Jenis-jenis Silat yang Masih Bertahan di Pesisir Selatan

DI Pesisir Selatan (Pessel) masih bertahan sejumlah jenis silat. Jenis silat yang masih diwarisi oleh generasi sekarang pada umumnya terbagi menjadi dua. Sebagian mewarisi silek harimau dan sebagian lagi adalah silek luncua.

Silek harimau banyak berkembang di kawasan Balai Selasa, Linggo Sari Baganti, Lengayang, Batang Kapas IV Jurai, Bayang dan Sutera. Sementara silek luncua bertahan di Lengayang, Surantiah, Batang Kapas dan sebagian Balai Selasa. Sementara di kawasan Tarusan jenis silek yang berkembang adalah silek Lintau dan Silek Kumango.

Namun, pada umumnya perguruan silek di pesisir selatan tidak terpublikasi dengan baik. Di Pesisir Selatan tradisi menurunkan ilmu silek ini biasanya dari mamak ke kemenakan atau setidaknya silek diperoleh dari keluarga terdekat.

Hanya satu dua murid silek yang sengaja datang dari luar untuk belajar, atau Cuma orang-orang yang ingin belajar silek saja dan beliau mencari guru siapa yang bisa mengajari.

Silek Buah Tarok - salah satu aliran silat di Minangkabau yang berasal dari Bayang, Pesisir Selatan. Salah satu peguruannya ada di Aur Duri Padang dengan nama peguruan Salimbado-Buah Tarok, dibawah asuhan Emral Djamal Silek Datuak Rajo Mudo.

"Terkait dengan silek lama atau silek harimau, salah satu penyebab mengapa masih bertahan disebabkan gerakan gerakan silek itu mudah dipelajari, kemudian gerakannya indah dan menarik perhataian," sehingga mudah untuk di ingat dan di implementasikan dalam kehidupan.

Silek luncua juga menjadi pakaian anak nagari. Silat jenis ini berbeda dengan silat harimau. Perbedaannya terletak pada jurus dan gerakannya. Silat harimau memiliki langkah gerakan memencak dan memerlukan ruangan atau lokasi luas untuk memainkannya.

Guru menetapkan jadwal latihan silat dan pada umumnya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak keberatan. Pada umumnya jadwal latihan malam hari setelah salat isya. Mempunyai sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Semakin  malam dari itu dilarang oleh gurunya sebab sang guru meyakini, semakin malam dari jam 12 malam merupakan waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada juga silat yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam hingga jam 4 pagi. Pada umumnya dipertontonkan dua atau tiga kali seminggu.

Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan silek harimau (silat harimau), malah sang guru yang pada umumnya suka latihan lewat jam 12 malam ini menanti muridnya untuk berupaya dapat siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.

Mempunyai sasaran silek yang semakin "privat". Guru tidak suka punya murid banyak-banyak, paling-paling muridnya cuma 4 orang saja atau sepasang. Murid tunggal juga diterima, dan ini langsung bersilat dengan gurunya. Khusus untuk murid tunggal, guru wajib memiliki stamina yang adun, sebab wajib ikut main dengan murid dari awal hingga akhir.

Para murid pada umumnya membawa makanan untuk dimakan bersama, juga rokok, kopi atau teh dan gula saat hari latihan. Serta ada juga yang menyertakan dengan uang. Nilainya tidak ditetapkan, murid sendirilah yang menentukan berapa nilainya.

Jurus dan gerakan silek luncua sangat simpel dan praktis. Kunci silat luncua adalah kunci mati dengan memainkan sendi dan engsel, artinya lawan tidak diberi kesempatan bergerak. Ia bisa dipergunakan dalam situasi sesulit apapun apalagi terdesak. Disitu mungkin salah satu kelebihannya sehingga bisa bertahan sampai saat ini dan digemari generasi kegenerasi.

Jurus pertama yang dipelajari murid silat jenis ini adalah gelek. Gelek adalah suatu gerakan mengelak dari pukulan lawan. Posisi tubuh lurus, kemudian saat tinju hampir tiba, pesilat memutar 80 derajad badan. Gelek disilat luncua tidak menggunakan telapak tangan, akan tetapi tinju lawan dielakkan dengan dada dengan memutar badan seperti tadi.

Setelah gelek mahir, jurus selanjutnya adalah tangkap kiri dan kanan. Tangan lawan yang sedang memegang pisau ditangkap sedemikian rupa, sembari mengangkat kaki kanan dengan posisi punggung kaki berada di pelipatan lawa atau belakang dengkul.

Setelah menguasai tangkap kiri dan kanan, maka selanjutnya sang pandekar sudah bisa memainkan patah kanan dan kiri, karena tangkapannya sama, hanya saja setelah tangan lawan ditangkap dan punggung kaki berada di belakang lutut maka tubuh lawan didorong dengan kekuatan kaki diiringi dengan jepitan kaki satunya lagi dan posisi siku akhirnya berada dirusuk atau dibawah ketiak lawan.

Jurus patah kiri dan patah kanan dilanjutkan dengan jurus ampok, alang babega, kabalai, sambuik ali, sambui sumbayang, sawuak, sandang. Terakhir pesilat akan dilatih menggunakan sambuik lima. "Inilah pemutusan kaji.

Sambuik limo memerlukan ketelitian, kesigapan dan kegesitan, sebab dalam berlatih, biasanya pemain sudah diberikan pisau, parang atau benda tajam lainnya. Ia merupakan puncak dari pelatihan silek. Biasanya, dari dua puluh orang yang belajar silat hanya satu atau dua yang bisa sampai ke sambuik limo.

Maka sifat guru silek yang mana ketika dia mempunyai sepuluh jurus, maka dia tidak akan memberikan kesepuluh jurusnya kepada si murid, karena nanti mana tau bertemu dengan murid yang sombong dan angkuh yang ingin mengalahkan gurunya. Jadi kenapa guru silek tidak memberikan semua jurusnya, karena untuk mengantisipasi agar nantinya ketika murid melawan maka dia sudah ada penangkisnya.

Penulis: M. AKBAR, Mahasiswa Sastra Minangkabau Universitas Andalas. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »