SALAH satu kelemahan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa selama menjadi Gubernur Sumatera Barat, menurut hemat penulis adalah minimnya publikasi yang dilakukan terhadap segala bentuk kegiatan yang dia lakukan. Kunjungan-kunjungannya ke daerah terpencil atau istilah yang paling trend saat ini, blusukan (Kata blusukan secara etimologi berasal dari bahasa Jawa, dari kata dasar blusuk ‘masuk’ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti : masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu), kurang tersosialisasi dengan baik oleh Biro Humas Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.
Akibatnya, tentu masyarakat tidak mengetahui kegiatan kunjungan ke daerah terpencil dan pemukiman kumuh tersebut sebagaimana diharapkan. Padahal, jika dikemas dalam bentuk pemberitaan yang bagus, tentulah blusukan ini akan menjadi salah satu alat untuk membentuk pencitraan seorang pemimpin. Dan memang, tugas pokok Biro Humas adalah mensosialisasikan segala bentuk kegiatan pimpinan, yaitu gubernur, wakil gubernur, sekretaris daerah, dan pemprov secara keseluruhan yang berujung kepada pembentukan citra yang bagus di mata masyarakat.
Pengalaman pribadi penulis sebagai orang yang pernah mengenal dekat Irwan Prayitno, setidaknya ketika Irwan Prayitno menjadi anggota DPR RI sampai pada pertengahan jabatannya sebagai Gubernur Sumatera Barat, Ia merupakan sosok yang tidak betah dibelakang meja. Irwan Prayitno termasuk sosok pemimpin yang doyan blusukan ke daerah-daerah. Setidaknya, itu pulalah yang dirasakan sebagian wartawan yang meliput kegiatannya selama Ia menjadi Gubernur Sumatera Barat. Sampai-sampai mereka 'angkat tangan' karena tak sanggup mengiringi Irwan Prayitno blusukan.
Tak jarang Irwan Prayitno sering melaksanakan urusan pemerintahan di lapangan, selain di rumah dinas yang dijadikan kantor. Surat-surat yang harus dia tandatangani, jika sudah lengkap secara administrasi pemerintahan, akan dia tangani dimana saja, diatas kap mobil, diatas punggung ajudan, dan lainnya.
Penulis pernah bergumam ketika membaca berita-berita tentang Jokowi yang doyan blusukan selama memimpin DKI Jakarta, " Duluan gubernur gua yang blusukan ketimbang elo." Cuma bedanya, Jokowi atau orang yang diperintahkan untuk itu, mengemas blusukan tersebut dalam bentuk pemberitaan yang bagus dan disukai masyarakat, sehingga Jokowi di mata masyarakat merupakan sosok pemimpin yang merakyat dan pada saat kunjungan tersebut mampu 'maantok an tangih rakyat." Hasilnya, pada pilpres kemaren Jokowi mampu merontokan ambisi Prabowo untuk menjadi Presiden RI.
Penulis pernah tabayun langsung kepada Irwan Prayitno, "Kenapa pemberitaan tentang kegiatan blusukan Datuk kurang tersosialisasi dengan baik?" Dia menjawab, "Saya sudah mewakafkan diri saya kepada rakyat Sumatera Barat, jadi untuk apa saya harus riya dan membentuk pencitraan. Biarlah masyarakat sendiri yang menilai, apa yang saya lakukan." Disini terlihat, Irwan Prayitno tidak mau menyalahkan siapa pun, termasuk Biro Humas. Walau dia sadar, publikasi yang dilakukan tentang kegiatan yang dilaksanakannya sangat kurang.
Setidaknya, kesamaan Jokowi dan Irwan Prayitno adalah sama-sama 'kurus' dan sama-sama doyan blusukan. Ah...satu lagi, sama-sama sabar dalam menghadapi segala bentuk pemberitaan yang negetif tentang dia.
Bahkan Irwan Prayitno lebih ekstrim lagi, blusukan ke tengah-tengah masyarakat terpencil yang tidak terjangkau kendaraan roda empat dengan motor trabas. Dan memang Irwan Prayitno memiliki hobi yang cukup ekstrem ini, trabas. Bagi sebagian orang melakoni olahraga ekstrem semisal trabas, jelas bukanlah sebuah pilihan yang menarik. Di samping harus bernyali besar, namun juga harus siap-siap dihadapkan pada risiko besar.
Irwan Prayitno pun bukan tipe pemimpin yang suka diatur dengan protokoler yang ketat. Didepan rakyat harus memperlihatkan kesombongan sebagai pemimpin, lengkap dengan atribut dan fasilitas yang disediakan negera. Kemana-mana berkunjung harus diiringi oleh pembesar negeri, apakah itu kepala dinas atau muspida, sehingga rakyat pun susah mengadakan acara penyambutan yang meriah.
Tidak. Irwan Prayitno lebih suka tampil apa adanya didepan rakyat. Tanpa harus diikat aturan protokoler yang ketat. Bahkan dia jarang memakai atribut kebesarannya sebagai gubernur waktu itu, salah satunya adalah benggo. Lucunya, setiba di daerah kunjungan, orang sering salah membukakan pintu mobil, disangka gubernur, rupanya ajudan. Gubernurnya malah keluar sendiri tanpa dibukakan pintunya. Dan penulis pernah langsung menyaksikan peristiwa lucu ini diawal-awal Irwan Prayitno melaksanakan tugasnya sebagai gubernur, ketika Ia berkunjung ke Batang Kapeh, Pesisir Selatan.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujurat : 6)
Ya, itulah Irwan Prayitno. Doyan blusukan, hobi motor trabas, tak suka diatur protokoler yang ketat, tampil apa adanya, dan sabar dalam mengahadapi pemberitaan negetif tentang dia. Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Mantan Ketua Kastrat KAMMI Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »