Inilah Bukti Kedekatan Irwan Prayitno Dengan Tokoh Minang

Inilah Bukti Kedekatan Irwan Prayitno Dengan Tokoh Minang
BANYAK orang yang bangga dapat mengenal berbagai tokoh di negeri ini secara langsung. Bahkan, kebanggaan itu diringi rasa sombong dan angkuh, karena sekian banyaknya mengenal pembesar negeri, akhirnya dia bermuka masam kepada rakyat kecil. Rasa simpatinya dengan masyarakat kecil hanya sekedar basa-basi, karena kebetulan dia pemimpin negeri.

Buktinya, kemana dia pergi mengunjungi rakyatnya ke pelosok negeri, dia akan selalu memakai atribut kebesaran bak raja tempo dulu. Lengkap dengan pengawal dan iring-iringan kebesaran. Mukanya akan merah padam, seandainya ada pejabat dibawahnya yang tidak ikut dalam iring-iringan sebagaimana mestinya. Baginya, aturan protokoler istana harus tetap ditaati setiap waktu, walau dirinya hanya sekedar melakukan kunjungan basa-basi kepada rakyat.

Rasulullah saw bersabda, "Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya." (HR. Thabrani). "Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka." (HR. Abu Na'im).

Namun tidak dengan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji. Walau banyak mengenal tokoh masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional, ternyata penampilannya biasa-biasa saja. Pergaulannya dengan masyarakat kecil tak berubah, justru sosok yang satu ini, ketika menjabat Gubernur Sumatera Barat, lebih banyak mengunjungi rakyatnya yang berada di daerah terisolir yang tak pernah terjangkau pejabat pemerintah selama ini. 

Pergaulannya dengan orang-orang besar tidak membuatnya sombong. Dia tahu menempatkan diri, di depan rakyat dia tampil dengan bahasa rakyat. Tanpa atribut kebesaran sebagai seorang pejabat pemerintah, semisal benggol, tanpa arakan-arakan pengiring dan pengawal, dia menemui rakyatnya. Terkadang rakyat pun ragu, apa benar dia seorang gubernur atau rakyat kebanyakan seperti mereka.

Sangat menarik mengamati tokoh yang satu ini. Penampilannya ketika berhadapan dengan orang-orang besar dan rakyat kecil sama. Tidak ada yang berubah. Ketika berhadapan dengan orang-orang besar, dia tetap memakai baju yang sama ketika berhadapan dengan rakyat kecil. Ketika berhadapan dengan pembesar, dia juga tidak pakai benggol, sebagai tanda kebesaran, sama halnya ketika dia berhadapan dengan rakyat kecil.

Berkenalan dengan pembesaran negeri memang sutau kebanggaan tersendiri, tapi bukan berarti kebanggaan itu berujung sombong dan membangga-banggakan diri. Apatah lagi, berlindung dibalik ketiak pembesar negeri ini. Memakai nama besarnya untuk kepentingan politik tertentu untuk meraih simpati rakyat. Padahal, seorang tokoh dan pembesar negeri merupakan milik bersama rakyat, bukan kelompok atau golongan. Dia pastilah tegak ditengah-tengah, tak mungkin terjebak dalam keberpihakan.

Sadar dengan itu semua, Irwan Prayitno tidak mau menyeret tokoh masyakat dan pembesar negeri dalam kancah kepentingan politik praktis. Dalam menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015, bukan tidak ada tokoh masyarakat atau tokoh Minang yang bersimpati dan memberikan dukungan kepadanya. Namun Irwan Prayitno tidak ingin dukungan yang diberikan tokoh Minang atau tokoh masyarakat lainnya malah mengecilkan nama besar tokoh itu.

Makanya kita lihat, dalam media sosialisasi atau alat peraga kampanyenya, Irwan Prayitno tidak pernah memasang foto atau tanda gambar seorang tokoh Minang yang sangat berpengaruh sekali pun. Bukan berarti Irwan Prayitno tidak butuh dukungan mereka, namun Irwan Prayitno sedikit pun tidak ingin menyeret mereka ke ranah politik praktis dukung mendukung calon yang membuat rakyat memandang mereka sebalah mata karena pro kontra yang timbul kerena kepentingan politik sesaat.

Sebagai politisi nasional yang mengabdikan diri ke kampung halamannya, Irwan Prayitno sering bersentuhan dengan tokoh-tokoh nasional dari Ranah Minangkabau. Sebut saja misalnya Syahrul Ujud, dan Azwar Anas. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Irwan Prayitno menjadi menteri di kabinet mereka, Irwan Prayitno menolak. Penolakan Irwan Prayitno ini mengundang komentar dari beberapa tokoh Minang, salah satunya Syahrul Uujud.

"Jika adinda menolak, siapa lagi tokoh muda Minangkabau yang masuk kabinet. Adinda sangat cocok untuk jabatan menteri (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, red) tersebut. Saya harap adinda mempertimbangkannya kembali," ujar Syahrul Ujud waktu itu. Namun Irwan Prayitno tetap dengan pendiriannya untuk berkonsentrasi penuh melaksanakan tugas sebagai anggota DPR RI. Ini adalah salah satu bukti kedekatan Irwan Prayitno dengan Syahrul Ujud.

Kedekatan Irwan Prayitno dengan Azwar Anas ibarat anak dengan orang tuanya. Azwar Anas sering memberikan nasehat kepada Irwan Prayitno dalam berbagai kesempatan, apakah nasehat sebagai pemimpin atau nasehat yang bersifat pribadi. "Walau ananda sibuk menjalankan amanah jabatan sebagai gubernur, ananda harus tetap memberikan perhatian kepada keluarga dan selalu mengingat Allah," demikian nasehat Azwar Anas kepada Irwan Prayitno dalam suatu perjumpaan. Ketika itu, Irwan Prayitno masih menjabat Gubernur Sumatera Barat.

Penulis sering tersenyum kecil melihat beberapa orang timses yang memposting dukungan tokoh Minang terhadap salah satu pasangan calon dalam Pilkada kali ini. Betapa tidak, dukungan yang diklaim tersebut penulis anggap hanya semacam pepesan kosong. Sebab, tokoh yang mereka klaim belum tentu memberikan dukungan secara nyata kepada mereka. Buktinya, dalam beberapa kesempatan penulis pernah menyaksikan dan mendengar Irwan Prayitno berkomunikasi dengan tokoh Minang yang mereka klaim tersebut. Dan kepada Irwan Prayitno mereka menyatakan dukungan. Irwan pun menyambut baik dukungan tersebut, tetapi sesuai komitmenya sedari awal, dia tidak akan memajang alat peraga kampanye (APK) dengan memasang tanda gambar bersama tokoh Minang yang menyatakan dukungan tersebut.

Robbanaa aatinaa min ladunka rohmatan wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa. Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzolimin. Ya Allah, berilah rahmat pada kami dan beri kami petunjuk yang lurus serta sempurna. Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zholim. Wallahu A'alam Bishawab.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Waki Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang/Pimpinan Bara Online Media (BOM) Group

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »