Apa Kabar SPBU Asing ?

Apa Kabar SPBU Asing ?
SEJAK pemerintahan SBY, mata kita tiba-tiba membelalak melihat nama-nama asing di SPBU. Shell, Total, Petronas dan banyak lagi. Kita seperti orang asing di tanah sendiri sesudah diserbu supermarket dengan nama-nama asing.

SPBU asing layaknya macan tidur tetapi tetap awas. Meski terlihat sepi, mereka menunggu momen penting, dihapusnya subsidi BBM sehingga mereka bisa bersaing. Perdagangan bebas membuat kita tidak mampu menghalangi mereka, apalagi kebijakan SBY sama sekali tidak melindungi negara ini. Ada ratusan SPBU asing di negara ini dan terbanyak ada di Jakarta.

Perang melawan mereka tidak bisa dengan perang terbuka, karena kita pasti akan dihadapkan ke Mahkamah Internasional karena mengingkari perjanjian perdagangan bebas. Jika ngotot, maka kita bisa diembargo. Kita belum tentu setahan bangsa Iran yg manut pada ulamanya, karena negara kita masih demokrasi sekuler.

Saya tertarik dengan strategi perang yang disarankan Faisal Basri, Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas.

Faisal Basri menyarankan premium dihapus saja, karena sebenarnya premium di Indonesia itu adalah pertamax yang diturunkan kualitasnya. Langsung saja jual pertamax.

Ketika Pertamina menghapus premium, maka yang teriak senang adalah SPBU asing, begitu perkiraan banyak orang.

Oh, senang ? Tunggu dulu.

Pertamax yang dijual di SPBU asing harganya berada di angka Rp. 9.950, harga yang sama ketika kita hanya menjual Pertamax juga. Tapi kita yang mempunyai negara, jadi gapapa dong kalau kita minta subsidi pemerintah ?

Nah, jika di subsisi 2 ribu rupiah saja, maka harga Pertamax Pertamina jauh dibawah SPBU asing. Maka, SPBU asing gigit jari. Kalau masih ada jarinya yang bisa digigit. Dipastikan, jika ini dilakukan pemerintah, SPBU asing akan bangkrut dan hengkang dari negara kita. Tanah yang sudah mereka beli, dijual lagi ke bangsa kita.

Pertanyaannya, mau dan mampukah kita menerapkan strategi perang ini ? Ini yang sulit, karena para pemilik minyak asing itu pasti ngadu ke pemerintahnya supaya menjewer pemerintah Indonesia.

Apapun, inilah perang otak bukan otot. Kekuatannya ada diketahanan menghadapi lobi-lobi asing yang tidak bisa diremehkan.

Tahan dulu teriakan anda saat pergantian tahun, ketika pemerintah menerapkan strategi perang yang disarankan Faisal Basri, baru bersoraklah. Setidaknya kita bisa menjulurkan lidah dan menepuk dada kita yang kerempeng karena kurang gizi puluhan tahun di korupsi.

Tapi bagaimana jika tidak ?

Ah, itu biar PKS aja yang menjawabnya. Mereka pasti hiruk pikuk riuh rendah dan kita kembali ngopi sambil tertawa sama-sama melihat logika mereka yang cenderung logila...

Ditulis Oleh: Denny Siregar, Pengamat Sosial, Politik, Budaya, dan Agama.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »