Peran Santri Bagi NKRI sangat Mutlak

BENTENGSUMBAR.COM - Nyantri istilah seseorang yang belajar di Pondok Pesantren dengan pendidikan keagamaan yang kental. Namun, masih banyak orang beranggapan bahwa 'mondok' itu kuno, padahal dengan pendidikan yang diserap saat ini, para santri yang berprestasi bahkan bisa unjuk gigi dalam sebuah kompetisi. 

Perlu diketahui, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang telah banyak memberikan saham dalam pembentukan manusia di Indonesia yang religius. Pesantren sudah banyak melahirkan pemimpin bangsa pada masa lalu, kini, dan sepertinya juga pada masa yang akan mendatang. Semua itu tidaklah terlepas dari peranan seorang guru atau kiai dalam menghasilkan santri yang berkarakter atau berakhlak yang mulia.

Ruang lingkup pesantren juga lebih diajarkan nilai-nilai agama dalam menghadapi masalah-masalah yang ada di kehidupan sehari-hari, tidak hanya semata-mata diajarkan nilai-nilai agama tetapi di dalam pesantren kita juga diajarkan ilmu umum seperti matematika, biologi, kimia, fisika, dan ilmu umum seperti layaknya sekolah pada umumnya. 

Menghadapi revolusi industri 4.0

Saat ini, untuk menghadapi era revolusi industri 4.0, para santri lulusan pondok pesantren perlu dibekali keterampilan agar dapat semakin memperkuat peran dan daya saing untuk berkompetisi di masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa pondok pesantren harus memiliki keterbukaan terhadap perkembangan dan kemajuan dunia saat ini. Pun, tidak menghilangkan pendidikan keagamaan yang melekat sebagai dasar tradisi di pondok pesantren.

“Bagaimana pun tradisi itu jangan dihilangkan karena itu adalah kekuatan umat. Tapi kita juga tetap harus mendorong para santri untuk mempelajari keterampilan agar menjadi bekal mereka di dunia,” ujarnya.

Ia pun mengaku sangat mengapresiasi banyaknya santri lulusan pesantren yang telah mampu memenangkan kompetisi tingkat dunia. Hal tersebut membuktikan, pada dasarnya kualitas pendidikan pondok pesantren tidak kalah dengan sekolah.

Bahkan dewasa ini, banyak sekolah yang menerapkan pendidikan berbasis pesantren semacam boarding school. Beberapa sekolah umum juga ada yang menjadikan tahfidz quran sebagai salah satu pilihan mata pelajaran muatan lokal (mulok).

“Yang perlu diperkuat ke depan adalah membekali santri dengan keterampilan, terutama di bidang ekonomi atau entrepreneur. Jadi, alumni pesantren akan makin banyak yang jadi businessman,” ucap Menko PMK.

Sementara itu, Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi menyatakan, santri banyak berkontribusi bagi kemajuan bangsa Indonesia.

"Ada tiga alasan yang menunjukkan besarnya kontribusi santri kepada Indonesia," kata Zainud

Alasan pertama, santri memiliki jasa besar dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Munculnya Resolusi Jihad yang kemudian melahirkan pertempuran 10 November 1945 adalah kontribusi nyata santri. 

"Pemberian gelar waliyyul amri ad-dlaruri bi al-syaukah kepada Presiden Soekarno pada 1954 juga adalah kontribusi santri," jelas Zainut. 

Alasan yang kedua, kata Wamenag, santri memiliki kontribusi besar dalam membimbing praktik keagamaan di masyarakat. Banyak santri yang menjadi pemimpin pada komunitas paling kecil di masyarakat, mulai dari imam mushalla dan masjid, pimpinan majelis taklim, dan lainnya.

“Ketiga, santri juga memiliki kontribusi besar terhadap pengarusutamaan wacana keagamaan yang moderat," tuturnya.

"Tampilnya santri dalam perebutan wacana keagamaan yang mengarah pada puritanisme agama yang membahayakan landasan negara, yaitu Pancasila, adalah bukti konkrit peran santri," tambah Wamenag.

Berkontribusi untuk NKRI

Hal itu dibenarkan oleh Ketua DPR RI, Puan Maharani. Ia mengatakan santri memiliki kontribusi yang besar bagi Indonesia. 

Puan menekankan agar semangat Resolusi Jihad yang menjadi dasar penentuan Hari Santri harus terus dipantik.

Santri berkontribusi besar bagi NKRI sejak era perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Oleh karena itu, semangat Resolusi Jihad oleh para ulama atau kiai pada 22 Oktober 1945 yang dijadikan dasar penetapan HSN harus terus digelorakan," tulis Puan Maharani.

Puan pun berpesan agar pesantren dapat menyesuaikan diri dengan zaman, tapi tanpa menanggalkan elemen ketradisionalannya.

"Saya berharap pesantren dapat beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan unsur khas dan nilai-nilai tradisionalnya. Dengan demikian, niscaya akan mampu melahirkan putra/putri terbaik bangsa yang akan membawa Indonesia semakin maju," kata dia.

Dia juga menekankan agar pesantren sebagai lembaga pencetak para santri dapat terus menjadi motor dalam menanggulangi Covid-19.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »