Hizbullah Tolak Pelucutan Senjata Selama Israel Masih Duduki Lebanon Selatan

Hizbullah Tolak Pelucutan Senjata Selama Israel Masih Duduki Lebanon Selatan
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menegaskan bahwa kelompok bersenjata Syiah Lebanon tersebut tidak akan melucuti senjata atau melunak terhadap Israel.
BENTENGSUMBAR.COM
- Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menegaskan bahwa kelompok bersenjata Syiah Lebanon tersebut tidak akan melucuti senjata atau melunak terhadap Israel selama pendudukan di wilayah Lebanon selatan dan serangan udara Israel terus berlanjut.

“Kami tidak bisa diminta melunak atau meletakkan senjata sementara agresi (Israel) terus berlangsung,” kata Qassem di hadapan ribuan pendukung dalam peringatan Ashura di pinggiran selatan Beirut, Minggu, 6 Juli 2025.

Melansir dari Al Jazeera, Senin, 7 Juli 2025, pernyataan tersebut disampaikan di tengah suasana peringatan Ashura, hari penting bagi umat Syiah yang mengenang gugurnya Imam Hussein dalam Pertempuran Karbala tahun 680 M.

Area Beirut yang dikenal sebagai basis dukungan utama Hizbullah dipenuhi spanduk kuning dan nyanyian perlawanan selama acara berlangsung.

Dalam pidatonya yang disampaikan melalui video, Qassem menyebutkan bahwa sikap Hizbullah tidak akan berubah selama Israel masih menduduki lima titik strategis di perbatasan Lebanon selatan dan melanjutkan serangan udaranya yang nyaris terjadi setiap hari.

Situasi Pascagencatan Senjata

Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon pada 8 Oktober 2023, sehari setelah kelompok Hamas menyerang wilayah Israel.

Serangan Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina, sementara serangan simultan ke Lebanon berkembang menjadi perang skala penuh yang berlangsung hingga September 2024.

Lebih dari 4.000 orang tewas di Lebanon, termasuk sebagian besar pimpinan senior Hizbullah, dan hampir 1,4 juta orang terpaksa mengungsi. 

Meski gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat diumumkan pada November, Israel masih menduduki wilayah perbatasan dan melanjutkan serangan udara.

Sejak gencatan senjata, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, lebih dari 250 orang telah tewas dan 600 lainnya luka-luka akibat serangan Israel.

“Bagaimana bisa kalian berharap kami tidak bersikap tegas sementara musuh Israel terus melakukan agresi, menduduki wilayah kami, dan membunuh rakyat kami?” tanya Qassem.

Penolakan terhadap Normalisasi

Qassem juga menegaskan bahwa Hizbullah menolak segala bentuk normalisasi hubungan dengan Israel.

“Kami tidak akan menjadi bagian dari upaya melegitimasi pendudukan, baik di Lebanon maupun kawasan. Kami tidak menerima normalisasi,” tegas Qassem.

Ia menyatakan bahwa senjata Hizbullah tidak akan dibahas dalam perundingan apa pun kecuali Israel menarik pasukan, menghentikan agresi, membebaskan tahanan, dan memulai proses rekonstruksi.

“Hanya setelah itu,” lanjutnya, “kami siap memasuki tahap kedua, yaitu membahas strategi pertahanan nasional.”

Pidato Qassem disampaikan menjelang kunjungan utusan khusus AS untuk Turki dan Suriah, Tom Barrack, yang dijadwalkan tiba di Beirut pada Senin. 

Pemerintah Lebanon menyebut Amerika Serikat menuntut agar Hezbollah melucuti senjata sebelum akhir tahun ini.

Namun Presiden Lebanon, Joseph Aoun, menegaskan bahwa isu pelucutan senjata Hezbollah adalah persoalan yang “sensitif dan kompleks”, serta menyerukan agar AS menekan Israel untuk menghentikan serangannya.

Sementara itu, serangan udara Israel kembali terjadi Sabtu lalu di beberapa kota di Lebanon selatan, menewaskan satu orang dan melukai beberapa lainnya. 

Jet tempur Israel juga telah menghantam permukiman padat di distrik selatan Beirut, menyebabkan kepanikan dan pengungsian massal. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »