![]() |
Oleh: Pinto Janir, Sastrawan dan Budayan Sumatera Barat. |
ADA yang tak beres di keinginannya itu. Bagaikan taburan bintang di langit, keinginannya itu sebagian berserakan dan sebagian lagi bergelayut di pohon hatinya yang rapuh. Berat memang menggayutkan berbuah-buah keinginan di batang yang tak siap. Sementara pikirannya yang terserak di tanah itu tak pula dipungut orang, karena tak lebih dari ceceran sampah! Biarkan saja angin keras menyapunya.
Batang itupun terkilir sudah. Menahan beban yang berat dalam keterpaksaan adalah derita yang tersuruk. Keharusan pada tiap menit membuat ia sakit dalam kesusahan. Perulangan dan pergantian waktu membuat ia terbiasa, sehingga sakit menjadi reda lalu tiada.
Pada bilik lain, ia mengamarkan pikiran di ruang tanpa kelambu. Ia pebiarkan saja serangga memantak utak benaknya yang galir.Malamnya menjadi malam panjang yang paling gelisah. Sekalipun bulan cemberut, tetap saja ia berupaya memicingkan matanya. Tak bisa. Bagaimana hendak tidur bila hati masih terjaga? Ketika matanya lelah, namun dalam sepi hatinya masih bersikencak dan menari-nari dengan hayalan-hayalan yang sunyi. Itu membuat ia tak mampu berada di posisi yang tepat dalam dirinya sendiri.
Kecemasan tak ia terjemahkan sebagai kegamangan. Ia terkadang merasa seperti seorang kesatria yang gagah berani. Dia sebenarnya adalah sepotong ‘entah’ yang ia kuat-kuatkan supaya menjadi sebuah keniscayaan. Padahal angin telah lama mengingatkannya bahwa tonggak yang ia pancangkan dulu itu sudah goyah. Pasak yang ia sumbatkan, justru mempersempit harapan-harapan yang ia tanam sendiri. Tetap saja ia merasa, bahwa tak akan lekang pasak tersiram matahari.
Sebenarnya ia tak lebih dari sebongkah hidup yang ngilu. Itu terjadi sejak hatinya terkilir akibat tergelincir pada ‘daun-daun’ keinginan yang licin. Ketika pikiran menerjemahkan keinginan dalam keterkiliran hati maka yang tercipta adalah kecelakaan imaji yang tragis. Ia tak pernah bertanya, mengapa tapak kaki yang ia langkahkan tak pernah meninggalkan jejak. Kalaupun itu berjejak, itupun jejak yang buruk. Pernah suatu kali ia terjaga dari tidurnya yang melayang, ia lihat hati dan otaknya jatuh di lantai yang dingin dan basah. Hatinya berkerenyut.Otaknya dikerubungi semut. Kemudian, dia campakkan hati dan pikiran itu dari balik jendela cakrawalanya yang gelap! Sejak itu, segala keinginannya ia jaga dan ia pelihara ia percayai kepada naluri.- yang liar.
Ia tak peduli lagi menjadi apa atau menjadi siapa. Standar penglihatannya bergeser sudah. Dia tak lagi melihat realita sebagai sebuah kenyataan yang ada. Ia memandang hidup sebagai sesuatu yang abu-abu. Pilihan hidupnya tidak memilih. Sikap hidupnya tidak bersikap. Ia orang ada yang lenyap.
Baginya, dosa atau pahala hanya sebatas hayalan yang mengancam dan hayalan yang memberi harapan. Ukuran baik buruk baginya adalah sebesar apa keinginan-keinginannya. Ia tumbuh sebagai batang yang tajam dan kejam. Si Keparat berlagak malaikat itu, adalah dia!
Ia kini makin liar. Harapannya adalah merebut,merampok kekuasaan-kekuasaan. Apapun caranya, akan ia lakukan. Ia adalah manusia binatang, bila perlu kekuasaan Tuhan pun ia kudeta.
Sejak hati dan pikirannya ia buang jauh-jauh, dunia terancam!
Batang itupun terkilir sudah. Menahan beban yang berat dalam keterpaksaan adalah derita yang tersuruk. Keharusan pada tiap menit membuat ia sakit dalam kesusahan. Perulangan dan pergantian waktu membuat ia terbiasa, sehingga sakit menjadi reda lalu tiada.
Pada bilik lain, ia mengamarkan pikiran di ruang tanpa kelambu. Ia pebiarkan saja serangga memantak utak benaknya yang galir.Malamnya menjadi malam panjang yang paling gelisah. Sekalipun bulan cemberut, tetap saja ia berupaya memicingkan matanya. Tak bisa. Bagaimana hendak tidur bila hati masih terjaga? Ketika matanya lelah, namun dalam sepi hatinya masih bersikencak dan menari-nari dengan hayalan-hayalan yang sunyi. Itu membuat ia tak mampu berada di posisi yang tepat dalam dirinya sendiri.
Kecemasan tak ia terjemahkan sebagai kegamangan. Ia terkadang merasa seperti seorang kesatria yang gagah berani. Dia sebenarnya adalah sepotong ‘entah’ yang ia kuat-kuatkan supaya menjadi sebuah keniscayaan. Padahal angin telah lama mengingatkannya bahwa tonggak yang ia pancangkan dulu itu sudah goyah. Pasak yang ia sumbatkan, justru mempersempit harapan-harapan yang ia tanam sendiri. Tetap saja ia merasa, bahwa tak akan lekang pasak tersiram matahari.
Sebenarnya ia tak lebih dari sebongkah hidup yang ngilu. Itu terjadi sejak hatinya terkilir akibat tergelincir pada ‘daun-daun’ keinginan yang licin. Ketika pikiran menerjemahkan keinginan dalam keterkiliran hati maka yang tercipta adalah kecelakaan imaji yang tragis. Ia tak pernah bertanya, mengapa tapak kaki yang ia langkahkan tak pernah meninggalkan jejak. Kalaupun itu berjejak, itupun jejak yang buruk. Pernah suatu kali ia terjaga dari tidurnya yang melayang, ia lihat hati dan otaknya jatuh di lantai yang dingin dan basah. Hatinya berkerenyut.Otaknya dikerubungi semut. Kemudian, dia campakkan hati dan pikiran itu dari balik jendela cakrawalanya yang gelap! Sejak itu, segala keinginannya ia jaga dan ia pelihara ia percayai kepada naluri.- yang liar.
Ia tak peduli lagi menjadi apa atau menjadi siapa. Standar penglihatannya bergeser sudah. Dia tak lagi melihat realita sebagai sebuah kenyataan yang ada. Ia memandang hidup sebagai sesuatu yang abu-abu. Pilihan hidupnya tidak memilih. Sikap hidupnya tidak bersikap. Ia orang ada yang lenyap.
Baginya, dosa atau pahala hanya sebatas hayalan yang mengancam dan hayalan yang memberi harapan. Ukuran baik buruk baginya adalah sebesar apa keinginan-keinginannya. Ia tumbuh sebagai batang yang tajam dan kejam. Si Keparat berlagak malaikat itu, adalah dia!
Ia kini makin liar. Harapannya adalah merebut,merampok kekuasaan-kekuasaan. Apapun caranya, akan ia lakukan. Ia adalah manusia binatang, bila perlu kekuasaan Tuhan pun ia kudeta.
Sejak hati dan pikirannya ia buang jauh-jauh, dunia terancam!
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »