| PT Bukit Raya Mudisa (BRM) mengirim tim berikut alat berat ke lokasi bencana. |
Sasaran pertama yang dibantu tim PT BRM yaitu membersihkan 64 unit rumah berikut 4 masjid di Kenagarian Padang Laweh dan Guguak Malalo. Di Baiang dan Muara Tambius sekitarnya merupakan titik terparah galodo Malalo.
Abdul Hadi dari PT BRM menuturkan, pihaknya bersama petugas gabungan dan relawan menargetkan pembersihan 64 rumah yang kondisinya dipenuhi materi akibat Galodo.
"Untuk mempermudah proses pembersihan rumah, kita gunakan alat semprot air. Sejauh ini hasilnya cukup memuaskan karena materi yang menumpuk bisa diurai dengan menggunakan alat ini," paparnya.
Alat berat juga digunakan untuk membersihkan jalan utama, supaya arus lalu lintas kendaraan kembali lancar.
Diharapkan aktivitas masyarakat bisa kembali pulih, termasuk untuk memudahkan proses bantuan yang akan didatangkan ke tiga jurong tersebut.
"Kita bersama petugas Kepolisian dan TNI serta relawan akan terus bergotong royong untuk membenahi tiga jurong ini. Karena bisa dilihat sendiri, kondisinya memang mengkhawatirkan. Semoga bantuan ini bermanfaat dan bisa bantu meringankan beban yang kini dialami saudara kita di sini," ujarnya.
Duka Warga Terdampak Bencana
Air mata mengalir di pipi Yuharni, perempuan berusia 60 tahunan, yang rumahnya berada Jurong Padang Laweh, Kanagarian Malalo Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, karena rumahnya nyaris tak berbentuk lagi dihantam galodo.
Rumahnya bersama puluhan rumah warga lain yang berada tepat di tepian Danau Singkarak itu, hancur lebur setelah dihantam banjir badang alias Galodo, pada Jumat (28/11/2025) kemarin.
"Sejak tahun 1958, sudah delapan kali daerah kami dihantam Galodo. Tapi kali ini yang paling parah," ujarnya memulai cerita, Kamis (4/12/2025).
Akibat musibah itu, dampaknya benar-benar dahsyat. Jalan utama di kawasan itu langsung terputus akibat terendam pasir bercampur batu dan batang kayu.
Jembatan utama yang berada sekitar 200 meter dari rumah Harni, juga bobol. Aliran listrik putus total.
Yang tersisa saat ini, hanya rumah-rumah warga yang dipenuhi dengan tanah bercampur kayu dan batu.
Sebagian rumah warga bahkan sudah tidak ada lagi, karena terseret Galodo dan hanyut ke dalam Danau Singkarak.
Beberapa batu dengan ukuran besar nyaris seukuran sebuah rumah, juga tampak bertebaran di mana-mana.
Empat hari setelah kejadian, kondisinya memang agak lumayan. Karena jalan utama yang sempat terputus, kini sudah bisa dilintasi.
Hal itu setelah pemerintah menurunkan alat berat guna membersihkan badan jalan yang sudah terlanjut tertutup tanah.
Namun tidak demikian halnya dengan rumah-rumah warga yang masih tersisa dan selamat dari hantaman Galodo. Karena kebanyakan dalam kondisi mengkhawatirkan.
Tumpukan tanah bercampur batu dan kayu yang tingginya mencapai 1,5 meter, memenuhi seluruh rumah tanpa kecuali.
Beberapa rumah yang berada tepat di tepian Danau Singkarak, seolah hanya menunggu waktu untuk roboh dan terjun bebas ke danau yamg berada di bawahnya.
"Kejadiannya begitu tiba-tiba, tepat saat masyarakat di sini hendak melaksanakan Salat Jumat," tutur Supriyatno, tetangga Yuharni.
Nasib Suprayitno bahkan lebih mengenaskan. Rumahnya yang berukuran 9 meter X 12 meter, bahkan sudah lenyap sama sekali.
Yang ada sekarang hanya timbunan tanah beserta batu besar, yang datang dari bukit yang berjarak sekitar 5 kilometer dari kampung mereka.
Untungnya, meski kondisi jurong itu porak poranda, tidak satu pun warga yang menjadi korban dalam musibah itu.
"Sebenarnya, Galodo sudah terjadi pada hari Selasa (24/11/2025) sebelumnya. Karena kami sudah beberapa kali mengalami, warga langsung mengungsi. Sehingga ketika Galodo besar terjadi pada hari Jumat, tidak ada lagi warga yang berada di rumah," terang Juharni.
Hantam 3 Jurong
Data yang dihimpun dari lokasi kejadian, Galodo yang menimpa kawasan Malalo menghantam tiga jurong, yakni Padang Laweh, Guguak Malalo dan Muara Tambius. Sedangkan kerusakan paling parah berada di Muara Tambius, yang lokasinya memang berada di tepi aliran anak sungai yang bermuara ke Danau Singkarak.
Lokasinya sekitar 200 meter dari dua jurong lain. Di tempat ini, tidak banyak rumah warga yang tersisa.
Karena posisinya yang berada di tepi sungai, kebanyakan materi yang terbawa serta dalam Galodo menghantam kawasan itu.
Namun demikian, kondisi di dua jurong lainnya juga tak begitu jauh berbeda.
Hal ini disebabkan Galodo yang terjadi kali ini, memang berbeda. Seperti dituturkan Suprayitno, Galodo yang menimpa jurong Padang Laweh dan Guguak Malalo berasal dari aliran air bercampur tanah, batu dan kayu, yang sama sekali baru.
Aliran baru ini muncul dari guguran bukit yang berjarak sekitar 5 kilometer dari tempat mereka.
Sebelum menghantam kawasan pemukiman warga, Galodo terlebih dahulu melabrak dan meluluhlantakkan puluhan hektar lahan perkebunan milik masyarakat yang berada di bawahnya.
"Ada juga lahan sawah yang ikut tertimbun, tapi kami belum tahu berapa luasnya. Yang pasti cukup luas lah," tambah pria yang juga sumando di kampung itu.
Perbaikan Terus Berjalan
Dari pantauan lapangan, sepanjang Kamis (4/12/2025), proses perbaikan terus berjalan di tiga jurong tersebut
Petugas dari Kepolisian dan TNI serta relawan, terus bahu membahu membersihkan lahan yang terendam tanah bercampur batu.
Termasuk bantuan dari petugas dan alat berat serta pendukung lainnya dari PT Bukit Raya Mudisa (BRM) yang bergabung dengan tim TNI serta BPBD Tanah Datar.
Yuharni memang sangat berharap, proses perbaikan khususnya membersihkan rumah-rumah warga dari material akibat Galodo, berjalan dengan cepat. Karena sampai saat ini, mereka masih bertahan di tempat pengungsian.
"Rumah kami sudah tidak bisa dihuni lagi karena tanah dan batu sudah penuh semua. Ini yang paling kami butuhkan sekarang. Jadi kalau bisa kami sudah bisa kembali lagi ke rumah. Nanti perbaikan lain bisa menyusul," harapnya. (ms)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »