Kawan Saya Sakit Ringan

MELEPAS hawa itu baik. Kalau hawa tidak lepas, perut menjadi angkis. Melepas hawa itu ada dalam bentuk sindawa. Sindawa yang tidak lepas-lepas itu biasanya bisa dipancing dengan membentuk muncung seperti orang hendak kuap dengan sedikit pancingan penghirupan nafas lalu mengeluarkannya dengan sedikit tenaga untuk menjemput sindawa tiba. 

Teman yang duduk di samping saya ini tampaknya gelisah sekali. Saya tanya, mengapa ia gelisah.

Ia jawab; " Paruik den kambuang, adoh angin nan indak lapeh rasonyo"

Saya berikan dia teori di atas tadi. Dia melakukannya berkali-kali. Tapi ketika ia menarik nafas, mengangakan muncuang lalu melepaskan hawa dengan "haaaaaaaaa" di ujung dia tekan; "Hukkkkkkkkk" dengan wajah meringis. Yang keluar justru lain....sendawa dari bawah "Tuuuuuuuut!". 

"Ba-a ko?" wajahnya cemas ulah sendawanya yang tak lepas.

Lalu saya tanya, apa yang membuat sendawanya begitu mengkhawatirkan. Katanya, ia tadi makan terlalu rakus. Nasinya banyak. Sambalnya banyak. Air yang ia minum juga banyak. Seperti ada yang tertutup dalam perutnya yang kembung. 


Aneh, ia kini tacaguik-gacguik atau cegukan. Sendawa tak lepas, tacaguki datang pula. Jadilah ia kini dalam derita dua perkara, yakni tacaguik dan sendawa yang tertunda atau tertahan. Tacaguik obatnya air. Makin ia minum air bergelas-gelas, makin tajam rasanya derita menahan sendawa. Setelah itu ia tampak saban-saban. kejamban tiap sebentar. Ia kini dalam tiga penderitaan; sendawa tertahan,tacaguik dan saban-saban.


Kawan saya itu kini sibuk sendiri dalam derita tubuhnya sendiri.

Saya bilang, banyak orang yang mati hanya karena sebuah 'penyakit' yang dianggapnya ringan dan disepelekannya. Mendengar perkataan saya itu, mendadak tangannya menggeretat, bentuk gejala awal penyakit stroke. 

Kini ia berada dalam tiga penyakit yang sedang ia derita, sendawa tak lepas, tacaguik-caguik, saban-saban dan gejala awal stroke. 

Sudah itu, saya beri nasehat; untuk ngatasi gejala awal stroke, cukup antak ujuang jari dengan pinjaik. Tanpa pikir panjang, ia hantak ujung jarinya berkali-kali. Darah menitik ganas sekali. Aneh, ada apa pula ini? 

Lalu saya tanya, apa kegiatannya sehari tadi, mulai dari ia terjaga dari tidur. 

" Pagi den tajago, lupo bajanji jo kawan. den bantai bacaruik 3 kali. Siang wakatu den ka pai, ban den bocor, tukang tumbok benen salah tumbok, den pacaruik-an tukang tumbok tu ampek kali. Wakatu manjalang sore, tasenggol dek aden amak-amak sadang manjunjuang sanggan barisi galehnyo. Galeh amak tu taserak, aden cigin dek lari. Katikok mugarik santa ko, aden kajamban di bawah tang kuini tuo......."

Dengan menggeretat pula, saya menjawab: " Wa-ang tasapo........"

Mendadak wajahnya berubah menjadi orang kerasukan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »