Ahmed adalah pemuda Gaza yang meninggal dunia ketika berjuang mencari makanan untuk ibunya, Asmahan Shaat. (Foto Warga Gaza antri bantuan). |
Sebelum meninggalkan tempat pengungsian di al-Mawasi, pemuda 23 tahun itu berjanji pada sang ibu bahwa dirinya akan kembali dengan membawa makanan.
“Ia berkata kepada saya, ‘Bu, saya tidak akan mati. Saya akan membawakan sesuatu dari pusat bantuan di Rafah’,” kata Asmahan sambil menangisi jenazah anaknya seperti dikutip dari Aljazeera, Sabtu (5/7/2025).
Sebelum fajar, Ahmed pergi ke pusat bantuan bersama sepupunya, Mazen Shaat. Menurut Mazen, Ahmed tertembak di area perut ketika pasukan Israel menembaki kerumunan di dekat pusat distribusi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) di Rafah.
Tak hanya Ahmed, serangan Israel juga menewaskan dan melukai warga Palestina lain yang tengah berjuang mencari makanan.
Sang ibu pun tak kuasa menahan tangis saat melihat tubuh putranya penuh luka tembak tergeletak di halaman Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan. Aljazeera menggambarkan, teriakan ibu itu bergema di udara, suaranya tercekat oleh kesedihan.
Ia mencium wajah, tangan, dan kaki sang putra sambil menangis. Enam kerabatnya yang lain mencoba menahannya, tetapi ia menepis mereka.
"Biarkan aku bersamanya. Biarkan aku bersamanya. Ahmed akan berbicara lagi!” teriaknya.
Kesedihan Asmahan Shaat berubah menjadi amarah: "Apakah masuk akal jika anak saya harus mati karena dia pergi membawakan kami makanan? Di mana dunia yang menyebut dirinya bebas? Berapa lama penyiksaan ini akan berlangsung?"
Jumlah Kematian di Dekat Lokasi Distribusi GHF Meningkat Setiap Hari
Hanya dalam waktu satu bulan, 600 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 4.200 orang terluka akibat tembakan Israel di dekat lokasi distribusi bantuan GHF.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, jumlah kematian di pusat-pusat ini meningkat hampir setiap hari.
Pusat bantuan GHF, yang seharusnya menjadi penyelamat – yang difasilitasi oleh AS lewat badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa – malah menjadi titik kritis yang mematikan.
Organisasi hak asasi manusia dan pejabat PBB telah mengkritik model GHF sebagai model militer, berbahaya, dan melanggar hukum.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Haaretz mengutip pernyataan tentara Israel yang mengatakan bahwa mereka telah diperintahkan untuk menembak ke arah kerumunan orang yang tidak bersenjata, bahkan ketika tidak ada ancaman.
Sebanyak 2 juta populasi Gaza telah kelelahan karena pemboman dan pengungsian tanpa henti selama 21 bulan. Mereka didorong ke ambang kelaparan oleh pembatasan Israel. (*)
Sumber: Liputan6.com
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »