Irwan Prayitno Pemimpin yang Demokratis

Irwan Prayitno Pemimpin yang Demokratis
BERMACAM-macam pendapat ahli untuk mengartikan siapa yang dimaksud pemimpin itu. Tergantung sudut pandang yang mereka gunakan. Namun, pada dasarnya dapat ditarik kesimpulan, bahwa pemimpin itu adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Maka pemimpin dapat dikatakan sebagai seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir), dan merupakan kebutuhan dari satu situasi atau zaman, sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbung bawahan. Dia juga mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakan bawahan kearah tujuan tertentu.
“Sesungguhnya Aku (Allah) akan menciptakan kholifah (pemimpin) di muka bumi…”(Al-Baqorah : 30). "Sesungguhnya pemimpin kalian hanyalah Allah dan Rasul-nya serta orang-orang Mukmin yang mendirikan solat, dan memberikan zakat ketika dalam keadaan rukuk." (QS. Al-Maidah ayat 55).

Ketika suatu masyarakat membutuhkan seorang pemimpin, maka seorang yang paham akan realitas masyarakatlah yang pantas mengemban amanah kepemimpinan tersebut. Pemimpin tersebut harus dapat membawa masyarakat menuju kesempurnaan yang sesungguhnya. Watak manusia yang bermasyarakat ini merupakan kelanjutan dari karakter individu yang menginginkan perkembangan dirinya menuju pada kesempurnaan yang lebih.

Dalam realita kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, banyak tipe kepemimpinan yang kita lihat, dan jika kita rumuskan, akan bermuara kepada empat tipe, yaitu; Otoriter (Auhoritarian), Laizess Faire (gaya kepemimpinan yang bebas), Pseudo-Demokratis (gaya kepemimpinan otoriter, tetapi seolah-olah demokratis), dan demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan. Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.

Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Sebaliknya, kepemimpinan otokratis merupakan gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS Al-Ahzab:21).

Jika dilihat dari tipe-tipe kepemimpinan tersebut dan dengan mempelajari rekam jejaknya selama lima tahun memimpin Sumatera Barat, maka Irwan Prayitno termasuk pemimpin yang demokratis. Ciri-ciri pemimpin yang demokratis tersebut setidaknya juga dimiliki Irwan Prayitno.

Pertama, Wewenang pimpinan tidak mutlak, yaitu keputusan pimpinan bisa dipengaruhi oleh masukan dari bawahan, bukan sebagai bentuk interferensi, dalam hal ini lebih ditekankan dari asas musyawarah, Dalam menentukan kebijakan yang diambil, Irwan Prayitno selaku gubernur selalu bermusyawarah dengan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sudah menjadi kebiasaan Irwan dalam setiap rapat-rapat staf yang dia pimpin, dia akan membuka rapat tersebut, dan meminta Kepala SKPD untuk bicara sesuai thema. Dia selalu mendengarkan sumbang saran mereka, lantas baru kemudian diakhir rapat menyimpulkan tindakan yang akan dimabil.

Kedua, Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan. Dalam hal ini, semua keputusan tidak bergantung pada Irwan semata. Bawahan memiliki wewenang untuk membuat keputusan, namun masih berada dalam batas sewajarnya. Masing-masing SKPD memiliki otoritas dan wewenang. Misalnya dalam menentukan pejabat eselon III dan IV di SKPD tersebut, semuanya adalah usulan Kepala SKPD. Jika persyaratannya sudah cukup dan sudah melalui Badan Pertimbangan Jabatan (Baperjakat), maka Irwan tinggal mengeluarkan SK jabatan dan melantik mereka.

Ketiga, keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan. Setiap keputusan yang diambil tidak mutlak berasal dari Irwan, namun telah dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama Sekda dan Kepala SKPD. Semua kebijakan yang dilahirkan dibuat secara bersama antara Irwan selaku gubernur dengan Sekda, dan Kepala SKPD. Komunikasi antara gubernur dan Sekda serta Kepala SKPD berlangsung dengan baik, tanpa adanya rasa takut atau canggung karena jabatan. Prakarsa suatu kegiatan yang bermanfaat tidak hanya berasal dari Irwan, tetapi juga dari Sekda dan Kepala SKPD, mereka diberikan hak yang seluas-luasnya untuk memprakarsai sesuatu yang berdampak positif bagi pemprov tersebut.
"Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka." (QS. as-Syuura ayat 38).

Keempat, Pengawasan dilakukan secara wajar. Sebagai gubernur, Irwan tidak melakukan pengawasan kegiatan secara over atau over protective, sehingga tidak ada tekanan pada bawahan saat melakukan kegiatannya, bawahan pun menjunjung tinggi kepercayaan yang diberikan atasannya. Pengawasan dilaksanakan secara bersama-sama, tak jarang Irwan melakukan didak ke beberapa SKPD dalam rangka pengawasan ini. 

Kelima, Pujian dan kritik seimbang. Sebagai pemimpin, Irwan selalu saling memuji atau mengkritik bawahannya. Kedua-duanya berjalan seimbang sesuai dengan kebutuhan. Irwan pun mendorong prestasi bawahan dengan melakukan inovasi di SKPD yang dipimpinnya. Sehingga, selama lima tahun memimpin Sumatera Barat, Irwan berhasil membuat Kepala SKPD berprestasi di bidangnya. Masing-masing SKPD menjadi penyumbang penghargaan. Hampir 204 penghargaan yang diraih Pemprov Sumatera Barat selama kepemimpinan Irwan.

Keenam, Memperhatikan perasaan bawahan. Irwan bertindak sebagai pemimpin yang mengayomi bawahannya, sehingga dia mengerti apa masalah yang ada pada bawahan, dan dapat mengambil kebijakan dengan segera. Irwan tipikal pemimpin yang tidak mau menzalimi orang, sehingga selama menjabat gubernur, dia tidak seenaknya mencopot seseorang dari jabatannya. Hanya dua kali Irwan menonjobkan pejabat setingkat eselon II, itu pun karena alasan yang sangat fatal agar program dan kegiatan berjalan di SKPD tersebut.

Ketujuh, Tanggung jawab dipikul bersama. Dalam management kepemimpinannya, selaku gubernur, Irwan saling bekerja sama dengan bawahannya dalam mencapai tujuan. Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai pun terjalin erat antara Irwan dengan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata, beberapa orang Kepala SKPD yang penulis temui mengatakan, mereka nyaman selama dipimpin Irwan. Mereka tidak sedikit pun merasa resah karena takut diganti, atau dimintai setoran yang macam-macam oleh Irwan.
"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat maa´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj ayat 41).

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »