Diri Adalah Medan Perang

Ilustrasi. 
BERTEMU seorang teman yang sedang berada dalam situasi "ruang kosong".

Ruang kosong adalah ruang dimana kita hampir tidak mampu berbuat apa-apa. Semua proses sudah dilakukan, tapi hasilnya belum tampak. Mau melangkah ke hal lain, tapi sulit karena seluruh usaha telah difokuskan ke satu titik.

Wajahnya tampak cemas. Ada rasa takut yang tumbuh dihatinya bahwa apa yg ia lakukan akan gagal, dan runtuh semua pondasinya. Sore itu kami minum kopi seperti biasanya.

"Apa yang harus kulakukan ?" tanyanya.

"Tidak ada.." Jawabku tenang.

Dia sedikit terhentak, " berarti tidak ada usaha dong ?"

Aku tersenyum, "Kenapa kita selau diburu-buru waktu terhadap hasil ? Sudah jelas hasil adalah hak Tuhan. Dan terserah Tuhan kapan waktunya, itu pasti yang terbaik."

Temanku kelihatan tidak senang dengan jawabanku yang tampak baginya klise itu.

Kuhirup kopiku.

"Masalahnya, kamu sekarang sedang was-was. Ini saat-saat yang baik bagi iblis berkuasa di hatimu. Mereka sedang membisikkan ketidak-yakinan kepada Tuhan dalam hatimu. Ini ujian keyakinan sebenarnya. Kamu mungkin sudah menganggap bahwa semua usahamu karena Tuhan. Kamu juga memutuskan bahwa duniawi tidak mempengaruhimu lagi."

Tapi, benarkah seperti itu ? Diciptakanlah ruang kosong dalam prosesnya, supaya kita merenung. Merenung adalah satu cara untuk mengalahkan pasukan iblis yang masih bersemayam dalam hatimu.

Renungan ini bertujuan untuk menstabilkan jiwamu. Kamu akan diberikan rejeki yang besar, bahaya kalau jiwamu tidak stabil. Jangan sampai apa yang dipercayakan Tuhan kepadamu menghantam dirimu sendiri..."

Ia mulai tertarik dengan perkataanku.

"Salah satu tempat iblis bersemayam adalah imajinasi. Imajinasi mu tentang apa yang akan kamu dapatkan dan apa yang akan kamu lakukan dari apa yg kamu kerjakan itulah yang membuatmu was-was dan tidak tenang, takut ketika hasilnya tidak seperti yang kamu harapkan.

Tuhan menundukkanmu dengan menahan prosesnya dan membuatmu merenung, supaya ketika kamu berhasil kamu tidak lalai. Dan ketika kamu gagal, kamu tidak patah..."

Temanku sudah mulai mendapat kepingan dari gambar dirinya yang hilang. Terkadang memang kita harus yakin, kita ini hidup hanya untuk melawan diri kita sendiri.

Secangkir kopi adalah teman merenung yang terbaik...

(Penulis adalah Denny Siregar, pengamat sosial politik dan keagamaan, tinggal di Jakarta)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »