Pemimpin Pemaaf

Pemimpin Pemaaf
SALAH satu nilai positif seseorang pemimpin di mata rakyatnya adalah memiliki sifat pemaaf. Tidak mudah bagi seorang pemimpin memaafkan seseorang yang melakukan kritik, apatah lagi mengandung unsur "fitnah" kepada dirinya. Biasanya mereka akan bersifat reaktif dan berusaha menekan orang yang melakukan kritik dan fitnah tersebut.

Namun tidak bagi Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Dia tidak membalas kritik dan fitnah yang di alamatkan kepada dirinya. Dia hanya tersenyum, ketika ada orang yang mengkritiknya dengan keras dan bahkan berujung pada fitnah. Menurut Irwan, kritik yang diberikan orang kepadanya adalah masukan yang berharga, dan fitnah tak mesti dibalas fitnah, tetapi memaafkan alangkah lebih baiknya.
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah ayat 263). "Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh." (QS. Al-A'raaf ayat 199).

Ketika Irwan Prayitno menjadi Gubernur Sumatera Barat, penulis termasuk orang yang sering melakukan kritik kepadanya. Salah satu yang menjadi sasaran kritik penulis adalah keenganan Irwan Prayitno memakai benggol tanda jabatan di dadanya. Namun, setelah Irwan tidak lagi menjadi gubernur, penulis menghentikan kritik tersebut, karena sasaran kritik sudah tidak ada lagi. Sebagai rakyat biasa, Irwan tak punya keharusan lagi untuk memekai atribut sebagai seorang gubernur, termasuk benggol.

Apakah Irwan marah kepada penulis ? Tidak. Irwan malah memaafkan penulis dan mengemukakan alasan kenapa dirinya tidak memakai benggol tanda jabatan di dadanya. Bukan dirinya tidak menghargai tanda jabatan itu, tetapi ia bermaksud ingin tampil sederhana saja. Bahkan kalau ia datang ke satu tempat, ia lebih suka orang tidak tahu dirinya gubernur, dengan demikian Irwan merasa leluasa mendengar dan mengamati apa yang sedang dilakukan masyarakat. Bahkan Irwan bisa berdialog tanpa batas dengan masyarakat dan sungkan mengkritik gubernur, padahal mereka sedang bicara dengan gubernur.

Akibat acap tidak mengenakan tanda jabatannya itu, maka beberapa kali pula Irwan terpaksa terhambat oleh protokoler di tempat lain. Tapi setelah dia jelaskan bahwa dirinya adalah Gubernur Sumatera Barat yang diundang ke acara itu, ia pun dipersilahkan masuk. Tetapi setelah diingatkan oleh para pembantunya, Irwan akhirnya mau memakai tanda jabatan itu jika ia sedang di kantor dan atau ketika bertamu ke satu kantor untuk urusan dinas. Irwan memakainya ketika menghadiri sidang DPRD, bertamu ke kantor menteri, ke istana dan sebagainya.

Dalam suasana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gubernur Sumatera Barat tahun 2015 ini, banyak pihak yang melontarkan kritik kepada Irwan. Bahkan Irwan mereka anggap gubernur gagal dan lebih mementingkan partainya. Apakah Irwan marah dan dendam ? Tidak. Dia tidak mau membalas fitnah yang dialamatkan kepadanya. Dia hanya berusaha meluruskan fitnah tersebut, dan tidak berusaha menjatuhkan pihak yang memfitnahnya.

Dalam beberapa kesempatan penulis saksikan, berkali-kali orang menawarkan jasa kepadanya untuk mengungkap 'bobrok' orang yang telah memfitnah dan menyerangnya. Tapi Irwan menolak tawaran itu dengan mengatakan, "Saya telah memaafkan yang bersangkutan." Dan pada kesempatan lain dia mengatakan, "Beliau orang tua kita yang harus kita hormati." Tidak ada niatnya untuk menyerang orang yang melakukan fitnah kepadanya, malah maaf yang dia berikan.
"Maka barang siapa mema'afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah." (QS. Asy-Syura ayat 40). "Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nuur ayat 22).

Menurut Irwan, dalam aktivitas sehari-hari baik di tempat kerja maupun dalam keluarga dan masyarakat seseorang akan sering bersinggungan atau berbenturan pendapat, sikap, perilaku atau perbuatan. Hal itu bisa tersebab oleh faktor kesengajaan atas dasar kepentingan atau oleh faktor kekhilafan. Namun, jika kita mau berusaha memahami mengapa seseorang berbicara, bersikap atau bertindak yang tidak menyenangkan, kita akan mudah menjadi pemaaf.

Irwan mencontohkan hubungan antara atasan dan bawahan dalam lingkungan kerja; karena berbagai faktor akan sering terjadi kesalahpahaman. Begitupun di tengah keluarga dan dalam kehidupan bermasyarakat. Tiada cara lain kecuali mengajak berkomunikasi dua arah dengan orang yang bersangkutan. Tanyakan dengan baik mengapa ia berbicara, bersikap atau bertindak kurang baik.

Dengan mengajak komunikasi niscaya permasalahan akan terungkap, maka solusi pun bisa diperoleh. Sebaliknya, jika mendiamkan hal-hal yang menyinggung perasaan atau malah membicarakan kepada pihak lain, lama-kelamaan bisa menjadi penyakit yang dapat merusak silaturrahim. Namun, jika orang yang diingatkan tidak mau berubah, maka berlaku cara lain seperti pemberian sanksi hukuman atau berpaling dari orang itu.

Memiliki hati yang bersih dari segala kotoran merupakan kebahagiaan hakiki. Sebab, dengan hati yang bersih manusia terbebas dari segala jenis penyakit yang menyengsarakan jiwa dan pikiran, baik iri, dengki, khianat, kesal dan kecewa. Dengan hati yang bersih silaturrahim akan terjalin dengan baik. Kuncinya adalah suka memahami dan memaafkan. Setiap pribadi pemaaf senantiasa merasakan keindahan dalam hidupnya.
Tidak selamanya kekerasan harus diselesaikan dengan kekerasan, keburukan dibalas dengan keburukan, perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan pula. Hal itu sering tidak menyelesaikan masalah, sebaliknya justru menimbulkan dendam dan sakit hati berkepanjangan. Kita tentu pernah membuktikan sendiri bahwa memaafkan memiliki kekuatan dan hikmah yang luar biasa. Memaafkan secara luar biasa bisa merubah antipati menjadi simpati serta meluruhkan dendam yang menggerogoti dan selalu meracuni hati kita. Mari saling memaafkan dengan bersungguh-sungguh, ujar Irwan Prayitno yang juga penghulu suku Tanjuang Tapian Ampang Kenagarian Pauh IX Kota Padang ini.

Robbanaa aatinaa min ladunka rohmatan wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa. Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin. Ya Allah, berilah rahmat pada kami dan beri kami petunjuk yang lurus serta sempurna. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zholim. Wallahu A'alam Bishawab.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »