Kata Gus Yahya Soal Seruan Islah Kiai Sepuh di Tengah Konflik PBNU

Kata Gus Yahya Soal Seruan Islah Kiai Sepuh di Tengah Konflik PBNU
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya. Ia mengatakan, sikap ketundukan terhadap seruah islah merupakan bentuk sam'an wa tha'atan atas bimbingan para Kiai sepuh. 

BENTENGSUMBAR.COM - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, mengajak seluruh jajaran PBNU dan Nahdliyin untuk menindaklanjuti seruan islah yang disampaikan para Kiai sepuh dalam forum Masyayikh di Pondok Pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur.

Seruan tersebut, menurut dia, merupakan bentuk perhatian terhadap kondisi dan upaya menjaga keutuhan organisasi di tengah polemik pemecatan dirinya oleh Syuriyah PBNU.

"Seruan harus dilakukan dalam semangat ukhuwah, kedewasaan, dan tanggung jawab bersama sebagai pengemban amanat Muktamar ke-34 NU," kata Yahya dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Ahad, 30 November 2025.

Ia melanjutkan, kebesaran organisasi tidak boleh dikalahkan hanya karena perbedaan pandangan. Karenanya, dawuh para Kiai dalam forum Masyayikh menjadi tuntunan penting bagi PBNU untuk menjaga ketenteraman umat dan kesinambungan NU dari struktur pusat hingga akar rumput.

Yahya mengatakan, sikap ketundukan terhadap seruah islah merupakan bentuk sam'an wa tha'atan atas bimbingan para Kiai sepuh yang selama ini menjadi penopang utama perjalanan jam'iyah.

"Dengan penuh keikhlasan, saya tunduk pada dawuh para masyayikh. Menahan diri, menjaga suasana, dan mengupayakan islah," ujar Yahya.

Sebelumnya, Syuriyah PBNU menerbitkan surat pemecatan Yahya sebagai Ketua Umum PBNU. Surat bernomor 4785/PB.02/A.II.10.01/99/11/2025 itu diteken oleh Wakil Rais Aam PBNU Afifuddin Muhajir dan Katib PBNU Ahmad Tajul Mafakhir pada Selasa, 25 November 2025.

Berdasarkan dokumen risalah rapat pengurus harian Syuriyah PBNU yang ditandatangani oleh Rais Aam PBNU Miftachul Akhyar, terdapat dua poin utama yang menjadi pertimbangan pengurus Syuriyah memutuskan untuk meminta Yahya mundur.

Pertama, pemakzulan berkaitan dengan tindakan Yahya mengundang akademikus zionis, Peter Berkowitz dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU beberapa waktu lalu.

Forum rapat harian Syuriyah PBNU menilai, kehadiran narasumber yang berafiliasi dengan jaringan zionisme internasional telah melanggar nilai serta ajaran Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah. Mereka menilai pelaksanaan Akademi Kepemimpinan Nasional NU dengan narasumber zionis melanggar peraturan organisasi.

Alasan kedua, pengurus Syuriyah mengatakan terdapat indikasi pelanggaran terhadap hukum syara' dalam tata kelola keuangan PBNU di bawah Yahya. Pengurus Syuriyah menilai tata kelola keuangan itu melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Pasal 97-99 ART dan Peraturan Perkumpulan NU, serta berimplikasi yang membahayakan pada eksistensi Badan Hukum Perkumpulan NU.

"Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas, maka Yahya Cholil Staquf tidak lagi berstatus sebagai Ketua Umum PBNU terhitung mulai tanggal 26 Novenber 2025 pukul 00.45 WIB," tulis poin ketiga surat tersebut.

Menanggapi warkat tersebut, Yahya mengklaim status hukumnya sebagai Ketua Umum PBNU tidak berubah dan tetap sah. "Bagaimana realitas hukumnya dan kenyataannya. Secara de jure, jelas saya masih tetap ketua umum. Menurut hukum, ini tidak terbantahkan," ujar dia, pada Rabu, 26 November 2025.

Namun pihak Rais Aam PBNU menegaskan Yahya Cholil Staquf tidak lagi menjabat sebagai Ketua Umum PBNU. Dengan demikian, Gus Yahya -sapaan Yahya- tidak lagi memiliki kewenangan maupun hak menggunakan atribut ketua umum.

Rais Aam Miftachul mengatakan, Yahya tak lagi berstatus Ketua Umum PBNU terhitung mulai 26 November 2025 pukul 00.45 WIB. “Sejak saat itu, kepemimpinan PBNU sepenuhnya berada di tangan Rais Aam,” kata Miftachul melalui keterangan tertulis, Sabtu, 29 November 2025.

Terkini, para kiai sepuh menggelar Forum Musyawarah Sesepuh NU di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri pada Ahad, 30 November 2025. Pertemuan yang diprakarsai K.H. Anwar Manshur dari Ponpes Lirboyo dan K.H. Nurul Huda Djazuli dari Ponpes Ploso ini membahas konflik internal yang kini melanda PBNU.

Juru bicara forum, K.H Abdul Muid didampingi K.H Abdurrohman Al Kautsar dan K.H Athoillah Anwar mengatakan, Forum Sesepuh Nahdlatul Ulama menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi yang terjadi di lingkungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

“Berharap bisa segera terjadi Islah,” kata Abdul Muid atau Gus Muid dalam keterangan persnya pada hari ini. (*) 

Sumber: Tempo.co

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »