BentengSumbar.com --- Tujuh tahun lalu, seorang bernama Djuyoto Suntani yang bekerja sebagai direktur utama Komite Perdamaian Dunia (The World Peace Committe), meluncurkan bukunya yang sangat provokatif, Tahun 2015 Indonesia Pecah. Menurut dia dalam buku yang diterbitkan Penerbit Pustaka Perdamain itu, ancaman terbesar pada tahun 2015 bukan kelaparan, bukan banjir, bukan bencana alam. Melainkan Indonesia yang pecah berkeping-keping menjadi 17 negara bagian.
Ia meramalkan bahwa pada Pilpres 2014 bakal bermunculan figur dari berbagai daerah yang bertarung memperebutkan kursi RI-1. Dan ia memperkirakan jika mereka kalah, karena desakan massa pendukung, opsi lain adalah mendirikan negara baru, melepaskan diri dari Jakarta. Gonjang ganjing Indonesia sebagai bangsa, kata dia, akan mencapai titik didih terpanas pada Pilpres 2014. Jika tidak mampu mengendalikan keutuhan negeri ini, tahun 2015 Indonesia benar-benar pecah. Para Capres Indonesia 2014 yang gagal ramai-ramai akan pulang kampung untuk mendeklarasikan negara baru.
Dalam bukunya itu, Djuyoto bahkan sudah secara rinci mendeteksi negara-negara pecahan Indonesia tersebut. Menurutnya, negara-negara itu nantinya akan dibangun dengan fundasi kesamaan kepentingan primordial, ikatan ekonomis (kepentingan bisnis), ikatan kultur (kesamaan budaya), ikatan ideologis (kepentingan politik), dan ikatan regilius (membangun negara berdasar agama). Sebanyak 17 negara itu akan menjadi semacam satelit bagi negara induk, yang ia sebut sebagai negara republik Jamali, Jawa, Madura dan Bali.
Ramalan ini memang terdengar ekstrim. Dan terasa semakin seram karena menurut dia, pemicu perpecahan itu tak hanya faktor dalam negeri. Ia mengatakan ada dalang internasional-nya, yaitu kaum neoliberalis melalui kekuatan kapitalnya. Ia pun menyandingkan proyeksi perpecahan itu dengan apa yang sudah lebih dulu terjadi di negara-negara eropa timur. (***)
Ia meramalkan bahwa pada Pilpres 2014 bakal bermunculan figur dari berbagai daerah yang bertarung memperebutkan kursi RI-1. Dan ia memperkirakan jika mereka kalah, karena desakan massa pendukung, opsi lain adalah mendirikan negara baru, melepaskan diri dari Jakarta. Gonjang ganjing Indonesia sebagai bangsa, kata dia, akan mencapai titik didih terpanas pada Pilpres 2014. Jika tidak mampu mengendalikan keutuhan negeri ini, tahun 2015 Indonesia benar-benar pecah. Para Capres Indonesia 2014 yang gagal ramai-ramai akan pulang kampung untuk mendeklarasikan negara baru.
Dalam bukunya itu, Djuyoto bahkan sudah secara rinci mendeteksi negara-negara pecahan Indonesia tersebut. Menurutnya, negara-negara itu nantinya akan dibangun dengan fundasi kesamaan kepentingan primordial, ikatan ekonomis (kepentingan bisnis), ikatan kultur (kesamaan budaya), ikatan ideologis (kepentingan politik), dan ikatan regilius (membangun negara berdasar agama). Sebanyak 17 negara itu akan menjadi semacam satelit bagi negara induk, yang ia sebut sebagai negara republik Jamali, Jawa, Madura dan Bali.
Ramalan ini memang terdengar ekstrim. Dan terasa semakin seram karena menurut dia, pemicu perpecahan itu tak hanya faktor dalam negeri. Ia mengatakan ada dalang internasional-nya, yaitu kaum neoliberalis melalui kekuatan kapitalnya. Ia pun menyandingkan proyeksi perpecahan itu dengan apa yang sudah lebih dulu terjadi di negara-negara eropa timur. (***)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »