Panglima Militer Iran Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi mengancam akan meluncurkan serangan yang melumpuhkan Israel jika perang pecah lagi. |
Menurutnya, rezim Zionis salah besar jika mereka berpikir telah menghancurkan sistem pertahanan Teheran dalam 48 jam.
Jenderal tertinggi Iran itu memperingatkan bahwa jika perang pecah lagi, Teheran akan meluncurkan serangan yang begitu dahsyat.
"Sehingga, bahkan Amerika Serikat mungkin tidak dapat menyelamatkan [Perdana Menteri Israel] Netanyahu," ujarnya, seperti dikutip Newsweek, Selasa (8/7/2025).
Menurut media pemerintah Iran, Mousavi bersumpah bahwa rencana pembalasan yang dipersiapkan dengan cermat akan diaktifkan jika apa yang disebutnya "kesalahan lain" dilakukan oleh rezim Zionis Israel.
Ancaman dilontarkan setelah perang 12 antara Iran dan Israel mereda dengan gencatan senjata.
Selama perang tersebut, lebih dari 900 warga Iran dan puluhan warga Israel tewas.
Pernyataan dari Kepala Angkatan Bersenjata Iran itu mengisyaratkan bahwa kondisi kawasan tersebut masih genting.
Konfrontasi terbaru antara Iran dan Israel, yang menyeret Amerika Serikat ke dalam pertempuran langsung, telah mengguncang pasar internasional, memacu urgensi diplomatik, dan memicu peringatan dari kekuatan global yang mengkhawatirkan perang yang lebih luas.
Ancaman terbuka Iran akan kampanye militer yang melumpuhkan meningkatkan kekhawatiran bahwa gencatan senjata yang rapuh itu mungkin hanya jeda dalam konflik yang lebih besar dan belum terselesaikan.
"Mereka pikir mereka dapat menghancurkan sistem kita dalam 48 jam dan mencabik-cabik Iran," kata Mousavi dalam sebuah peringatan untuk seorang komandan Korps Garda Revolusi Islam yang tewas dalam serangan Israel.
"Tetapi bangsa Iran berhasil mengalahkan mereka," ujarnya.
Mousavi menggambarkan pertempuran 12 itu sebagai bagian dari kampanye selama 15 tahun oleh Israel dan AS yang bertujuan untuk mengacaukan dan memecah belah Iran.
Namun, dia mengatakan bahwa kepemimpinan, angkatan bersenjata, dan rakyat Iran yang bersatu berhasil menggagalkan rencana itu.
Dia menambahkan bahwa Iran siap melancarkan serangan terakhir yang menghancurkan terhadap Israel tetapi menahan diri karena gencatan senjata.
"Kami telah menyiapkan rencana yang melumpuhkan, tetapi karena gencatan senjata, rencana itu tidak mendapat kesempatan untuk dilaksanakan. Namun, jika terjadi kesalahan lagi, rencana ini akan dilaksanakan. Bahkan Amerika Serikat mungkin tidak dapat menyelamatkan Netanyahu," imbuh Mousavi.
Perang 12 hari dimulai ketika Israel melancarkan serangannya terhadap situs militer dan nuklir Iran pada 13 Juni.
Amerika Serikat bergabung dengan kampanye militer Israel pada 22 Juni, menyerang fasilitas nuklir di Isfahan, Natanz, dan Fordow.
Presiden Donald Trump menamai kampanye pengeboman itu sebagai "Operasi Midnight Hammer" dan mengeklaim telah membongkar program nuklir Iran.
Meskipun gencatan senjata dengan Israel sudah berlaku, Iran telah menekankan bahwa pihaknya akan menanggapi dengan tegas jika diprovokasi lagi, dengan memperingatkan bahwa tahap akhir pembalasannya masih dalam tahap siaga.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dijadwalkan melakukan pertemuan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih.
Pertemuan berisiko tinggi itu terjadi pada saat yang kritis, dengan kedua belah pihak mempertimbangkan langkah selanjutnya dalam konflik yang dapat dengan cepat berkobar kembali. (*)
Sumber: SINDOnews.com
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »