![]() |
Wako Mahyeldi apresiasi rendang Tuna. |
BentengSumbar.com --- Pemerintah Kota Padang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menghelat Festival Marandang Massal 2014, Sabtu (13/12). Festival yang digelar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Imam Bonjol Padang ini diikuti oleh utusan dari 104 kelurahan serta “Rang Mudo” utusan dari sebelas kecamatan. Juga diikuti oleh ranting – ranting dari Kodim 0312 Padang.
Menariknya, dalam festival ini ada kompetisi marandang eksekutif yang diikuti oleh para pejabat Pemko Padang dan Muspida. Selain Walikota Padang, Sekda dan Muspida, turut juga ambil bagian Raseno Arya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekraf pada Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekraf. Raseno seperti diingatkan ke masa lalu dimana ia pernah membantu ibunya memasak randang menggunakan kayu bakar.
Marandang eksekutif itu “memancing kehebohan” lantaran para pejabat tersebut berkali – kali mengusap matanya yang berair karena perih oleh asap. “Kurang lebih rasanya sama seperti ini, mata jadi perih,” ungkap Raseno sambil menyeka air mata.
Urang awak yang peduli dengan kemajuan pariwisata di kampung halamannya ini mengatakan, dulu memasak randang memang mebutuhkan kesabaran disamping kepiawaian meracik rempah. Memasak pun menggunakan kayu bakar.
“Memasak randang waktu dulu memang sekedar untuk keperluan tertentu, seperti untuk manjalang (berkunjung) ke rumah mertua, memasuki puasa dan hari raya. Tetapi, sekarang randang menjadi kuliner yang fenomenal dan dicari orang dari seluruh dunia. Sehingga randang menjadi sebuah komoditas yang memiliki prospek di bidang ekonomi kreatif,” ujar Raseno.
Di tengah hebohnya marandang massal berbahan daging, rendang tuna berlabel Lebon inovasi Uni Nur tak kalah lezat, bahkan menarik perhatian peserta lomba. Rendang Tuna ini kaya DHA dan mengandung Omega 3 dan 9. (du/rel)
Menariknya, dalam festival ini ada kompetisi marandang eksekutif yang diikuti oleh para pejabat Pemko Padang dan Muspida. Selain Walikota Padang, Sekda dan Muspida, turut juga ambil bagian Raseno Arya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekraf pada Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekraf. Raseno seperti diingatkan ke masa lalu dimana ia pernah membantu ibunya memasak randang menggunakan kayu bakar.
Marandang eksekutif itu “memancing kehebohan” lantaran para pejabat tersebut berkali – kali mengusap matanya yang berair karena perih oleh asap. “Kurang lebih rasanya sama seperti ini, mata jadi perih,” ungkap Raseno sambil menyeka air mata.
Urang awak yang peduli dengan kemajuan pariwisata di kampung halamannya ini mengatakan, dulu memasak randang memang mebutuhkan kesabaran disamping kepiawaian meracik rempah. Memasak pun menggunakan kayu bakar.
“Memasak randang waktu dulu memang sekedar untuk keperluan tertentu, seperti untuk manjalang (berkunjung) ke rumah mertua, memasuki puasa dan hari raya. Tetapi, sekarang randang menjadi kuliner yang fenomenal dan dicari orang dari seluruh dunia. Sehingga randang menjadi sebuah komoditas yang memiliki prospek di bidang ekonomi kreatif,” ujar Raseno.
Di tengah hebohnya marandang massal berbahan daging, rendang tuna berlabel Lebon inovasi Uni Nur tak kalah lezat, bahkan menarik perhatian peserta lomba. Rendang Tuna ini kaya DHA dan mengandung Omega 3 dan 9. (du/rel)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »