Oleh: Denny Siregar.
DARI sekian kemenangan yang diraih KPK, bisa dibilang kali ini adalah kekalahan telaknya.Gagal mentersangkakan BG melalui praperadilan dan sulit untuk mengajukan kasasi ke MA karena terganjal Undang-undang.
Musuh kali ini memang terlalu kuat. Ini seperti situasi kalah jadi abu menang jadi arang. Yang menang adalah sistem. Sistem yang menuntut keteraturan.
Mungkin kita memang tidak disiapkan untuk sebuah revolusi, sebuah perubahan cepat dan mendadak. Karena revolusi membutuhkan kesepakatan bersama. Jika tidak, pecahlah negara.
Kita bukan seperti China dimana keputusan Presidennya didukung penuh oleh hukum, parlemen dan partai. Kita juga bukan seperti Iran, yang dengan kesepakatan bersama, mampu merubah semua sendi kenegaraan-nya menjadi hal yang sangat berbeda. Tapi kita dihindarkan dari kondisi seperti Libya yang mengalami kehancuran disebabkan perpecahan.
Indonesia adalah Indonesia. Perubahan yang bisa kita lakukan adalah dalam bentuk evolusi, sebuah perjalanan perubahan yang panjang.Setidaknya kita sudah memulai dan kita sudah menilai bahwa itu tidak mudah. Ini memang bukan tentang hasil, tapi tentang sebuah proses.
Banyak yang harus disiapkan. Banyak yang harus dibenahi. Perang bukan hanya tentang senjata apa yang digunakan, tetapi lebih banyak kepada strategi apa yang diluncurkan.
Inilah yang mungkin menjadi titik lemah KPK dalam berjuang. Kemenangan demi kemenangan yang tercapai, kadang membuat seseorang menjadi lalai dan kurang waspada. Musuh itu seperti elang. Ia mampu terbang berhari-hari mengintai ketidakwaspadaan mangsanya untuk kemudian menyerang titik lemahnya.
Sebuah pelajaran yang berharga memang mahal harganya. Tidak cukup kita berteriak atas nama Tuhan. Harus ada kesiapan yang matang. Kecewa, sudah pasti. Tapi bukankah dalam setiap peristiwa kita bisa mengambil sisi terdalamnya ?
Dengan ini kita melihat bahwa ada lubang hukum yang perlu ditambal. Dengan peristiwa ini kita memilah mana kebenaran dan kesalahan. Dan banyak hal yang dulu tidak kita mengerti, sekarang kiita pahami.
DARI sekian kemenangan yang diraih KPK, bisa dibilang kali ini adalah kekalahan telaknya.Gagal mentersangkakan BG melalui praperadilan dan sulit untuk mengajukan kasasi ke MA karena terganjal Undang-undang.
Musuh kali ini memang terlalu kuat. Ini seperti situasi kalah jadi abu menang jadi arang. Yang menang adalah sistem. Sistem yang menuntut keteraturan.
Mungkin kita memang tidak disiapkan untuk sebuah revolusi, sebuah perubahan cepat dan mendadak. Karena revolusi membutuhkan kesepakatan bersama. Jika tidak, pecahlah negara.
Kita bukan seperti China dimana keputusan Presidennya didukung penuh oleh hukum, parlemen dan partai. Kita juga bukan seperti Iran, yang dengan kesepakatan bersama, mampu merubah semua sendi kenegaraan-nya menjadi hal yang sangat berbeda. Tapi kita dihindarkan dari kondisi seperti Libya yang mengalami kehancuran disebabkan perpecahan.
Indonesia adalah Indonesia. Perubahan yang bisa kita lakukan adalah dalam bentuk evolusi, sebuah perjalanan perubahan yang panjang.Setidaknya kita sudah memulai dan kita sudah menilai bahwa itu tidak mudah. Ini memang bukan tentang hasil, tapi tentang sebuah proses.
Banyak yang harus disiapkan. Banyak yang harus dibenahi. Perang bukan hanya tentang senjata apa yang digunakan, tetapi lebih banyak kepada strategi apa yang diluncurkan.
Inilah yang mungkin menjadi titik lemah KPK dalam berjuang. Kemenangan demi kemenangan yang tercapai, kadang membuat seseorang menjadi lalai dan kurang waspada. Musuh itu seperti elang. Ia mampu terbang berhari-hari mengintai ketidakwaspadaan mangsanya untuk kemudian menyerang titik lemahnya.
Sebuah pelajaran yang berharga memang mahal harganya. Tidak cukup kita berteriak atas nama Tuhan. Harus ada kesiapan yang matang. Kecewa, sudah pasti. Tapi bukankah dalam setiap peristiwa kita bisa mengambil sisi terdalamnya ?
Dengan ini kita melihat bahwa ada lubang hukum yang perlu ditambal. Dengan peristiwa ini kita memilah mana kebenaran dan kesalahan. Dan banyak hal yang dulu tidak kita mengerti, sekarang kiita pahami.
Dan lihatlah...
Apa yang dilakukan KPK menciptakan sebuah perjuangan tersendiri. Para advokat bergabung saling melindungi. Para Lembaga bantuan hukum saling menawarkan diri. Para pengacara putih membentuk koalisi. Mungkin bangunan KPK sedang runtuh pelan-pelan, tapi semangatnya sudah terlanjur menyebar dan membuat sesak dada mereka yang ingin negara ini menjadi berarti.
Negara kita ini seperti secangkir kopi. Pahit dan manis dihadirkan dan ditakar dengan bertahap supaya seimbang. Menikmatinya sambil mendengarkan Dream theatre adalah sebenar-sebenarnya kemerdekaan..
"If I die tomorrow
I'd be allright
Because I believe
That after we're gone
The spirit carries on......"
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »