![]() |
Ilustrasi. |
SISI yang menarik dalam hidup ini adalah Tuhan selalu menitipkan luka di dalam diri kita untuk dipelihara.
Ada yang berupa kegagalan dalam berumah-tangga. Atau ketidak-mampuan meraih apa yang dikejar. Kehilangan orang yang dicintai. Kebanggaan yang hilang. Seperti hal-nya sidik jari, tidak ada luka dengan bentuk dan kedalaman yang sama pada setiap manusia.
Kita mengenalnya dengan sisi gelap. Sebuah peristiwa yang menyakitkan dan membekas begitu dalam.
Sebagian dari kita tidak mampu mengendalikan lukanya, yang menyebabkan luka itu membesar dan bernanah. Ia hanya mampu menghibur diri dengan menipu dirinya sendiri bahwa semua baik-baik saja.
Luka yang membusuk di dalam dirinya, membentuk pribadinya menjadi negatif. Apatis, paranoid, dengki, dendam, serakah, kepercayaan diri yang hilang. Sebutkan saja semuanya.
Mereka kalah. Kebahagiaan yang mereka tampilkan sifatnya semu. Sentuhlah luka itu sedikit saja, maka ia akan meledak.
Hanya sebagian kecil saja dari kita yang mampu hidup berdampingan dengan luka itu. Mereka ini adalah orang-orang yang memahami bahwa semua peristiwa itu selalu mempunyai makna, dan mampu mengambil sarinya. Mereka belajar bukan untuk menutupinya, tetapi mengendalikannya ke arah yang baik.
Inilah yang dinamakan kebahagiaan spiritual. Kemenangan mengendalikan kekang sisi gelap dan membawanya berlari kearah kebijaksanaan. Kemampuan menyerahkan semua masalah kepada Tuhan yang selalu mengingatkan bahwa kita adalah mahluk rentan.
Meskipun Tuhan yang menciptakan peristiwanya, kita-lah yang harus memilih harus menjadi seperti apa dan bagaimana. Kalah ataukah menjadi pemenang.
Secangkir kopi bahkan tidak akan mampu menggambarkan pahitnya situasi ini. Kita hanya mampu menambahkan sedikit gula saja, hanya untuk bisa menikmatinya.
(Penulis Denny Siregal, pengamat sosial politik, budaya, dan agama, tinggal di Jakarta)
Ada yang berupa kegagalan dalam berumah-tangga. Atau ketidak-mampuan meraih apa yang dikejar. Kehilangan orang yang dicintai. Kebanggaan yang hilang. Seperti hal-nya sidik jari, tidak ada luka dengan bentuk dan kedalaman yang sama pada setiap manusia.
Kita mengenalnya dengan sisi gelap. Sebuah peristiwa yang menyakitkan dan membekas begitu dalam.
Sebagian dari kita tidak mampu mengendalikan lukanya, yang menyebabkan luka itu membesar dan bernanah. Ia hanya mampu menghibur diri dengan menipu dirinya sendiri bahwa semua baik-baik saja.
Luka yang membusuk di dalam dirinya, membentuk pribadinya menjadi negatif. Apatis, paranoid, dengki, dendam, serakah, kepercayaan diri yang hilang. Sebutkan saja semuanya.
Mereka kalah. Kebahagiaan yang mereka tampilkan sifatnya semu. Sentuhlah luka itu sedikit saja, maka ia akan meledak.
Hanya sebagian kecil saja dari kita yang mampu hidup berdampingan dengan luka itu. Mereka ini adalah orang-orang yang memahami bahwa semua peristiwa itu selalu mempunyai makna, dan mampu mengambil sarinya. Mereka belajar bukan untuk menutupinya, tetapi mengendalikannya ke arah yang baik.
Inilah yang dinamakan kebahagiaan spiritual. Kemenangan mengendalikan kekang sisi gelap dan membawanya berlari kearah kebijaksanaan. Kemampuan menyerahkan semua masalah kepada Tuhan yang selalu mengingatkan bahwa kita adalah mahluk rentan.
Meskipun Tuhan yang menciptakan peristiwanya, kita-lah yang harus memilih harus menjadi seperti apa dan bagaimana. Kalah ataukah menjadi pemenang.
Secangkir kopi bahkan tidak akan mampu menggambarkan pahitnya situasi ini. Kita hanya mampu menambahkan sedikit gula saja, hanya untuk bisa menikmatinya.
(Penulis Denny Siregal, pengamat sosial politik, budaya, dan agama, tinggal di Jakarta)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »