Ketua DPRD Kota Padang Muharlion mendukung Presiden RI Prabowo Subianto soal mata pelajaran matematika diajarkan di tingkat TK. |
Permintaan Prabowo bertujuan untuk meningkatkan kualitas ilmu sains dan teknologi bagi siswa di masa yang akan datang.
Menurut Ketua DPRD Kota Padang Muharlion, jika mata pelajaran matematika diajarkan secara formal di TK, tentu matematika yang diajarkan akan di sesuaikan dengan usia siswa.
"Bagaimanapun pelajaran matematika itu sangat penting. Di rumah saja, balita sudah di ajarkan berhitung. Jika mata pelajaran ini di terapkan secara formal di TK, tentu akan di sesuaikan dengan kemampuan siswa," cakapnya.
Pandangan Pakar Pendidikan
Dr. Fitri Arsih. |
"Secara tidak langsung, sebenarnya beberapa orang tua telah mulai mengenalkan matematika kepada anaknya pada usia tiga tahun dengan mengajarkan anak mengeja angka satu, dua, tiga. Bahkan saat anak akan berdiri orang tua sering mengiringi dengan ucapan satu dua tiga. Artinya, pengenalan numerasi telah dimulai.
Fitri Arsih menambahkan, numerasi pada anak usia dini merupakan fondasi yang kuat untuk meningkatkan kemampuan tersebut pada jenjang berikutnya.
"Misalnya, ketika anak TK di ajak ke pasar oleh orang tuanya dengan membawa sejumlah uang, barang apa saja yang dapat di belanjakan," paparnya.
Ketua Progam Studi Pendidikan Biologi S2 FMIPA UNP ini menjelaskan juga, pembelajaran numerasi dapat dilakukan pada saat anak bermain, mengamati sekelilingnya, maupun melalui aktivitas harian.
"Pengetahuan anak makin berkembang seiring pertambahan usianya. Anak akan belajar mengenai ukuran (besar dan kecil), ketinggian (tinggi dan rendah), bobot (berat dan ringan), kecepatan (cepat dan pelan), jarak (dekat dan jauh), dan urutan," jabarnya.
Alhasil, dengan memberikan pengenalan matematika dalam bentuk numerasi, akan menumbuh kembangkan kepercayaan diri, kompetensi dan ketertarikan siswa pada pelajaran matematika.
"Siswa TK akan merasakan pengalaman baru yang bermakna dan merasa terhubung dengan pengetahuan serta pengalaman sebelumnya," jabarnya.
Fitri Arsih melihat mata pelajaran matematika menjadi momok menakutkan kepada siswa, yang disebabkan ketidakmampuan guru mengemas mata pelajaran matematika dengan baik ke siswa, khususnya kepada siswa SD.
"Matematika tidak di sukai siswa, karena strategi yang digunakan kurang menyenangkan dan terlalu serius. Matematika juga akan menyenangkan Jika dilaksanakan dengan strategi yang tepat dan menggunakan media kongkret dan kontekstual. Oleh karena itu, pembelajaran mata pelajaran matematika bagi siswa TK, SD dapat dilakukan dengan kreatif. Seperti, menghadirkan alat peraga, melakukan permainan matematika, teka-teki matematika, dan cerita-cerita matematika yang menarik, menantang, dan menghibur," tutup Fitri Arsih yang juga sebagai tim pengelola program Pendidikan Profesi Guru (PPG) UNP.
Untuk diketahui bersama, kemampuan matematika pelajar Indonesia tergolong rendah dibanding negara-negara tetangga.
Hal ini terlihat dari laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
Untuk mengukur kemampuan tersebut, PISA melakukan tes dan survei kepada sampel pelajar berusia 15 tahun dari puluhan negara.
PISA kemudian mengklasifikasikan kemampuan matematika menjadi 8 level, dari level tertinggi 6, 5, 4, 3, 2, 1a, 1b, sampai 1c. Makin tinggi angkanya, kemampuannya diasumsikan semakin baik.
Pada 2022 pelajar Indonesia memperoleh skor kemampuan matematika 366 poin, peringkat ke-6 dari 8 negara ASEAN yang ikut tes PISA.
Dengan perolehan skor 366, pada 2022 kemampuan matematika pelajar Indonesia masuk ke level 1a. (Edg)
Editor: Zamri Yahya
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »