"SUMBAR tak butuh pemimpin perampok," tegas salah seorang teman penulis. Dalam benaknya, salah satu pasangan digambarkan sebagai pemimpin yang kerap melakukan perbuatan kriminal menilep uang rakyat. Bahkan, Ia menggambarkan bagaimana sistimatisnya pasangan tersebut 'mengkorupsi' uang rakyat melalui kekuasaan yang ada ditangannya, selama mereka berkuasa dulu.
Entah dokrin apa yang masuk ke dalam fikiran teman ini. Sebab, pasangan yang Ia - dan mungkin orang-orang yang sepaham dengannya - tuduh perampok, toh saat ini tidak pernah berurusan dengan hukum secara serius, apatah lagi ditetapkan sebagai tersangka. Atau mungkin mereka melihat langsung proses 'perampokan' uang rakyat tersebut, sehingga mereka yakin akan perbuatan tersebut.
Kalau hanya mendengar dari mulut ke mulut, cerita dari orang-orang yang merasa sakit hati selama ini kepada salah satu figur karena kehendak mereka tak terpenuhi, maka mungkin saja itu fitnah atau rumor yang sengaja dihembuskan ke permukaan untuk membunuh karakter seseorang secara politis. Sebab, faktanya mereka tidak menyaksikan langsung aksi perampokan yang dilakukan tersebut dengan mata kepala mereka.
Ironis memang, tuduhan yang tidak berdasar dan belum terbukti secara fakta hukum, dihembuskan disaat pilgub digelar. Akibatnya, banyak orang yang termakan isu dan rumor tersebut. Publik memahami, karena hanya dua pasang, satu pasang calon lebih kecil dosanya, dan pasangan calon lainnya lebih besar dosanya. Seakan, penyebar isu sudah mengambil tugas malaikat pencatat amal, sehingga bisa menentukan si Anu dosanya besar, si Anu dosanya lebih kecil.
Kita dan mungkin seluruh warga Sumatera Barat sepakat, daerah ini tidak butuh pemimpin perampok. Tetapi, menuduh atau menjustifikasi salah satu pasangan sebagai pemimpin 'garong' tanpa dasar dan bukti yang jelas, apatah lagi belum terbukti secara hukum, merupakan perbuatan 'curang' secara politis dan pembunuhan karakter calon pemimpin secara sistimatis.
Di negara ini, yang berhak memvonis seseorang sebagai 'perampok' atau bersalah telah melakukan tindak pidana tertentu adalah hakim, sebab negara ini adalah negara hukum, bukan negara isu. Berpolitiklah dengan etika yang baik, apalagi dari mulut Anda sering terucap kalimat zikir.
Mengutip Denny Siregar, fitnah pastinya buruk, tapi juga ada kebaikannya. Terutama ketika kita memahami dengan benar bahwa Tuhan selalu berada pada sisi kebaikan, seburuk apapun situasinya. Fitnah yang begitu massif kita temui akhir-akhir ini, selain sebagai penanda akhir zaman supaya kita bersiap-siap, juga sebagai bagian dari petunjuk adanya barisan kaum munafik.
Kita akan sulit menentukan kebenaran ketika baju kita sama, karena pada dasarnya kita diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap siapapun. Dengan memanfaatkan prasangka baik inilah, kaum munafik bergerak menarik keluar seorang muslim dari barisannya. Mereka - seperti janji iblis kepada Tuhan untuk menyesatkan manusia - menjadikan manusia memandang baik perbuatannya.
Karena rahmat Tuhan berlaku untuk semua mahluk, begitu juga kepada iblis, maka Tuhan mengijinkan iblis untuk melakukan kerjaannya. Tapi Tuhan juga melindungi hambaNya, terutama yang taat pada perintahNya. Senjata yang diberikan Tuhan kepada hambaNya yang ikhlas adalah hidayah. Baca surat Al-Hijr untuk memahami situasi ini, terutama ayat 39-42.
Akal mereka beku dan bingung dengan situasi sekarang ini. Pada akhirnya, mereka mengikuti kemana arah terbanyak manusia bergerak. Karena buat mereka, yang banyak-lah yang benar. Iblis berhasil menjaring manusia sebanyak-banyaknya untuk mengikuti jalannya. Nabi Saw menggambarkan situasi ini melalui sabdanya, "umatku banyak tapi mereka seperti buih di lautan." Demikian penggambaran yang dberikan Denny Siregar.
Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kota Padang
Entah dokrin apa yang masuk ke dalam fikiran teman ini. Sebab, pasangan yang Ia - dan mungkin orang-orang yang sepaham dengannya - tuduh perampok, toh saat ini tidak pernah berurusan dengan hukum secara serius, apatah lagi ditetapkan sebagai tersangka. Atau mungkin mereka melihat langsung proses 'perampokan' uang rakyat tersebut, sehingga mereka yakin akan perbuatan tersebut.
Kalau hanya mendengar dari mulut ke mulut, cerita dari orang-orang yang merasa sakit hati selama ini kepada salah satu figur karena kehendak mereka tak terpenuhi, maka mungkin saja itu fitnah atau rumor yang sengaja dihembuskan ke permukaan untuk membunuh karakter seseorang secara politis. Sebab, faktanya mereka tidak menyaksikan langsung aksi perampokan yang dilakukan tersebut dengan mata kepala mereka.
“Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan.” (QS Al-Baqarah: 191). “Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” (QS Al-Baqarah: 217).
Ironis memang, tuduhan yang tidak berdasar dan belum terbukti secara fakta hukum, dihembuskan disaat pilgub digelar. Akibatnya, banyak orang yang termakan isu dan rumor tersebut. Publik memahami, karena hanya dua pasang, satu pasang calon lebih kecil dosanya, dan pasangan calon lainnya lebih besar dosanya. Seakan, penyebar isu sudah mengambil tugas malaikat pencatat amal, sehingga bisa menentukan si Anu dosanya besar, si Anu dosanya lebih kecil.
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui”. (QS. An-Nuur : 19).
Kita dan mungkin seluruh warga Sumatera Barat sepakat, daerah ini tidak butuh pemimpin perampok. Tetapi, menuduh atau menjustifikasi salah satu pasangan sebagai pemimpin 'garong' tanpa dasar dan bukti yang jelas, apatah lagi belum terbukti secara hukum, merupakan perbuatan 'curang' secara politis dan pembunuhan karakter calon pemimpin secara sistimatis.
Di negara ini, yang berhak memvonis seseorang sebagai 'perampok' atau bersalah telah melakukan tindak pidana tertentu adalah hakim, sebab negara ini adalah negara hukum, bukan negara isu. Berpolitiklah dengan etika yang baik, apalagi dari mulut Anda sering terucap kalimat zikir.
Mengutip Denny Siregar, fitnah pastinya buruk, tapi juga ada kebaikannya. Terutama ketika kita memahami dengan benar bahwa Tuhan selalu berada pada sisi kebaikan, seburuk apapun situasinya. Fitnah yang begitu massif kita temui akhir-akhir ini, selain sebagai penanda akhir zaman supaya kita bersiap-siap, juga sebagai bagian dari petunjuk adanya barisan kaum munafik.
Kita akan sulit menentukan kebenaran ketika baju kita sama, karena pada dasarnya kita diperintahkan untuk berprasangka baik terhadap siapapun. Dengan memanfaatkan prasangka baik inilah, kaum munafik bergerak menarik keluar seorang muslim dari barisannya. Mereka - seperti janji iblis kepada Tuhan untuk menyesatkan manusia - menjadikan manusia memandang baik perbuatannya.
Karena rahmat Tuhan berlaku untuk semua mahluk, begitu juga kepada iblis, maka Tuhan mengijinkan iblis untuk melakukan kerjaannya. Tapi Tuhan juga melindungi hambaNya, terutama yang taat pada perintahNya. Senjata yang diberikan Tuhan kepada hambaNya yang ikhlas adalah hidayah. Baca surat Al-Hijr untuk memahami situasi ini, terutama ayat 39-42.
"Iblis berkata, “ Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan terasa indah bagi mereka di bumi, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih[3] di antara mereka.” Allah berfirman, “Ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku.” Sesungguhnya kamu (Iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku[4], kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang yang sesat. (QS Al-Hijr ayat 39-42).
Akal mereka beku dan bingung dengan situasi sekarang ini. Pada akhirnya, mereka mengikuti kemana arah terbanyak manusia bergerak. Karena buat mereka, yang banyak-lah yang benar. Iblis berhasil menjaring manusia sebanyak-banyaknya untuk mengikuti jalannya. Nabi Saw menggambarkan situasi ini melalui sabdanya, "umatku banyak tapi mereka seperti buih di lautan." Demikian penggambaran yang dberikan Denny Siregar.
Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kota Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »