Jadwal Padat dan Tak Ingin Riya

Jadwal Padat dan Tak Ingin Riya
BEBERAPA waktu lalu, penulis sempat berdiskusi dengan salah seorang tokoh masyarakat. Ia merupakan pengurus mesjid dilingkungannya. Diskusi kami membahas seputar berbagai persoalan, mulai dari basa basi menanyakan kondisi keluarga sampai merembet kepada persoalan pesta demokrasi pemilihan kepala daerah Gubernur (Pilkadagub) Sumatera Barat.

Ia mengutarakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (paslon) dan alasan dia memilih calon itu. Ternyata alasan yang dia gunakan cukup sederhana, Ia mendukung paslon tersebut karena mendengar informasi dari timsesnya kalau paslon tersebut lebih merakyat, dermawan alias doyan memberikan sumbangan pada setiap acara atau kegiatan, dan tidak terburu-buru meninggalkan lokasi acara, tetapi menyempatkan diri duduk bersama warga untuk mendengarkan keluhannya. Namun, Ia sendiri belum pernah bertemu langsung dengan paslon ini.

Sebaliknya, dimata dia, pasangan Irwan Prayitno - Nasrul Abit (IP-NA), terutama Irwan Prayitno lebih bersikap eksklusif. Ia mendapat informasi, Irwan Prayitno hanya mau menghadiri undangan kegiatan yang berasal dari kader-kader partainya, dan tidak mau menghadiri undangan kegiatan yang diadakan oleh masyarakat kebanyakan. Ia pun mendapat informasi, kalau Irwan Prayitno terbilang pelit dalam memberikan sumbangan dan ketika menghadiri acara suka tergesa-gesa pergi setelah memberikan kata sambutan, tidak meluangkan waktu untuk masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan kepadanya selama menjadi Gubernur Sumatera Barat.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.Al Hujurat  ayat 6).

Lantas, apakah informasi yang diterima orang tersebut salah ? Maybe yes, maybe no.

Dalam suatu kesempatan, penulis pernah menanyakan informasi semacam ini kepada Irwan Prayitno, apa benar dia bersikan eksklusif, yaitu hanya mengkhususkan dirinya untuk kader-kader partainya. Dengan senyum dia menjelaskan, tuduhan tersebut tidak benar. Menurutnya, dalam sehari dia rata-rata menghadiri tujuh sampai 10 undangan kegiatan dari masyarakat dan tidak semuanya undangan yang dia hadiri tersebut berasal dari kader partainya.

Sebagai Gubernur Sumatera Barat, kata Irwan Prayitno lagi, dirinya bukan hanya milik kader partai, tetapi seluruh rakyat Sumatera Barat. Bahkan, Ia telah mewakafkan dirinya untuk rakyat Sumatera Barat ketika partai mencalonkan dirinya pada Pilkadagub 2010 dan terpilih sebagai Gubernur Sumatera Barat. Seluruh jabatan strukturan yang diembankan partai dia tanggalkan.
"Saya ini sudah mewakafkan diri saya untuk rakyat Sumatera Barat. Jadi bukan lagi milik partai semata, tetapi milik seluruh masyarakat Sumatera Barat. Isu miring semacam itu sengaja disebarkan dalam suasana Pilkadagub ini, tetapi saya tidak akan membalasnya karena bagi saya biar masyarakat yang menilai. Masyarakat punya hati nurani dan akal sehat menilai isu miring tersebut. Semakin difitnah, dukungan masyarakat semakin mengalir kepada saya," ujar Irwan Prayitno waktu itu.

Irwan Prayitno mengakui, dalam menghadiri suatu acara, dirinya memang memanfaatkan waktu seefektif mungkin karena sekian banyaknya undangan yang harus dihadiri. Makanya, dalam suatu acara, selesai memberikan kata sambutan dan acara inti, dia pun paling cepat meninggalkan kegiatan. Ini dilakukannya karena dirinya ingin memenuhi seluruh jadwal agendanya dalam satu hari tepat waktu. Dirinya tidak ingin membuat undangan yang hadir resah dan gelisah hanya demi menunggu dirinya seorang.

Namun, selama menjadi Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno sangat jarang datang terlambat menghadiri berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan rapat, menghadiri kegiatan peresmian, berkunjung ke tengah masyarakat maupun undangan dari berbagai elemen masyarakat. Bahkan karena gerak cepatnya datang dan pergi dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain, dari daerah satu ke daerah lain, membuat banyak SKPD di lingkungan Pemprov Sumbar yang ikut kegiatan dan wartawan yang ingin meliput, kewalahan dan tidak sanggup mengiringi gerak langkahnya.

Karakter Irwan Prayitno memang seperti itu. Ingin serba cepat. Segala sesuatu dilakukan secara serius dan cepat. Jika ada masalah, maka akan diselesaikan dengan cepat saat itu juga, tanpa menunda-nunda. Menurutnya, jika tidak langsung diselesaikan saat itu juga, nanti akan datang lagi kegiatan baru dan seterusnya. Akhirnya menumpuk dan seluruh jadwal berantakan.

Soal sumbangan, Irwan Prayitno mengaku tidak suka memberikan sumbangan secara riya dan pamer. Kalau toh ada bantuannya secara pribadi pada acara tersebut, dirinya lebih suka memberikannya secara diam-diam kepada panitia dan tidak ingin namanya disebutkan atau ditulis dipapan sumbangan. Cukup ditulis hamba Allah saja. Setidaknya, ini juga terungkap ketia Nofrianto Lublin, anak kemenakan suku Jambak Kuranji, menyampaikan undangan lisan kegiatan peletakan batu pertama pembangunan mushalla kaum di Lubuk Lintah. Irwan Prayitno meminta kepadanya agar sumbangan yang dia berikan nantinya tidak dituliskan namanya, tetapi cukup hamba Allah semata.

Penulis yang ikut mendampingi Nofrianto Lublin saat itu merasa terharu. Ternyata, Irwan Prayitno bukanlah tipikal pemimpin yang ria dan suka pamer pemberian bantuan. Dalam suasana Pilkadagub ini, biasanya calon pemimpin memberikan sumbangan karena ada maunya secara politis, sehingga wajib disebutkan namanya dalam pemberian sumbangan. Tetapi Irwan Prayitno tidak demikian, dia tidak suka namanya disebut atau ditulis sebagai pemberi sumbangan. Tujuannya tentu saja agar keikhlasan dan nilai ibadahnya tidak "terbakar api" perbuatan riya.
“Sebelum menghukumi seseorang, seharusnya diadakan suatu penelitian yang cermat, tidak hanya dengan modal mendengar berita. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kezaliman dan permusuhan diantara sesama.” (As Syaikh Ali As Shabuni).

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »