ALHAMDULILLAHILLZADZI la syarikalahu fie khalqihi, wala syabiha lahu fie 'adhamatihi. Segala puji bagi Allah yang tiada sekutu dalam penciptaan-Nya, tiada penyerupa dalam keagungan-Nya.
Penggalan doa ini berhubungan dengan ketauhidan seseorang. Ketika kita mengenal Allah, maka yang kita kenal adalah keesaan-Nya, dan kepenciptaan-Nya; Dialah yang menciptakan makhluk dan tak seorang pun mampu menciptakannya. Dialah satu-satu-Nya pencipta. Tiada sekutu bagi-Nya, karena keberadaan sekutu berarti mengisyaratkan adanya pencipta lain yang menempati posisi rububuyah dan ketuhanan. Apabila semua yang ada merupakan ciptaan Allah, bagaimana mungkin mereka bisa menjadi sekutu Allah?
Apabila kita ingin membayangkan keagungan Allah di atas keagungan makhluk, kita bisa lihat bahwa selain Allah, tiada yang memiliki keagungan. Sebagian orang terpesona melihat kelebihan yang di miliki orang lain, kemudian menganggapnya menyerupai Allah. Kita harus jeli melihat permasalahan ini.
Pertama: perbedaan antara keagungan Allah dan keagungan makhluk-Nya terletak pada keagungan Allah yang mutlaq, tiada sesuatu pun yang membatasinya. Sementara keagungan makhluq-Nya terbatas. Kedua; keagungan Allah bersifat dzati (ada pada diri-Nya sendiri tanpa di sebabkan oleh sesuatu), maka Allah Mahaagung pada dzat-Nya dan keagungan-Nya tidak di peroleh dari yang lain.
Adapun keagungan yang di miliki selain Allah meeupakan manifestasi dari keagungam Allah. Keagungan yang di miliki oleh selain Allah adalah cerminan keagungan-Nya, karena setiap orang yang memiliki kelebihan, sebenarnya adalah anugerah yang Allah berikan kepadanya.
Dengan demikian keagungan makhluq adalah anugerah dari keagungan Sang Pencipta. Adapun keagungan Sang Pencipta mandiri, bukan berasal dari siapa pun. Keagungan-Nya berasal dari Dzat-Nya dan bersifat dzati, bukan karena sebab lain. Jika keagungan Allah itu bersifat mutlaq, tidak terbatas dan bersifat dzati, bagaimana mungkin keagungan seseorang bisa sebanding dengan keagungan-Nya? Semua itu mungkin dapat di terima, meski di ulas dengan metode yang paling ilmiah sekalipun.
Oleh: Habib Ali Bin Yahya, Pengelola Spritual Theraphy di Jakarta.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »