| Revi dengan tegas mengajak sesama mahasiswa untuk segera mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS Kesehatan. |
Revi mengaku, kesadaran itu muncul dari pengamatannya terhadap lingkungan sekitar, di mana ia melihat sendiri bagaimana teman dan keluarganya pernah dalam kondisi darurat saat membutuhkan pelayanan kesehatan dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Ia mengatakan banyak yang merasa masih muda, sehat dan jarang sakit, sehingga menganggap kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) belum terlalu mendesak.
“Di usia yang masih muda, sering kali kita merasa tidak akan sakit atau terkena masalah kesehatan serius, padahal kenyataannya, sakit itu tidak pernah kenal umur. Beruntungnya, saya sekeluarga sudah lama terdaftar sebagai peserta JKN, sehingga kami bisa tenang” ujar Revi.
Sebagai mahasiswa, Revi memahami bahwa banyak dari teman sebayanya yang masih bergantung pada orang tua dalam hal pembiayaan. Walaupun demikian, tidak semua keluarga
memiliki kondisi ekonomi yang stabil.
Menurutnya, BPJS Kesehatan menjadi solusi yang sangat membantu untuk meminimalkan beban biaya ketika sakit tiba-tiba menyerang. Mulai dari biaya konsultasi medis, perawatan hingga obat-obatan, semuanya dapat diakses dengan mudah, terjangkau dan berkualitas.
“Yang namanya sakit, sering datang tanpa peringatan, bahkan penyakit ringan saja bisa menjadi mahal jika kita tidak punya perlindungan. Dengan terdaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan, setidaknya kita tidak perlu takut memikirkan biaya karena semuanya telah dijamin dengan baik,” tutur Revi.
Revi menegaskan bahwa kebiasaan menunda untuk mendaftar sebagai peserta JKN bisa sangat berisiko dan berbahaya. Hal inilah yang membuat Revi semakin gencar mengajak teman sebayanya untuk mendaftar sebagai peserta JKN karena ia tidak ingin temantemannya berada pada situasi di mana mereka membutuhkan layanan medis secara mendadak, tetapi belum terdaftar sebagai peserta JKN.
“Saya memang belum pernah menggunakan BPJS Kesehatan untuk berobat dan saya bersyukur karena diberikan kesehatan dan bukan berarti saya tidak butuh perlindungan.
Sebagai contohnya, sepupu saya pernah dirawat inap di RSI Ibnu Sina Payakumbuh selama 1 minggu karena riwayat jantung dan saya menjadi saksi nyata jika BPJS Kesehatan menjamin penuh biaya pengobatannya hingga sembuh,” jelas Revi.
Revi menekankan bahwa jaminan kesehatan bukanlah sesuatu yang hanya diperlukan oleh orang tua atau mereka yang sudah bekerja, tetapi juga penting bagi mahasiswa yang
mobilitasnya tinggi dan sering menjalani aktivitas padat di kampus. Menariknya, ia juga mengedepankan satu hal penting yang sering tidak disadari banyak mahasiswa, yaitu kemudahan layanan lewat aplikasi Mobile JKN.
“Di era serba digital ini, layanan administrasi BPJS Kesehatan dapat diakses dengan mudah, cepat dan setara. Mau cek status kepesertaan, ubah fasilitas kesehatan atau kelas rawat, ambil antrean online, bahkan cek riwayat pelayanan kesehatan bisa dilakukan dari smartphone. BPJS Kesehatan telah memudahkan semuanya dan hal ini perlu diketahui oleh peserta JKN lain,” tambah Revi.
Bagi Revi, menjadi peserta BPJS Kesehatan merupakan langkah kecil, namun berdampak besar. Revi mengibaratkan memiliki jaminan kesehatan, seperti sedia paying sebelum hujan.
“Bayangkan jika tiba-tiba kita harus dirawat di rumah sakit dan tanpa BPJS Kesehatan, biayanya bisa mahal. Tetapi jika sudah memiliki BPJS Kesehatan, semua biayanya bisa ditanggung dan membuat kita merasa aman dan tenang,” kata Revi.
Lebih jauh, Revi berharap ajakannya ini bisa menjadi gerakan kecil yang memberikan dampak positif bagi generasi muda. Revi ingin mahasiswa lain bisa memahami bahwa investasi terbaik di usia muda tidak hanya terletak pada pendidikan dan karier masa depan, tetapi juga pada
kesehatan.
“Sehebat apa pun rencana kita, jika kesehatan sudah terganggu, maka semuanya bisa terhambat. Oleh karena itu, segera daftar menjadi peserta JKN, manfaatkan kemudahan teknologinya dan jaga kesehatan kita bersama,” himbau Revi.
Terakhir, Revi juga berharap agar BPJS Kesehatan dapat terus menyosialisasikan program JKN melalui media sosial, sosialisasi ke fasilitas kesehatan dan media lainnya. Menurutnya, upaya ini perlu dilakukan agar masyarakat dapat memahami bahwa memiliki kepesertaan JKN bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan seberapa sering kita sakit, melainkan seberapa siap kita menghadapi kemungkinan terburuk. (HM)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »