Nur Muhammad Dalam Naskah Klasik Gorontalo

NASKAH Nur Muhammad adalah naskah  yang sering dibaca setiap bulan rajab. Yaitu pada 27 Rajab berkenaan dengan peristiwa Isra Mi’raj. Dalam tradisi local Gorontalo, setiap peristiwa besar islam ada naskah tertentu yang dibaca dan dibacakan pada malam harinya. 

Peringatan peristiwa Isra Mi’raj diisi dengan ceramah atau dakwah, atau dikenal juga dengan pembacaan beberapa naskah. Naskah-naskah tersebut bertuliskan Arab pegon ( arab melayu ), tetapi dalam bahasa daerah Gorontalo. 

Adapun isi dari naskah nur Muhammad itu ada 3 bagian yaitu : pertama, didahului dengan muqaddimah, berupa hamdalah, shalawat dan basmalah. Kedua, materi inti naskah, berisikan tentang penjelasan proses kejadian pencipta Nur Muhammad.Bahwa sebelum kejadian alam raya ini, pertama Allah menciptakan Nur Muhammad ( penciptaan pertama ). 

Nur Muhammad kemudian sujud syukur karena telah diciptakan. Dalam ketersujudan, Allah mewajibkan kepada Nur Muhammad empat kewajiban formal yaitu ( shalat, puasa, zakat dan haji ) dan menganugrahinya tujuh lapisan langit, tujuh lapisan bumi dan tujuh lapisan lautan yaitu ( lautan ilmu, Latif, sabar, piker, akal, Rahmat dan cahaya ). 

Kemudian dari Nur Muhammad itu, Allah menjadikan dari diri Muhammad dijadikan 124.000 Nabi. Diri Muhammad kemudian mengeluarkan lima butiran air yang kemudian menjadi tigabelas rasul.

Ketiga, penutup pada bagian akhir naskah diakhiri dengan motivasi berupa ganjaran pahala bagi mereka yang mendengarkan, menyimpan, menceritakan, membaca, dan menyebarkannya. Bagi yang mendengarkan diberi berkah dari kitab suci yang empat : Taurat, injil, zabur dan Al-quran. 

Bagi yang menyimpan naskah akan dijaga tiga malaikat yaitu : Jibril, Mikail dan Israfil; serta mendapatkan pahala ibadah haji. bagi yang menceritakan pahalanya seperti tawaf tujuh kali, bagi yang membacanya ganjarannya sama dengan syahidnya seseorang tujuh kali, dan bagi yang menyebarkannya akan dimuliakan oleh manusia. 

Sumber asal muasal naskah sangat sulit untuk didapatkan, meskipun sulitmemastikan sumber dan asal muasal naskah, namun berdasarkan hasil wawancara penulis, ada beberapa kemungkinan ( hipotesa ) yang dapat menjelaskannya, yaitu  yang pertama, terkait dengan kondisi obyektif-realistik komunitas muslim tradisional Gorontalo. 

Kelompok ini dikenal kuat keterpegangannya atas beberapa kitab klasik. Diantara kitab kuning yang mereka kaji, terdapat dua kitab yang membahas tentang Nur Muhammad, yaitu Sirr al-Asrar wa Mazhhar al-Anwar dan Daqaiq al-Akbar fi Dzikr al-Jannah wa al-Nar. Kitab yang pertama bukan dalam bentuk cetak, seperti halnya kitab yang disebut terakhir, melainkan berupa Salinan tulisan tangan. 

Pengarangnya sebagaimana tertulis pada halaman sampul adalah Syekh al-Islam wa al-Muslimin al-Sayyid al-Syaikh. Temuan atas kitab ini menarik, sebab berdasarkan hasil penelitian dan pelacakan muhtar Holand atas karya-karya al-Jailani tidak disebutkan nama karya tersebut. 

Dengan demikian, konsep Nur Muhammad sebagai ciptaan awal sejalan denga napa yang ada dalam naskah Gorontalo Nur Muhammad. Yang berbeda adalah penjelasan lebih lanjut dari proses lahirnya turunan Nur Muhammad. 

Kemungkinan kedua adalah berasal dari naskah sastra melayu klasik. Naskah tersebut tersimpan di mesium nasional Jakarta yang bernomor Bat. Gen 378 C. menurut Edwar Djamaris naskah ini berisi Hikayat Nur Muhammad. 

Secara singkat naskah tersebut menceritakan mengenai Nur Muhammad. Dengan demikian, terdapat kemiripan yang tegas antara naskah klasik melayu Nur Muhammad dengan naskah Nur Muhammad Gorontalo. 

Hubungan historis antara naskah Nur Muhammad Gorontalo dan naskah sastra melayu klasik hikayat Nur Muhammad, studi matan atas naskah hikayat Nur Muhammad menunjukkan bahwa isi dan kandungan materi naskah sangat kental dengan doktrin ajaran syiah. Karena itu ada benarnya kesimpulan bahwa naskah hikayat Nur Muhammad berasal dari Persia. 

Secara historis islam pertama masuk melalui selat malaka da tiba di nusantara melalui pintu sumatera, tepatnya di Aceh. Seiring dengan masuk islam masuk pula warna islam dalam bentuk sufisme ( tasawuf ). Maka Ketika masa kerjaan islam Samudra pasai di Aceh jaya, tumbuh berkembang tasawuf falsafati-wujudiyyah dengan tokoh sentralnya Hamzah Fansuri. 

Konsep Nur Muhammad masuk dalam wilayah tasawuf falsafati. Selanjutnya naskah yang sama, hikayat Nur Muhammad ditemukan di Buton. Namanya “Hikayana Nuru Muhamadi”. oleh karena islam masuk dari Buton berasal dari Ternate, maka di duga kuat naskah tersebut berasal ( bersumber ) dari naskah ternate. 

Islam masuk dari Gorontalo juga dibawa oleh pendakwa dari ternate, itu berarti naskah Nur Muhammad Gorontalo memiliki mata rantai dengan naskah-naskah di luar Gorontalo.

Corak naskah Nur Muhammad terminologi Nur Muhammad adalah istilah yang digunakan oleh para sufi yang beraliran tasawuf falsafati. 

Dilihat dari bentuk dan gaya penulisan, naskah Nur Muhammad adalah termasuk karya sastra prosa. Karya sastra prosa melayu klasik memberi pengaruh besar atas naskah Nur Muhammad Gorontalo tersebut merupakan saduran atau terjemahan dari naskah klasik melayu. 

Hal ini terlihat dari sejumlah kata-kata yang terdapat di dalam naskah tersebut. Misalnya kata “hikayat”, “bangsa”, dan kalimat “Satu keti dua laksa empat ribu”.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa naskah Nur Muhammad adalah karya sastra ( prosa ) islam melayu klasik, yang bercorak tasawuf falsafati. Kecuali nuansa doktrin islam syiah dan aroma israiliyyat amat kental menghiasi isi naskah tersebut. Hal ini mudah dimaklumi, karena asal muasalnya dari kerajaan islam pasai, ( sedang pendirinya adalah orang-orang Persia ). 

Persia adalah sebuah daerah dengan komunitas terbanyak islam Syiah dan banyak melahirkan tokoh-tokoh tasawuf falsafati terkenal. 

Kesimpulan pertama, naskah Nur Muhammad bukanlah karya orisinil, melainkan saduran dan terjemahan dari naskah klasik melayu “hikayat Nur Muhammad”.

Penyusunanya tidak lepas dari dua kitab yang memuat tentang konsep Nur Muhammad, sir al-Asrar dan Daqaiq al-Akbar. Kedua, naskah ini termasuk karya sastra prosa islam sufistik falsafati. 

Karya ini popular di Gorontalo, karena dibaca pada setiap bulan Rajab Ketika peringatan Isra Mi’raj. Hal ini mudah dipahami karena organisasi keagamaan muhamadiyah. Ketiga, naskah ini memiliki keterkaitan historis dengan naskah yang sama di  daerah lain, seperti buton. 

Secara hipotesis dapat dikatakan bahwa naskah tersebut berasal dari trnate, karena islam masuk ke Gorontalo berasal dari ternate. Buton adalah salah satu daerah yang kedatangan islamnya juga dari ternate.

Keempat, dari sisi sufisme, naskah Nur Muhammad termasuk dalam kategori tasawuf falsafati. Kerajaan islam pertama samudera pasai dalam masa kejayaannya menjadi tempat subur bagi berkembangnya tasawuf falsafati. Pasa saat yang sama perkembangan sastra melayu memperoleh kemajuan. 

Hal itu dibuktikan dengan munculnya sejumlah karya sastra, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Perkembangan pesat sastra tersebut kemudian melahirkan sejumlah kerya-karya saduran dan saliman. 

Naskah-naskah sastra islam melayu klasik kemudian menyebar seiring dengan penyebaran islam. Karena itu daerah-daerah lain di nusantara juga memiliki naskah yang sama, tetapi dengan nama yang berbeda disesuaikan dengan Bahasa daerah setempat. 

*Ditulis Oleh: Vaneska Yufita Sari, Mahasiswa Universitas Andalas

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »