Bingkuang, Bukan Lagi Ikon Kota Padang?

Bingkuang, Bukan Lagi Ikon Kota Padang?
SETIAP daerah pada umumnya mempunyai icon tersendiri yang membedakannya dengan tempat yang lain. Bahkan icon tersebut dijadikan julukan ternama dari daerah tersebut. Seperti daerah di Sumatera Barat ini, Bukittinggi kota jam gadang, Pariaman kota tabuik. 

Ada juga daerah yang menjadikan makanan sebagai icon daerahnya, seperti galamai dari Payakumbuh,  rinuak dari Maninjau dan bilih dari Singkarak.

Taukah sobat semua, apa yang menjadi Icon Kota Padang, ibukota Provinsi Sumatera Barat? Apakah jembatan siti Nurbaya? atau Padang kota Malin Kundang? Jika ditelusuri lebih lanjut, dari berbagai sumber ternyata yang menjadi icon Kota Padang adalah Bingkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus).


Kota Padang dikenal sebagai Ranah Bingkuang. Sejak kapan tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini menjadi ikon Kota Padang, sejarahnya pun kurang jelas. Kemungkinan kota ini dijuluki Ranah Bingkuang karena Padang merupakan penghasil bingkuang terbesar di Sumatera Barat. Dan menjadi oleh-oleh utama bagi wisatawan jika berkunjung ke Kota Padang ini.  


Menurut cerita, dahulunya Kota Padang memiliki budidaya kebun bingkuang, walaupun tidak seluruh kecamatan yang menanam bingkuang. Hanya ada empat dari sebelas kecamatan di Kota Padang yang menanam bingkuang, yaitu Koto tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh. Dan dahulunya sepanjang jalan Hamka Padang terdapat puluhan penjual bingkuang yang berjejer sepanjang pinggir jalan mendagangkan bingkuang kepada pengendara yang melewati jalan tersebut.


Tapi faktanya sekarang sangat jauh berbeda. Di sepanjang jalan Hamka jarang sekali terlihat saat ini pedagang bingkuang tersebut. Walaupun ada, itupun cuma satu atau dua pedang bingkuang saja. Mungkin para pedagang bingkuang tersebut sudah melakukan migrasi ke kawasan seputaran jembatan layang Duku, Pariaman. 


Di sepanjang  jalan setelah dan sebelum jembatan layang Duku, banyak ditemui komunitas penjual bingkuang ini. Susunan lapak penjual bingkuang ini menjadi pemandangan yang unik yang sering dijumpai oleh wisatawan yang melewati jalan ini. Mungkin tempat ini bisa menjadi surga bagi mereka untuk menjualkan bingkuang yang merupakan icon Kota Padang.

Ikon kota, yang terabaikan oleh pengelola pemerintahan di kota ini. "Sekarang bingkuang itu sudah berlumut, kedinginan di tugu batas kota," ujar salah seorang pejabat Pemko Padang ketika diskusi dengan penulis. Ya, 'balumuik' karena tak terawat oleh pemiliknya. 


Ya, 'balumuik' karena orang-orang yang mengelola pemerintahan di kota ini merasa bingkuang bukan lagi ikon kota ini, dan merasa itu hanya buah-buahan hasil produksi oleh para petani di Empat Nagari yang dikenal dengan julukan, "Bapak di Pauh (Pauh IX dan Pauh V, red), Mande di Koto Tangah, Anak di Nanggalo." Buah-buahan yang dihasilkan oleh Empat Nagari serumpun, bukan Kota Padang secara keseluruhan.

Ditulis oleh: Zamri Yahya S Al Fauhy, Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji, Padang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »