter mendiagnosis berbagai masalah kesehatan.

“Kalau dalam ilmu bela diri yang saya pelajari, bantingan itu memang tujuannya mematahkan tulang punggung lawan,” sambung Dokter Eva.

Dokter spesialis paru yang belakangan namanya sering disorot karena lantang menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya ini mendoakan mahasiswa yang menjadi korban pembantingan seorang oknum polisi.

“Semoga kamu sehat-sehat saja, Bang. Jika tidak, makin banyak rakyat yang benci aparat,” ujar Dokter Eva.

Satu jam sebelum cuitan di atas, Dokter Eva juga sudah menanggapi aksi mahasiswa yang berakhir ricuh hingga ada yang dibanting polisi.

“Kok sadis banget, ya? Sempat patah tulang punggung dan syarafnya. Bisa cacat permanen itu orang, Bro! Kayak film aja, main banting-banting anak orang,” ujar Dokter Eva.

Cuitan terdahulunya ini, bahkan ikut dikomentari aktivis sosial politik yang kerap bersuara keras, Nicho Silalahi.

“Dulu waktu aku masih menjadi karateka, maka itu tehnik bantingan yang dilarang. Bantingan seperti itu sangat fatal, bisa mengakibatkan korban lumpuh permanen hingga mati di tempat,” ujar Nicho Silalahi.

Salah seorang netizen @bowie_mas juga menyarankan pemeriksaan menyeluruh. Menurutnya, mahasiswa korban pembantingan harus MRI syaraf tulang belakang.

Gejala penyakit seperti syaraf kejepit mungkin terjadi bukan saat ini, tetapi beberapa tahun kemudian. (Seputartangsel)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »