Sebanyak 580 warga Palestina dilaporkan tewas dan lebih dari 4.200 lainnya terluka akibat tembakan langsung dari pasukan Israel saat mereka sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan. |
Sebanyak 580 warga Palestina dilaporkan tewas dan lebih dari 4.200 lainnya terluka akibat tembakan langsung dari pasukan Israel saat mereka sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan.
Dalam pernyataan resminya pada Senin, 3o Juni 2025, pihak berwenang Palestina mengutuk keras tindakan pasukan Israel yang menyerang warga sipil tak bersenjata di berbagai lokasi distribusi bantuan.
"Kami mengutuk serangan pasukan rezim yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina yang mencari bantuan di seluruh wilayah tersebut," ujar Kantor Media Pemerintah Gaza, seperti dimuat Middle East Monitor.
Mereka juga menuding Israel dan negara-negara pendukungnya yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman bertanggung jawab secara hukum dan moral atas apa yang disebut sebagai pemusnahan sistematis terhadap warga sipil Gaza.
“Israel dan sekutunya, khususnya AS, Inggris, Prancis, dan Jerman, secara hukum dan moral bertanggung jawab atas dukungan mereka terhadap pemusnahan sistematis warga sipil di Gaza,” lanjut pernyataan itu.
Kantor berita tersebut mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak, dengan menekan Israel agar membuka perlintasan ke Jalur Gaza, mencabut blokade, serta mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan secara bebas dan aman.
“(Kami) mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar membuka perlintasan Gaza, mencabut blokade, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan segera sebelum terlambat,” tegas mereka.
Pernyataan ini muncul setelah laporan dari media Israel yang menyebut bahwa tentara Israel secara sengaja menembaki warga Palestina yang sedang mengantre bantuan, berdasarkan perintah dari komandan mereka.
Kecaman juga datang dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menggambarkan sistem distribusi makanan buatan AS-Israel di Gaza sebagai "perangkap maut".
Sementara itu, sebuah studi baru yang dilakukan oleh tim peneliti yang dipimpin Profesor Michael Spagat dari Universitas London dan ilmuwan politik Palestina Khalil Shikaki mengungkap bahwa hampir 100.000 warga Palestina telah tewas sejak pecahnya konflik besar pada Oktober 2023.
Studi ini berdasarkan survei terhadap sekitar 2.000 rumah tangga di Gaza, yang mencakup hampir 10.000 individu.
Para peneliti memperkirakan hingga Januari 2025, sekitar 75.200 orang tewas akibat kekerasan langsung, sebagian besar disebabkan oleh amunisi Israel, dan 8.540 lainnya meninggal akibat kelaparan, penyakit, serta sebab-sebab tak langsung lainnya.
Kementerian Kesehatan Gaza sebelumnya mencatat lebih dari 10.000 korban jiwa tambahan sejak Januari, yang menambah total jumlah kematian menjadi hampir 100.000 jiwa, memperkuat temuan studi bahwa angka resmi masih belum mencerminkan besarnya skala tragedi kemanusiaan di Gaza. (*)
Sumber: RMOL
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »