BENTENGSUMBAR.COM - Sekarang bukan hal aneh lagi melihat wanita tidak berhijab di Riyadh, Arab Saudi. Sejak Pemerintah membolehkan Kaum Hawa ke luar rumah tanpa tutup kepala, kini tren rambut terus berkembang.
Pemerintah Saudi membolehkan wanita tanpa hijab sejak tahun 2019.
Sejak itu, jumlah wanita berani keluar tanpa hijab terus tumbuh. Saat ini, rambut pendek tengah ngetren. Terutama, di kalangan wanita karier.
Kaum Hawa memangkas hampir semua mahkota mereka dengan menyebutnya sebagai sebuah pembebasan diri.
Banyak yang menggambarkan gaya rambut pendek sebagai model praktis dan profesional dibandingkan gaya rambut panjang.
Meski Pemerintah Saudi mencabut kewajiban memakai hijab, namun negara kaya minyak itu masih menerapkan larangan pria meniru penampilan wanita, baik itu baju atau rambut.
Hukum yang sama juga berlaku bagi wanita. Itu artinya, para perempuan boleh berambut pendek. Tapi dilarang memiliki rambut super pendek seperti pria kebanyakan.
Seperti dilansir Agence France-Presse (AFP), kemarin, Safi (nama samaran) adalah salah perempuan Arab Saudi yang memutuskan memotong rambutnya yang panjang bergelombang menjadi pendek hingga ke leher.
Ia berprofesi sebagai dokter dan baru saja mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah sakit di Riyadh.
Bagi Safi, gaya rambut pendek menjadi semacam perlindungan dari perhatian laki-laki sehingga ia bisa lebih fokus melayani pasien-pasiennya.
“Orang lebih suka melihat feminitas dalam penampilan wanita. Gaya ini menjadi semacam perisai yang melindungi saya dari orang-orang dan memberikan saya kekuatan,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Abeer Mohammed (41) pemilik toko pakaian pria.
“Saya wanita yang praktis dan saya tidak memiliki waktu untuk merawat rambut saya,” ucapnya.
Sedangkan, Nouf, seorang karyawan toko kosmetik menilai, gaya rambut pendek memberikan pesan tersendiri.
“Kami ingin mengatakan bahwa kami eksis, dan peran kami dalam masyarakat tidak jauh berbeda dari pria,” ujarnya.
Tren rambut pendek ini merupakan satu dari sekian banyak dampak reformasi sosial yang didorong Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), yang juga penguasa defacto Arab Saudi, dalam Visi 2030 yang ia umumkan pada 2017.
Pihak yang paling merasakan perubahan besar kebijakan Pemerintah Saudi adalah kaum wanita.
Reformasi sosial MBS banyak menelurkan kebijakan yang memberikan para perempuan keleluasaan bergerak lebih dari sebelumnya.
Pemerintah Saudi juga memperbolehkan perempuan mendaftar ke Angkatan Bersenjata. Mereka yang telah berusia 21 hingga 40 tahun diperkenankan untuk mendaftarkan diri jadi angkatan militer. Aturan ini telah disahkan Arab Saudi sejak Februari 2021.
Saudi juga memperkenankan perempuan bepergian dan hidup sendiri tanpa wali.
Dikutip dari The Nationals, Kebijakan yang sebelumnya diatur dalam pasal 169 ini kini dihapus dari Hukum Acara Arab Saudi.
Dalam undang-undang yang telah direvisi, disebutkan bahwa wali dari perempuan hanya bisa melaporkan apabila mereka mendapati perempuan tersebut melakukan kejahatan.
Selain itu, bagi wanita yang telah dibebaskan dari penjara, tidak akan lagi diserahkan kepada walinya.
Selain hidup sendiri, Arab Saudi juga mengizinkan perempuan melakukan perjalanan tanpa pendamping laki-laki. Wanita dengan usia di atas 21 tahun juga diizinkan mengajukan paspor dan bepergian dengan bebas.
Arab Saudi juga telah mengizinkan perempuan berusia 18 tahun mengubah namanya tanpa memerlukan izin wali. Aturan ini sudah berlaku sejak awal 2021.
Kaum Hawa di Saudi juga sudah mendapat kebebasan untuk mengendarai mobil tanpa didampingi muhrimnya.
Sejak akhir 2017, wanita di Arab Saudi sudah diperbolehkan menyetir sendiri dan membuat Surat Izin Mengemudi (SIM).
Tiga bulan setelah dihapusnya larangan mengemudi bagi wanita, MBS juga mengizinkan penyelenggaraan konser dan bioskop di Arab Saudi.
Dengan disahkannya aturan tersebut, para wanita kini diperbolehkan mengunjungi dan menonton film di bioskop.
Keuntungan Ekonomi
Sejak reformasi ini dijalankan, partisipasi perempuan Saudi dalam kegiatan ekonomi mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah Kerajaan, yaitu 35,6 persen.
Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Sosial untuk sektor tenaga kerja Arab Saudi Abdullah Abuthunain kepada Arab News Februari lalu.
Dia menyebut, tingkat partisipasi ekonomi keseluruhan warga Arab Saudi telah meningkat menjadi 51,5 persen.
Saat ini, jumlah warga Arab Saudi yang bekerja di sektor swasta telah melebihi dua juta, baik pria dan wanita.
Berbicara pada konferensi ilmiah pertama untuk penelitian, studi dan indeks pasar tenaga kerja, Abuthunain mengatakan, pasar tenaga kerja Saudi saat ini tengah menyaksikan reformasi strategis.
Hal ini mencakup delapan bidang penting dan 25 inisiatif pembangunan dalam Visi 2030.
MenurutChief Executive Officer (CEO) Institut Pemberdayaan Perempuan Arab Saudi Mae Al Mozaini, wanita berperan besar dalam peningkatan ekonomi dan memberi keuntungan besar di masa depan.
Dia menekankan, berinvestasi dalam memberikan pelatihan pada wanita akan memberikan keuntungan hingga 400 miliar dolar AS (Rp 6.000 triliun) pada 2030.
“Melibatkan wanita dalam sektor ekonomi jelas membawa kesejahteraan bagi kerajaan Saudi dan juga diri mereka sendiri,” lanjutnya.
Sumber: RM.ID
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »