Gandang Biola Pasangan Rabab Pesisir Selatan

MINANGKABAU dikenal dengan tradisi alat musiknya yang beraneka ragam yang masih dikembangkan oleh semua kalangan, baik dari kalangan tua maupun kalangan dari generasi muda di Minangkabau. 

Salah satu alat musik yang terkenal dan masih berkembang sampai zaman sekarang yaitu rabab yang berasal dari pesisir selatan.  

Pesisir selatan yang terkenal dengan dendang dan babiola atau sering disebut rabab ini masih dicari dan disukai oleh khalayak banyak.

Gubernur Sumatera Barat mengapresiasi pembinaan yang dilakukan oleh dinas kebudayaan terhadap kesenian rabab atau babiola di pesisir selatan, pariaman, dan solok selatan sebagai upaya pelestarian kekayaan budaya agar tidak hilang dari bumi Minangkabau. 

Gubernur mengatakan kebudayaan merupakan investasi masa depan dalam membangun peradaban bangsa. Karna itu, kebudayaan suatu negara atau bangsa akan maju dan bertahan sejalan usia bumi.

Pertunjukkan rabab di pesisir selatan sudah sangat berkembang, Rabab tidak hanya dimainkan oleh satu orang saja dengan alat yang bernama “biola” tapi sudah ada pasangan atau pengiringnya berupa gandang, gandang duo, giriang-giriang dan pendendang dengan lima orang pemain. 

Gandang biola ini berasal sejak zaman belanda dan sampai sekarang dikembangkan menjadi alat musik tradisional pesisir selatan, karena pada saat itu masih biola saja yang dimainkan masih kurang bagus bunyi yang didengar maka ditambahlah dengan gandang ini.

Menurut seorang maestro rabab pesisir selatan beliau bernama ujang labiah, beliau sudah bergelut di dunia rabab pasisir selatan sekitar kurang lebih 40 tahun. 

Gandang ini dipasangkan dengan alat musik biola, gandang ini terbuat dari kulit kambing dan batang cubadak atau biasa kita sebut dengan pohon nangka, karena perkembangan zaman saat ini kulit kambing pada gandang diganti dengan kertas ronsen oleh para pembuat gandang biola di pesisir selatan, khususnya di kecamatan bayang, amplas, paku rabana, cat dan kuas. Cara pembuatan gandang ini yang Pertama, harus memilih bagian kayu yang bagus, terlebih dahulu kita mengukur diameter untuk membuat sebuah gandang, dijemur, lalu kayu dihaluskan menggunakan amplas untuk menghilangkan sisa-sisa potongan kayu yang masih tertinggal.

Setelah itu, kita bisa langsung memahat kayu agar bisa membentuk gandang bioala.

Kedua, kayu yang sudah terbentuk lingkar gandang harus dihaluskan lagi menggunakan amplas. 

Setelah itu, barulah kita dapat berikan sentuhan terakhir untuk mempercantik gandang untuk dapat menentukan nilai jual pada gandang. 

Ketiga, sembari menunggu kerangka gandang biola kering, kita dapat mempersiapkan bahan bakunya yaitu kulit kambing. 

Sebelum kita memasangkan kulit kambing pada kerangka gandang, terlebih dahulu kita memisahkan kullit kambing dari bulunya, lalu dijemur dibawah sinar matahari, tujuannya agar kulit kambing pada gandang tidak berjamur. Setelah dijemur, kita bisa langsung memotong kulit kambing sesuai dengan diameter gandang biola yang diinginkan. 

Keempat, pemasangan kulit ke badan gandang biola yang menggunakan paku rabana, cara pemasangan paku rabana pada gandang harus rapat, karena semakin rapat paku pada gandang, semakin bagus bunyinya. 

Setelah itu, ditambahkan dengan yang namanya rotan sidak, supaya dapat menghasilkan bunyi yang bagus dan gandang yang tahan lama. Proses pembuatan gandang biola ini berkisaran 4-7 hari, dan untuk harganya berkiran Rp. 150.000-Rp. 200.000. 

Dalam membuat gandang biola ini, membutuhkan kesabaran yang lebih dan perasaan yang dalam, karena gandang biola ini tidak memgunakan tanggan nada seperti alat musik modern lainnya. 

Dahulu masyarakat menyangkut pautkan keadaan hidupnya dalam pertunjukkan rabab biola ini, sampai-sampai terbawa ke kehidupan nyatanya, seperti orang kaya yang jatuh miskin, orang miskin yang jadi kaya, seorang laki-laki yang pergi merantau dan meninggalkan kekasihnya dan masih banyak realita-realita kehidupan masyarakat pesisir selatan yang diceritakan pada pertunjukkan rabab ini. 

Gandang biola ini dimainkan dengan alat musik lainnya, seperti biola, gandang duo, giriang-giriang, yang biasa disebut oleh masyarakat Pesisir Selatan dengan rabab pasisia, pemain pada pertunjukkan rabab ini dari 5 orang sampai 7 orang, karena dalam satu grup pemain rabab itu ada yang menyediakan 2 sampai 3 orang. 

Rabab pasisia ini dipertunjukkan pada acara alek nagari saja, tapi juga pada acara-acara adat lainnya seperti, Baralek (Pesta perkawinan), khitanan, ulang tahun, tahun baru dan lain sebagainya. 

Ketertarikan pertunjukkan rabab di pesisir selatan ini masih sangat marak dan berkembang pesat bagi masyarakatnya, masyarakat yang masih menjunjung tinggi salah satu ciri khas karya seni yang berasal dari daerahnya ini, dan pemain rabab pesisir selatan ini sekitar 50% memang orang asli dari daerah pesisir selatan.

Pertunjukkan rabab pesisir yang masih berkembang bisa ini sangat membantu mencukupi kehidupan para pemain rabab di pesisir selatan, khusus pemain rabab di kanagarian Bayang. 

Sementara itu, para pembuat gandang biola dipesisir selatan rata-rata lumayan banyak, karena itulah para pengrajin gandang di pesisir selatan mudah kita jumpai diberbagai kanagarian di pesisir selatan, dari segi harga gandang tersebut para pengrajin gandang dapat membantu perekonomian hidupnya sehari-hari.

Dari sinilah fungsi kita sebagai masyarakat harus bisa mencintai dan menjunjung tinggi karya seni musik, kreatifitas, serta tradisi musik yang ada didaerah kita sendiri, selain bisa membantu meningkatkan perekonomian juga dapat lebih mempereknalkan dan mengeksplorasikan lagi pada khalayak banyak, baik itu di dalam daerah kita sendiri maupun diseluruh mancanegara.  

*Penulis: Hafizah Hardhiyyah Asrul, Mahasiswi Sastra Daerah Minangkabau, Fakultas Ilmu Budaya, UNAND.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »