![]() |
Oleh: Denny Siregar, Pengamat Sosial, Politik, Budaya, dan Agama. |
ENTAH apa yang mendasari seseorang bertanya kepadaku tentang kebahagiaan, ketika ia menceritakan tentang betapa rumit dan kompleksnya jalan hidupnya selama ini.
Masalah ekonomi, rumah tangga, komunikasi antar pasangan yang hancur lebur dan segala macam masalah yang menjerat manusia bagai terperangkap di sarang laba-laba. Semakin bergerak, semakin kuat menjerat. Sampai pada satu titik, ia tidak lagi memahami apa arti bahagia.
Bahkan aku sendiri tidak tahu apa arti bahagia itu, karena begitu relatif.
Jika kebahagiaan itu berarti ketenangan dalam menjalankan hidup, maka aku bisa menjelaskan.
Tidak ada hal yang lebih menenangkan ketika kita akhirnya memahami bahwa hidup itu sebenarnya hanyalah perjalanan. Perjalanan panjang dengan semua peristiwa yang terjadi dalam prosesnya dan kemampuan kita mengambil maknanya.
Seharusnya setiap kejadian yang menekan begitu dahsyat, mengingatkan kita bahwa sudah bukan masanya lagi bersikap sombong. Kerendahan hati menjadi teman sejati untuk mendapatkan mutiara-mutiara makna dalam perjalanan.
Jangan pernah lagi mengatakan bahwa Tuhan tidak tidur, karena pen-sifatan Tuhan dengan sifat manusia hanyalah pengoles hati. Kita harus memahami bahwa apapun yang terjadi, ke depannya selalu lebih baik.
Betulkan dulu tauhidmu, dan lakukan apa yang terbaik menurutmu. Biarkan Tuhan menyelesaikan keseluruhan sisanya. Maka, seluruh masalah akan terurai satu persatu dari arah yang tidak disangka dan terpikirkan. Biarkan Tuhan menunjukkan kehebatanNya dan memperlihatkan betapa kecilnya kita sebagai manusia. Maka disitulah terjadi ketenangan.
Kita tidak pernah tahu apa yang membuat kita bahagia. Kita hanya mampu menduga-duga. Dan dugaan kita akan selalu salah karena kita tidak pernah mampu mengenal Tuhan, selain melalui RasulNya dan para Imam suci-Nya.
Masalah ekonomi, rumah tangga, komunikasi antar pasangan yang hancur lebur dan segala macam masalah yang menjerat manusia bagai terperangkap di sarang laba-laba. Semakin bergerak, semakin kuat menjerat. Sampai pada satu titik, ia tidak lagi memahami apa arti bahagia.
Bahkan aku sendiri tidak tahu apa arti bahagia itu, karena begitu relatif.
Jika kebahagiaan itu berarti ketenangan dalam menjalankan hidup, maka aku bisa menjelaskan.
Tidak ada hal yang lebih menenangkan ketika kita akhirnya memahami bahwa hidup itu sebenarnya hanyalah perjalanan. Perjalanan panjang dengan semua peristiwa yang terjadi dalam prosesnya dan kemampuan kita mengambil maknanya.
Seharusnya setiap kejadian yang menekan begitu dahsyat, mengingatkan kita bahwa sudah bukan masanya lagi bersikap sombong. Kerendahan hati menjadi teman sejati untuk mendapatkan mutiara-mutiara makna dalam perjalanan.
Jangan pernah lagi mengatakan bahwa Tuhan tidak tidur, karena pen-sifatan Tuhan dengan sifat manusia hanyalah pengoles hati. Kita harus memahami bahwa apapun yang terjadi, ke depannya selalu lebih baik.
Betulkan dulu tauhidmu, dan lakukan apa yang terbaik menurutmu. Biarkan Tuhan menyelesaikan keseluruhan sisanya. Maka, seluruh masalah akan terurai satu persatu dari arah yang tidak disangka dan terpikirkan. Biarkan Tuhan menunjukkan kehebatanNya dan memperlihatkan betapa kecilnya kita sebagai manusia. Maka disitulah terjadi ketenangan.
Kita tidak pernah tahu apa yang membuat kita bahagia. Kita hanya mampu menduga-duga. Dan dugaan kita akan selalu salah karena kita tidak pernah mampu mengenal Tuhan, selain melalui RasulNya dan para Imam suci-Nya.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »