Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataan yang disiarkan lewat televisi, memperingatkan bahwa kelompoknya kini memperluas cakupan target serangan mereka. |
Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam pernyataan yang disiarkan lewat televisi, memperingatkan bahwa kelompoknya kini memperluas cakupan target serangan mereka.
"Kami memperingatkan semua perusahaan agar tidak bekerja sama dengan pelabuhan Israel; jika tidak, kapal-kapal tersebut akan menjadi sasaran apa pun tujuannya di mana pun mereka tiba, atau dalam jangkauan rudal dan drone kami," tegas Saree seperti dimuat Middle East Monitor pada Senin, 28 Juli 2025.
Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari eskalasi lanjutan yang dilakukan oleh Houthi atas dasar solidaritas terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Saree menyebutnya sebagai "fase keempat dari blokade laut", menandai babak baru dalam kampanye maritim Houthi terhadap kepentingan Israel.
Sejak kampanye dimulai pada November 2023, Houthi telah menyerang lebih dari 100 kapal komersial yang berlayar di Laut Merah dengan menggunakan rudal balistik dan drone, menurut data dari berbagai pemantauan maritim.
Sedikitnya empat kapal telah tenggelam akibat serangan tersebut.
Blokade laut yang dilakukan Houthi berdampak besar pada arus perdagangan global.
Laut Merah, jalur penting bagi perdagangan dunia yang menangani barang senilai lebih dari 1 triliun dolar AS setiap tahun, mengalami gangguan signifikan.
Banyak perusahaan pelayaran kini mengalihkan rute mereka menghindari kawasan tersebut, memicu lonjakan biaya logistik global.
Selain menyerang kapal-kapal dagang, kelompok Houthi yang didukung Iran ini juga terus menembakkan roket ke wilayah Israel sebagai bagian dari apa yang mereka sebut sebagai "kampanye untuk mendukung Gaza."
Meski Israel telah melancarkan sejumlah serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman, kelompok tersebut tetap menunjukkan kemampuan bertahan dan melancarkan balasan secara berkala.
Dengan dimulainya fase baru ini, situasi di Laut Merah diperkirakan akan makin tegang.
Komunitas internasional dan perusahaan-perusahaan logistik global kini harus mengevaluasi ulang kebijakan pelayaran mereka, karena ancaman yang datang tidak lagi terbatas pada kapal berbendera Israel atau sekutunya. (*)
Sumber: RMOL
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »