BentengSumbar.com --- Revolusi Mental yang digagas Joko Widodo menemukan relevansi ketika berhadapan dengan fenomena berubahnya pola realisasi kemasyarakatan akibat arus modernisasi dan kemajuan teknologi informasi. Sebab ibarat pisau bermata dua, di satu sisi ia memberikan jaminan kecepatan informasi untuk peningkatan kapasitas pengetahuan dan skill bagi pemuda. Namun, pada sisi lain membawa dampak negatif akibat informasi bersifat destruktif seperti pornografi, narkoba, pergaulan bebas hingga radikalisme.
Hal ini terungkap dalam sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga yang disampaikan Walikota Padang Mahyeldi Dt. Marajo saat peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balaikota Padang, Rabu (28/10).
Dikatakan, fenomena kemajuan teknologi informasi dan modernisasi tersebut melahirkan generasi baru yang memiliki pola pikir serba instan, serba cepat, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. Sehingga dewasa ini sering terjadi kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak muda. "Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media. Karena sosial media sudah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, lintas agama. Sedangkan interaksi mereka berjalan real time 24 jam. Sehingga tidak mudah bagi orang tua untuk dapat mengontrolnya," ulas Mahyeldi.
Hanya dengan pembangunan karakter pemuda bisa kuat, tangguh dan kokoh mengahadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi. "Melalui gerakan Revolusi mental, kita berharap para pemuda memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua di sampingnya," tambah Walikota.
"Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitasi dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai kemampuan yang mereka miliki," tukas Mahyeldi.
Peringatan Sumpah Pemuda ke-87 kali ini mengambil tema "Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi". (DU)
Hal ini terungkap dalam sambutan Menteri Pemuda dan Olahraga yang disampaikan Walikota Padang Mahyeldi Dt. Marajo saat peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balaikota Padang, Rabu (28/10).
Dikatakan, fenomena kemajuan teknologi informasi dan modernisasi tersebut melahirkan generasi baru yang memiliki pola pikir serba instan, serba cepat, lintas batas, cenderung individualistik dan pragmatik. Sehingga dewasa ini sering terjadi kasus-kasus kekerasan dan pembunuhan yang melibatkan anak muda. "Setelah ditelusuri, kasus-kasus tersebut bermula dari interaksi di sosial media. Karena sosial media sudah menjelma menjadi tempat favorit berkumpulnya anak-anak muda lintas negara, lintas budaya, lintas agama. Sedangkan interaksi mereka berjalan real time 24 jam. Sehingga tidak mudah bagi orang tua untuk dapat mengontrolnya," ulas Mahyeldi.
Hanya dengan pembangunan karakter pemuda bisa kuat, tangguh dan kokoh mengahadapi dampak negatif dari modernisasi dan globalisasi. "Melalui gerakan Revolusi mental, kita berharap para pemuda memiliki kemandirian untuk mengambil keputusan-keputusan terbaik secara jernih sesuai dengan akal sehat mereka, tanpa harus tergantung dari kehadiran orang tua di sampingnya," tambah Walikota.
"Saatnya kita memberikan pendampingan, fasilitasi dan motivasi kepada mereka untuk berkembang dan maju sesuai kemampuan yang mereka miliki," tukas Mahyeldi.
Peringatan Sumpah Pemuda ke-87 kali ini mengambil tema "Revolusi Mental Untuk Kebangkitan Pemuda Menuju Aksi Satu Untuk Bumi". (DU)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »
