Fungsi Seni Pertunjukan Indang di Pariaman

KESENIAN indang di Pariaman terus mengalami perkembangan. Untuk itu bahasa yang ada dalam indang juga harus meningkat, terutama menyikapi zaman hari ini. Bahasa indang adalah bahasa sastra, terutama sastra Minangkabau. Maka pembinaan pengembangan bahasa terhadap kelompok indang, terutama tukang dikie dan tukang karang perlu diadakan. Tujuan dari artikel ini adalah mengetahui fungsi indah sesuai juga dengan fungsi seni pertunjukan dalam masyarakat.

Sebagai kesenian tradisional yang menghargai alam sebagai gurunya, indang selalu mengikuti perubahan yang terjadi pada alam lingkungannya tersebut. Mereka berusaha menempatkan diri dalam alam yang mengalami perubahan. Masyarakat tradisional melihat alam sebagai suatu tatanan yang selaras dan telah diatur oleh suatu kekuatan di luar kekuatan manusia dan mereka berada dalam tatanan keseimbangan itu. Fungsi utamanya Upacara adat dan upacara keagamaan seperti upacara tabuik dan upacara peringatan wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tanggal 10 Muharram.

Ada beberapa fungsi pertunjukan indang diantaranya:

Fungsi hiburan

Fung dari  Indang sendiri yaitu sebagai media penghibur bagi masyarakat. Hal ini berkaitan juga dengan fungsi seni pertunjukan itu sendiri. Dengan melaksanakan indang biasanya orang tua (sesepuh) akan melihat indang itu sendiri.

Fungsi ekonomi 

Di Pariaman indang  biasanya juga terdiri atas ekonomi juga karena dengan sekali penampilan Indang akan dikenakan biaya untuk menjemput indang itu tersendiri. Biaya ini ditanggung oleh kampung-kampung. Dijemput grup indang agar mau tampil di kampung kita untuk mengisi acara yang ada misalnya alek nagari.

Fungsi Estetik

Tari Indang memiliki keindahan tersendiri melalui gerakan, hal ini juga melihat ke estetikan fungsi dari indang itu sendiri

Gerakan indang yang serasi membuat pertunjukan ini juga sangat menarik untuk dilihat oleh semua masyarakat

Fungsi Pendidikan

Sanggar indang itu adalah wadah untuk mendidik generasi muda agar melestarikan kesenian tradisi yang ada di Minangkabau

Pesan yang disampaikan didalam indang juga merupakan sebuah pembelajaran yang penting misalnya pantun yang ada dalam indang itu sendiri memiliki makna tersendiri yang diaplikasikan ke dalam kehidupan.

Sarana pendidikan untuk memberikan edukasi pada pelajar mengenai nilai-nilai dan ajaran Islam.

Fungsi Sosial

Sosial di sini dapat dikatakan bahwa dengan adanya indang dibersamai dengan Alek nagari membuat sosial kemasyarakatan dalam alek nagari itu sendiri. Dengan adanya indang membuat masyarakat berbodondong untuk melihat seni tradisi ini. Kalau kita hubungan tentu ada interaksi antara sesama masyarakat ketika pertunjukan ditampilkan. Bersilaturahmi antara sesama penonton, pemain dan lain-lain agar mempererat tali silaturahmi. Terjalin hubungan sosial antara penonton dengan penonton dan pemain dengan pemain.

Fungsi Religius

Sebagai media dakwah, tari indang mengundang beberapa elemen pendukung yang bernafaskan budaya agama Islam. Seni tari ini kerap disuguhkan atau dipertunjukkan bersama iringan sholawat Nabi atau syair yang mengajarkan nilai keIslaman.

Indang Memiliki kata-kata yang mengandung unsur agam didalamnya. Misalnya tukang dikie indang mengatakan "dengan Bismilah tulah indang nak kami mulai iyolai"  hal ini menunjukan bahwa  didalam seni pertunjukan tentu tidak lepas dari ajaran agama. hal ini berfungsi agar setiap memulai sesuatu itu dengan Bismillah. Itu pesan religius dapat disampaikan melalui Indang Tersebut.

Fungsi Pariwisata

Sarana hiburan dan pertunjukan untuk menyambut tamu kehormatan, baik tamu dari dalam negeri maupun mancanegara. Untuk pariwisata agar daerah kita dilirik oleh orang luar agar tahu bagaimana daerah kita itu sendiri.

Begitulah Fungsi Tari Indang Di Pariaman. Memang tari indang  Di Pariaman hingga saat ini masih menjadi sebuah seni pertunjukan di Pariaman yang memiliki fungsi sesuai juga dengan seni pertunjukan yang ada pada umumnya. Fungsi indang ini masih berlaku didalam masyarakat hingga sekarang, hal ini membuat indang tentu masih tereksis hingga sekarang tetapi pandemi Covid-19 memiliki kata lain. Covid-19 menjadi faktor yang paling utama tarian indang ini seakan tidak ada berbarengan dengan  melemahnya seni pertunjukan yang ada di Pariaman khususnya. Tempat penampilan ini juga berpengaruh terhadap kelangsungan tari Indang ini sendiri. Karena tidak adanya Alek Nagari membuat indang ini kurang eksis di tengah masyarakat hingga saat ini. Covid menjadi faktor penyebab indang kurang begitu eksis di tengah masyarakat.

*Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid , Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas  Patamuan Tandikek.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »