Agar Tak Usik Ketenangan, Pengurus LAZISNU Ini Harap Speaker Masjid Hanya untuk Panggilan Salat

BENTENGSUMBAR.COM – Wakil Ketua PP LAZISNU, Ubaidillah Amin (Gus Ubaid) ikut buka suara atas penyalahgunaan pengeras suara (speaker) di beberapa masjid yang tidak terukur dan amat mengganggu ketenangan masyarakat sekitar.

“Banyak sekali, bahkan sampai berjubel-jubel kami menerima laporan dari berbagai sejawat dan handai taulan yang mempermasalahkan penyalahgunaan pengeras suara di masjid yang berada di lingkungannya,” kata Gus Ubaid, Minggu (30/1/2022), dilansir dari Beritajatim.

Jika melihat perbuatan beberapa oknum takmir masjid yang menyalahgunakan pengeras suara ini, lanjut Gus Ubaid, seolah menyimpulkan Islam yang awalnya dicitrakan dengan penuh kedamaian seolah berubah menjadi agama yang mengusik ketenangan.

Gus Ubaid yang merupakan Pengasuh Ponpes Annuriyyah Kaliwining Jember juga menanyakan, apakah mereka tidak memahami kalau di luar sana banyak orang yang dengan berbagai latar belakang profesinya, menginginkan istirahat dalam suasana yang tenang.

“Tidak terusik oleh suara speaker yang amat mengganggu, bahkan sampai membuat sebagian orang menjadi tidak dapat melanjutkan istirahat lagi. Sampai-sampai mengganggu terhadap pekerjaan mereka, yang merupakan hal yang fardlu ‘ain. Kami berharap speaker atau pengeras suara di masjid hanya digunakan untuk mengumandangkan azan atau panggilan salat,” tukasnya.

“Apakah tidak terlintas pemikiran bahwa di era kecanggihan teknologi saat ini, mengumumkan masuknya waktu salat pada masyarakat tidak lagi dimonopoli oleh suara speaker masjid. Tapi bisa juga dengan aplikasi pengingat waktu salat yang sudah tersedia di seluruh platform gadget,” imbuhnya.

Justru dengan opsi demikian, menurut dia, tingkat perhatian masyarakat terhadap salat menjadi lebih didasarkan pada kesadaran, bukan pada gangguan dan usikan.

“Sebagaimana yang sering kita alami saat terganggu dengan suara speaker masjid dan musala sekitar. Apalagi jika sampai speaker dibunyikan bukan untuk menyuarakan lantunan azan, tapi juga melantunkan bacaan zikir dan Alquran jauh sebelum masuknya waktu salat.

“Perbuatan demikian, jika kita jeli, apa yang mereka lakukan sejatinya bukan mendakwahkan syiar Islam, tapi lebih memproklamirkan eksistensi atau keberadaan mereka sebagai anggota takmir masjid, agar dipandang sukses oleh banyak orang lewat keaktifan pengeras suara di masjid yang menjadi tanggung jawabnya,” tuturnya.

Pola pikir demikian jelas salah, kata dia, karena mereka hanya mengandalkan semangat beragama yang tinggi, tanpa diimbangi dengan pengetahuan ilmu agama yang memadai.

Oleh sebab itu, tidak heran jika salah satu anjuran syara’ adalah memperbaiki kualitas tentang keilmuan islam terlebih dahulu, agar mendakwahkan Agama Islam tidak dipengaruhi oleh nafsu pribadi yang dibungkus dengan agama.

“Kami jadi teringat salah satu maqalah Imam Al-Ghazali: ‘Dan kecelakaan agama dari pembela yang tidak tahu caranya itu lebih besar daripada kecelakaan agama dari pencela yang tahu caranya’. Maka dari itu, kami berharap agar problem tentang hal ini dapat segera diselesaikan dengan kerja sama berbagai pihak, khususnya oleh kearifan lokal di masing-masing tempat. Sebab ketika lokalitas masyarakat setempat menganggap hal demikian sebagai hal yang tabu dan mengganggu, tentu takmir masjid dalam penggunaan speaker tidak akan sewenang-wenang, sebab akan mendapatkan sanksi moral oleh masyarakat sekitar,” pungkasnya. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »