Antri Jemput Buku Rapor Anak di Sekolah

Antri Jemput Lapor Anak di Sekolah
SOSOK yang satu ini adalah pemimpin yang selalu dekat dengan anak-anaknya. Walau setiap harinya sibuk menghadiri undangan masyarakat dengan waktu yang terbatas, namun komunikasi dengan 10 orang anak-anaknya tetap berjalan dengan baik. Apatah lagi, di zaman yang serba  gadget canggih ini, komunikasi dapat dilakukan melalui smartphone berupa Short Message Service (SMS), WhatsApp (WA), BBM, dan segela macamnya.

Adalah Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, mantan Gubernur Sumatera Barat periode 2010-2015, sangat memperhatikan perkembangan anak-anaknya, terutama dari segi pendidikan. Irwan menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah, yang tidak hanya pintar dari segi keilmuan, tetapi juga memahami agama dengan baik dan benar, sesuai tuntunan al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
"Apabila seorang telah meninggal dunia, maka seluruh amalnya terputus kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo’akannya." (HR. Muslim). "Sesunguhnya Allah ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba yang shalih di surge. Kemudian dia akan berkata, "Wahai Rabb-ku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?" Maka Allah menjawab, "Hal itu dikarenakan do’a yang dipanjatkan anakmu agar kesalahanmu diampuni." (HR. Ahmad).

Sabtu (10/10/2015), sebagaimana diceritakan Zulhefi Sikumbang pada postingannya di akun jejaring sosial facebook miliknya, Irwan Prayitno antri, seperti wali murid kebanyakan. Walau Yayasan Adzkia adalah miliknya, tetapi dia tetap atri menjemput baku rapor sekolah anaknya yang duduk di kelas 9 C Adzkia, yang terletak di Taratak Paneh, Kuranji Kota Padang.

Bagi Irwan Prayitno hal tersebut sudah menjadi kebiasaan. Dirinya tak canggung atri bersama orang tua lainnya ketika mendaftarkan anak sekolah, demikian juga ketika menjemput buku rapor anak di sekolah. Seperti warga biasa lainnya, sebagai seorang ayah, pekerjaannya setiap pagi adalah mengantar sendiri putrinya ke sekolah, terkecuali dirinya tidak berada di Padang, baru pekerjaan tersebut diambil alih istrinya Hj Nevi Zuairina.

Terkadang memang, karena faktor kesibukan dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, memaksa Irwan menyerahkan urusan anak-anak kepada sang istri, Nevi Zuairina. Dengan 10 orang anak, tentu bukan pekerjaan yang gampang. Tapi syukurnya, anak-anak Irwan sekarang sudah besar-besar. Di antaranya sudah berkeluarga. Dari pernikahan anak-anaknya itu, ia dikaruniai tiga cucu. Anak-anaknya itu sudah jadi orang berhasil, memiliki penghidupan yang mapan dari kerja kerasnya sendiri.
Keberhasilan anak-anak Irwan terlihat dari pencapaian pendidikan mereka. Semua anak-anaknya yang sudah dewasa, kuliah di universitas negeri ternama di Indonesia. Ada juga yang menamatkan sarjana di luar negeri dan mendapatkan pekerjaan yang baik di Jakarta. Enam anak Irwan kini berada di ibukota, empat lainnya di Padang. Keberhasilan anak-anaknya itu tak terlepas dari komitmen Irwan yang kuat sebagai kepala keluarga. Di tengah kesibukkannya, mengurus anak-anak tetap menjadi yang utama.

Irwan biasa mengantar anak-anak ke sekolah. Bahkan, untuk urusan menjemput rapor, ia sendiri yang melakukan. Bagi Irwan, kesempatan itu digunakan untuk lebih mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah. Dirinya selalu bertanya kepada guru anak-anak di sekolah, bagaimana perkembangan pendidikan mereka. Sesibuk apa pun, Irwan selalu berkomunikasi dengan anak-anak, menanyakan kabar mereka, apakah sudah shalat dan sebagainya.

Kebiasaan mengantar anak ke sekolah bukan untuk memanjakan, tapi itulah caranya agar bisa lebih dekat dan berkomunikasi dengan anak. Sambil berada di dalam mobil, anak-anak terasa semakin dekat. Dengan demikian, Irwan bisa leluasa menyelami isi hati anak-anaknya. Sebab, jika hanya melalui telpon, anak-anak itu tak tahu mesti ngomong apa. Tapi, kalau sedang bersama-sama, mereka akan cerita apa saja. Dari sana, Irwan jadi tahu bagaimana kondisi anak-anak.

Bahkan, ketika mengantar anak-anak ke sekolah, Irwan sendiri yang menyetir mobil. Ketika bertemu dengan para orang tua lainnya yang mengantar anaknya ke sekolah, Irwan mengaku tak ada rasa yang berbeda ketika ia tak lagi menjadi Gubernur Sumbar. Sebagian orang masih menyapanya sebagai Pak Gubernur. Seperti ketika sedang mengantar sang putri ke sekolah, di jalan yang macet memasuki gerbang SMAN 1 Padang, Irwan diteriaki oleh para orang tua siswa dengan panggilan Pak Gub.
"Sacera pribadi, saya sangat mengagumi teman saya Irwan Prayitno. Walau sesibuk apa pun, dirinya tetap mengutamakan anak-anaknya. Perhatian kepada anak-anaknya tidak pernah berkurang. Jadi tidak salah, kalau anak-anaknya berhasil dalam menempuh pendidikan. Sebagai orang tua, Irwan layak kita jadikan contoh, sebab tak mudah mengurus anak-anak sebanyak itu, apatah lagi memberikan perhatian setiap saat," ungkap Zulhefi Sikumbang, teman sesama SMA yang selalu dekat dengan Irwan Prayitno.

Robbanaa aatinaa min ladunka rohmatan wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa. Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin. Ya Allah, berilah rahmat pada kami dan beri kami petunjuk yang lurus serta sempurna. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zholim. Wallahu A'alam Bishawab.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »