Mahyeldi: Penulis Naskah Pidato Berperan Menjaga Image Pimpinan

BENTENGSUMBAR.COM - Peran pengelola materi pimpinan dalam membantu menyiapkan sambutan, pidato kegiatan peran sangat penting menjaga image pimpinan. Oleh karena itu pengelola pimpinan mestilah menyiap bahan tersebut dengan tata kelola yang profesional, paham akan peran dan kewenangan pimpinan sesuai aturan yang berlaku. 

Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi ketika membuka acara Bimbingan Teknis Penyiapan Materi Pimpinan oleh Biro Administrasi Pimpinan di Bukittinggi, Rabu (9/3).

Gubernur juga katakan untuk itu, para staf yang bekerja di Administrasi dan Komunikasi Pimpinan penting artinya menambah wawasan, membaca buku, menghimpun data dari berbagai OPD teknis, membuat database untuk bahan-bahan pidato.

"Belum tentu semua pemimpin memiliki pengetahuan-pengetahuan teknis dan sektoral seperti betapa teknis dan sektoralnya organisasi pemerintah daerah. Dan ada beberapa kali pernah terjadi salah data dan salah referensi dari naskah pidato yang disiapkan untuknya, jika ini sering terjadi tentu akan menjadi opini pimpinan yang tidak baik dihadapan publik, katanya. 

Sementara itu narasumber Dr.H.Gamawan Fauzi SH.MM mengatakan, sukses tidaknya komunikasi pimpinan tidak sedikit yang ditentukan oleh kepiawaian para sekretaris pribadi, para penyusun konsep pidato pimpinan. Dan tidak sedikit pula pemimpin yang salah komunikasi kepada publik lantaran tidak didukung oleh administrasi dan komunikasi pimpinan yang baik.

“Para pemimpin dunia yang pidatonya melegenda, banyak ditentukan oleh para penulis naskah pidato yang berada di balik kesuksesan sang pemimpin itu,” kata Mantan Mendagri tersebut. 

Maka, menurut Gamawan yang lama juga malang melintang menyiapkan pidato pimpinan tersebut ketika menjadi Sespri Gubernur Hasan Basri Durin, untuk menjadi penulis pidato yang baik harus banyak membaca.

“Bahkan bisa saya katakan harus lebih banyak membaca dibanding pimpinan, karena pidato yang akan disampaikan pimpinan akan ditujukan kepada berbagai pihak termasuk para intelektual, maka membaca banyak referensi adalah kuncinya,” ujarnya.

Ketika dalam panel diskusi yang dimoderatori oleh Asisten III Sekdaprov, Andri Yulika, Gamawan Fauzi juga menyampaikan bahwa pada dasarnya pidato yang disiapkan untuk pemimpin tergantung juga pada karakter pemimpin. Ada yang ketika disiapkan naskah pidato tapi cukup dibaca sebentar lalu tampil tanpa naskah dan ada juga yang memang mengandalkan naskah yang dibuat.

“Namun dibaca atau tidak dibaca, bisanya pidato itu akan dishare ke wartawan juga. Bayangkan kalau naskah pidato yang dishare itu amburadul, tentu amburadul juga komunikasi pimpinan kepada publik melalui pers,” ujar mantan jurubicara Pemprov Sumbar itu.

Gamawan lalu menceritakan bahwa antara pimpinan dan pembuat naskah pidatonya harus terjalin komunikasi yang intens juga. Penulis naskah pidato pimpinan harus bisa menyelami jalan pikiran pimpinan, dapat menerjemahkan setiap visi pimpinan, memahami cara berpikirnya untuk disesuaikan dengan naskah pidatonya,” kata Gamawan Fauzi.

Juga narasumber lain dalam panel itu, wartawan senior Eko Yanche Edrie, menyebutkan bahwa pada hakikatnya jika ingin pidato pimpinan (Kepala Daerah) dikutip oleh pers, maka pidato itu haruslah sebuah pidato yang bernilai berita. “Kalau hanya isi pidato tentang apa-apa yang akan dan akan dilakukan tanpa menyebut apa yang sudah dikerjakan, tentu tidak akan menarik bagi wartawan untuk mengutipnya jadi berita,” ujarnya.

Eko mengatakakan pidato yang baik dari Kepala Daerah adalah pidato yang setelah jadi berita diberi komentar oleh berbagai pihak kemudian menjadi bahan perbincangan khalayak. Ia juga memberi contoh-contoh pidato pemimpin yang fenomenal di dunia. Pidato Churchil tahun 1940 ketika dilantik jadi PM Inggris berjudul ‘We shall fight on beaches’, kata Eko, akhirnya terujud menjadi pertempuran di Pantai Normandia tatkala Sekutu mendarat untuk mengakhiri PD II pada 1945.  Ia kemudian memberi contoh lain pada pidato Bung Karno ‘Djas Merah’ dan Nawaksara serta  Pelengkap Nawaksara yang terkenal itu.  

Begitu juga pidato John F.Kennedy ketika dilantik jadi Presiden AS 1960 ‘Jangan tanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi tanyalah apa yang bisa engkau berikan kepada negara’. Tokoh antirasialisme Martin Luther King Jr berpidato tahun 1963 di Lincoln Memorial dengan judul ‘I Have a Dream’ yang sangat terkenal itu menjadi perbincangan panjang setiap kali publik membahas soal persamaan hak.

“Maka, belajarlah pada para pemimpin yang memiliki naskah pidato sehebat para pemimpin dunia itu. Untuk apa berpidato sepanjang tali beruk tetapi tidak ada satupun isinya yang layak dikutip pers untuk disampaikan kepada publik,” kata Wakil Ketua PWI Sumatera Barat itu.

Laporan: Zardj Syahrir

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »