Catatan Zeng Wei Jian: Era Bongbong Marcos

DUA Kandidat; Anies & Ganjar, tiru taktik Trump & Rodrigo Duterte. Meximalisasi media social, pencitraan via virtual manipulation, ingoring relasi sysmbiotic antara online legion & grassroot mobilization. Social-media dijadikan technological brainwasher.

Anies & Ganjar bangun myth-making. Yg penting persepsi. "Perception is real & the truth is not," kata Imelda Marcos. 

Troll-Operations menyebut Anies Baswedan sebagai Gerakan-prophetic "Kebangkitan Khilafah dari Timur". Sedangkan Ganjar Pranowo digambarkan sebagai figur sekular-jujur yang suka nonton film porno. Myth-making keduanya berfungsi mengendalikan "Bobotante" alias The Dumb voter. 

Gerakan-prophetic dimainkan Timses Bongbong Marcos. Nostradamus’ book ofprophesies dimanipulasi. Quote dibikin: "...a new leader shall rule the pearl of the orient (The Philippines) island in Asia. His name has eight letters, beginning [with] the second of the alphabet (That’s letter B for Bongbong). This man shall change the history of the whole world and every man shall shout his name twice like the sound of a big bell (Bongbong)."

Setelah dicari-cari, ternyata ga ada kutipan Nostradamus. Istilah "Pearl of the Orient Seas” atau "Perla Del Mar De Oriente" pertama kali digunakan Pendeta-Sejarawan Fr. Juan J. del Gado di tahun 1751. Jadi 196 tahun setelah Nostradamus’ prophesies.

Rupanya taktik Bongbong diadopsi Anies Baswedan's far-right media manipulator yang ngga bisa dikalahkan oleh Ganjar Pranowo's paid political trolls.

Kemenangan Bongbong Marcos bisa jadi inspirasi Loyalis Pa Prabowo Subianto. Ambil yang baik. Buang yang buruk. 

Kunci Kemenangan Bongbong Marcos adalah "Information Campaign". Pasangan Bongbong-Sara Duterte Unifikasi Dinasti Marcos-Duterte. Kombinasi yang merepresentasikan regional sentimen Utara-Selatan. 

Pasukan Cyber 08 yang dimotori Drs. H. MULYADI, MMA dan Ex Wagub A. Riza Patria ga cukup sekedar rilis gerakan content takedown & de-platforming. Mesti ada counter-narrative & pervasive vision. 

Rakyat cinta Rodrigo Duterte. Militer masi loyal kepadanya. Sama seperti Presiden Jokowi. Maka ga heran bila Timses Ganjar Pranowo sekuat tenaga bangun brand stigmatization bahwa Ganjar Prabowo didukung & Penerus Jokowi. Padahal sudah hancurkan Citra Internasional Presiden Jokowi di Polemik Wolrd Cup U21. 

Paradigma Kampanye Bongbong-Sara Duterte yang bisa diadopsi Timses Pa Prabowo: Continuity, Coalition, History, dan Identity.

Bongbong Marcos diyakini mampu melindungi legacy & Keselamatan Rodrigo Duterte yang mau diseret International Criminal Court dengan tuduhan "Extrajudicial Killings" di Kampanye "War on Drugs". Bongbong Marcos ngga mengizinkan ICC masuk Philpina untuk menghukum Rodrigo Duterte. 

Adanya gosip soal "Pakta Integritas" antara PDI-P dan Ganjar Pranowo menguntungkan Anies Baswedan. Jika menang, Ganjar Pranowo murni presiden boneka. Ga bisa menentukan. Sebaliknya Timses Ganjar Pranowo sebar meme: Anies cuma Pesuruh ormas radikal & Antek Amerika.

Bongbong Marcos ga bersedia hadir debat Capres. Tapi statement-nya terkait akan meneruskan friendly relation with China & ngga akan minta bantuan Amerika di Masalah Laut China Selatan adalah policy Pemerintahan Duterte.

Voter Bongbong-Sara Duterte ngga dipengaruhi klasifikasi Age, education, dan income. Milenial Philiphina ga peduli dengan human rights violations during the Duterte era. Narasi yang dibuat money-seeking opportunists berkedok Pejuang HAM & Demokrasi sudah tidak relevant. 

Naiknya Bongbong Marcos ga semerta-merta menghidupkan kembali Era Ferdinand Marcos' constitutional authoritarianism. Zaman sudah berubah. Indonesia, sama seperti Philiphina, mesti punya Strong leader yang berani, nasionalistik, dan ngerti geo-politics.

THE END

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »