![]() |
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan Al Azdi. |
JABIR Ibnu Hayyan yang merupakan seorang ilmuwan dan filsuf terkemuka memiliki nama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan Al Azdi yang di Barat dikenal dengan nama Geber. Beliau lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun 721 M atau sekitar abad ke-7. Jabir adalah seorang yang berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan al-Azdi berasal dari suku Arab Azd adalah seorang yang ahli di bidang farmasi dari kabilah Yaman yang besar yaitu kabilah Azad yang sebagian besar dari mereka berhijrah ke Kufah setelah rubuhnya Bendungan Ma‟rif.
Disamping seorang yang ahli di bidang farmasi, ayahnya juga merupakan seorang yang mendukung Dinsati Abbasiyah dan ikut serta membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, ia hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana merupakan salah satu kota pusat pergerakan syi‟ah di Iraq. Ketika ayahnya sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan, kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah ayahnya meninggal, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur‟an dan berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.
Jabir kembali ke Kufah setelah Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai merintis karirnya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini yang membuatnya terus mendalaminya sehingga menjadi seorang ahli dalam kimia bisa jadi dikarenakan oleh profesi ayahnya sebagai seorang peracik obat. Sejak saat itu Jabir menuntut ilmu dari seorang imam mahsyur, dan sekaligus dia merupakan seorang pengikut dari imam ke-enam syiah tersebut, yaitu Imam Ja‟far as-Shadiq.
Bahkan Jabir juga sempat belajar dari Pangeran Khalin Ibnu Yazid. Jabir kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan Harun Ar-Rasyid dari seorang guru yang bernama Barmaki Vizier. Jabir pun terus bekerja dan ereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif, bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani.
Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai saat ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia miliknya, dan setelah sempat berkarir di Damaskus Jabir dikatakan kembali ke Kufah setelah terjadi tragedi Baramikah dikarenakan sikap dari para Menteri Abbasiyah yang menduduki jabatan sejak tahun 705 M telah berubah kepadanya dikarenakan kesombongan mereka dan banyaknya sumber sejarah yang diselewengkan.
Sekembalinya ke Kufah tak banyak lagi yang mengetahui tentang keberadaannya, namun dua abad setelah kematiannya barulah ditemukan laboratoriumnya seperti yang telah disebutkan tadi di atas. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat. Tak hanya penemuan-penemuannya yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun pemikirannya juga sangat berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di Eropa. Dan Jabir pun tutup usia pada tahun 815 M di kota Kufah.
Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan
Diketahui bahwa Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi dalam istilah modern kita menyebutnya unsur. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.
Banyak zat-zat kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan asam klorida dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat keras, disebut juga air raja (aqua regia). Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas. Penemuan ini sangat berarti bagi para ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun berikutnya ditemukan bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada logam lainnya.
Jabir Bin Hayyan memang dikenal telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari asam mineral/ asam anorganik seperti asam sulferik, air raja yang tadi dijelaskan, penyulingan tawas, amonia klorida, pottasium nitrat. Dalam manuskripnya yang berjudul Sandaqal Hikmah (Rongga Dada Kebijaksanaan) terdapat beberapa paparan Jabir tentang asam. Zat-zat yang diuji coba olehnya sering kali diambil dari benda-benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti isolasi asam sitrat dan asam tartar yang telah ia coba lakukan. Asam sitrat tersebut diambil dari lemon , sedangkan asam tartarat dari sisa pengendapan (residu) setelah membuat anggur.
Ada lagi temuan lain dari tokoh yang berhasil memasukkan terma "alkali" dalam kosakata sains ini, yaitu sebuah zat aditif yang dapat mencegah karat pada besi dan membuat bahan tekstil kedap air. Dan masih banyak penemuan Jabir Bin Hayyan. Pengetahuannya ini juga ia diaplikasisan untuk pembuatan besi dan logam lainnya serta untuk penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Instrumen dan Teori Kimia
Jabir sudah lebih dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia. Adapun instrumen kimia yang telah didisain oleh Jabir diantaranya retort, pippet dan test tube. Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat ini. Jabir ibnu Hayyan telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum perbandingan tetap. Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar.
Hal ini yang kemudian menjadi sebuah jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol. Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Semua teknik telah ia siapkan sebelumnya, ia juga telah membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan penyulingan tak langsung menggunakan bejana kering, dan Jabir lah yang pertama kali mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melaui proses penyulingan.
Penemuan lainnya dalam bidang kimia yang dikenal hanya satu-satunya di dunia yaitu dalam pereparasi asam tartar, asam sitrat, asam senyawa dan hidroklorik. Beliau juga telah sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar 1/6480 kilogram. Bahkan dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibnu Hayyan.
Serangkaian kinerja Jabir ibn Hayyan tentang woodcuts of chemical dan perangkat penyulingan, (a)Sublimasi di Athanor, (b) Fiksasi dan sublimasi, (c) Descension furnace, (d) distilasi, (e) kalsinasi, (f) tempat air (water bath), (g) penampungan, dan (h) fiksasi dan sublimasi Ibnu Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-malleable (bahan campuran):
1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
2. Metal (benda logam), yang dapt ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi.
3. Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Contohnya batu dan arang.
Adapun saat ini zat terbagi menjadi metal dan non-metal. Mengenai kombinasi kimiawi, Jabir mendefinisikannya sebagai penyatuan elemen-elemen dalam partikel yang kecil sekali dan tak kasat mata tanpa ada yang kehilangan karakter-karakternya. Bila diamati teori ini tidak berbeda jauh dengan teori yang dikemukakan oleh John Dalton (1844), ahli kimia dari Inggris, mengenai atom. Gagasan Dalton sebagai berikut:
"Selama reaksi kimia atom-atom dapat bergabung, atau kombinasi atom-atom dapat pecah menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom-atom itu sendiri tak berubah. Reaksi kimia hanya melibatkan penataulangan atom-atom sehingga tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia."
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemah kan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah):
"Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur."
Metode Ilmiah Eksperimen
Beralih pada metode penelitiannya, sebagai pakar sains, dia memperkenalkan metode riset dan eksperimental untuk penelitian kimia secara kuntitatif dan bahannya diambil dari logam, tumbuhan dan hewan. Hal ini terkait erat dengan persoalan epistemologi. Yang kita ketahui saat ini metode eksperimentasi dipelopori oleh David Hume. Namun ternyata Jabir sudah jauh lebih dulu menggunakan metode ini untuk kajian saintisnya. Jabir bin Hayyan menulis dalam Kitab Al-Sab’in halaman 464:
"Barang siapa yang mengerti proporsi zat (mizan) nya, maka dia akan mengetahui setiap bagian zat itu sendiri dan bagaimana pembentukannya. Dengan eksperimen, akan menghasilkan kepastian akan hal itu. Barang siapa yang melakukan eskperimen, dia akan menjadi ilmuwan sejati. Adapun orang yang tidak melakukan eksperimen, dia tidak akan menjadi ilmuwan. Proses kimia harus dilakukan dengan eksperimen, karena dengan eksperimen orang akan menjadi mahir, dan tanpa eksperimen ilmu seseorang tak berarti apa-apa."
Jabir juga menegaskan perlu adanya pengetahuan teoritis yang kemudian diikuti oleh percobaan dalam rangka membuktikan apakah beanr atau tidak teori tersebut. Sebagaimana juga dikatakan dalam Jabir bin Hayyan wa ‘Ilm al- Kimiyya’:
"Setiap praktek rekayasa (kimia) harus didahului oleh penguasaan ilmu terlebih dahulu."
Namun bagaimanapun juga eksperimen tidak menjamin kesalahan bisa luput, dia mengatakan dalam kitab al-Khawwash al-Kabir halaman 322 :
"Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam."
Sumber: academia.edu
Disamping seorang yang ahli di bidang farmasi, ayahnya juga merupakan seorang yang mendukung Dinsati Abbasiyah dan ikut serta membantu meruntuhkan Dinasti Umayyah. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, ia hijrah dari Yaman ke Kufah yang di mana merupakan salah satu kota pusat pergerakan syi‟ah di Iraq. Ketika ayahnya sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan, kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah ayahnya meninggal, Jabir dan keluarganya kembali ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur‟an dan berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang bernama Harbi al-Himyari.
Jabir kembali ke Kufah setelah Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai merintis karirnya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini yang membuatnya terus mendalaminya sehingga menjadi seorang ahli dalam kimia bisa jadi dikarenakan oleh profesi ayahnya sebagai seorang peracik obat. Sejak saat itu Jabir menuntut ilmu dari seorang imam mahsyur, dan sekaligus dia merupakan seorang pengikut dari imam ke-enam syiah tersebut, yaitu Imam Ja‟far as-Shadiq.
Bahkan Jabir juga sempat belajar dari Pangeran Khalin Ibnu Yazid. Jabir kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan Harun Ar-Rasyid dari seorang guru yang bernama Barmaki Vizier. Jabir pun terus bekerja dan ereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di sebuah laboratorium dekat Bawaddah di Damaskus dengan ciri khas eksperimen-eksperimennya yang dilakukan secara kuantitatif, bahkan instrument-instrument yang digunakan untuk eksperimentnya ia buat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani.
Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai saat ini, bahkan di laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia miliknya, dan setelah sempat berkarir di Damaskus Jabir dikatakan kembali ke Kufah setelah terjadi tragedi Baramikah dikarenakan sikap dari para Menteri Abbasiyah yang menduduki jabatan sejak tahun 705 M telah berubah kepadanya dikarenakan kesombongan mereka dan banyaknya sumber sejarah yang diselewengkan.
Sekembalinya ke Kufah tak banyak lagi yang mengetahui tentang keberadaannya, namun dua abad setelah kematiannya barulah ditemukan laboratoriumnya seperti yang telah disebutkan tadi di atas. Di dalamnya didapati peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang emas yang cukup berat. Tak hanya penemuan-penemuannya yang luar biasa yang telah ia ciptakan, namun pemikirannya juga sangat berpengaruh bagi para ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Razi (9 M), Tughrai (12 M) dan Al-Iraqi (13 M). Bahkan tidak hanya itu, buku-buku yang ditulisnya pun sangat berpengaruh bagi perkembangan kemajuan ilmu kimia di Eropa. Dan Jabir pun tutup usia pada tahun 815 M di kota Kufah.
Zat-zat Temuan Jabir Bin Hayyan
Diketahui bahwa Jabir Bin Hayyan telah menemukan 19 macam substansi. Substansi dalam istilah modern kita menyebutnya unsur. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain.
Banyak zat-zat kimia lain yang telah dia temukan yaitu asam asetat dari cuka nitrat, asam sitrat, asam asetat dan juga asam klorida. Kemudian dia mencoba menggabungkan asam klorida dan asam nitrat. Dari itu dia pun menemukan asam super yang sangat keras, disebut juga air raja (aqua regia). Dan ternyata air raja dapat melarutkan emas. Penemuan ini sangat berarti bagi para ahli kimia untuk mengekstrasi dan memurnikan emas, bahkan di tahun berikutnya ditemukan bahwa temuan-temuan dari reaksi asam dapat digunakan pada logam lainnya.
Jabir Bin Hayyan memang dikenal telah banyak menghasilkan penemuan-penemuan dari asam mineral/ asam anorganik seperti asam sulferik, air raja yang tadi dijelaskan, penyulingan tawas, amonia klorida, pottasium nitrat. Dalam manuskripnya yang berjudul Sandaqal Hikmah (Rongga Dada Kebijaksanaan) terdapat beberapa paparan Jabir tentang asam. Zat-zat yang diuji coba olehnya sering kali diambil dari benda-benda yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti isolasi asam sitrat dan asam tartar yang telah ia coba lakukan. Asam sitrat tersebut diambil dari lemon , sedangkan asam tartarat dari sisa pengendapan (residu) setelah membuat anggur.
Ada lagi temuan lain dari tokoh yang berhasil memasukkan terma "alkali" dalam kosakata sains ini, yaitu sebuah zat aditif yang dapat mencegah karat pada besi dan membuat bahan tekstil kedap air. Dan masih banyak penemuan Jabir Bin Hayyan. Pengetahuannya ini juga ia diaplikasisan untuk pembuatan besi dan logam lainnya serta untuk penggunaan mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca.
Instrumen dan Teori Kimia
Jabir sudah lebih dulu menggunakan kaca sebagai bahan baku peralatan penelitian kimia. Adapun instrumen kimia yang telah didisain oleh Jabir diantaranya retort, pippet dan test tube. Dan ketiga masih digunakan serta dikembangkan hingga saat ini. Jabir ibnu Hayyan telah dianggap sebagai orang pertama yang menemukan hukum perbandingan tetap. Dan juga merupakan orang yang pertama menuliskan teori tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar.
Hal ini yang kemudian menjadi sebuah jalan bagi Al-Razi dalam menemukan etanol. Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi. Semua teknik telah ia siapkan sebelumnya, ia juga telah membedakan antara penyulingan langsung menggunakan bejana basah dan penyulingan tak langsung menggunakan bejana kering, dan Jabir lah yang pertama kali mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melaui proses penyulingan.
Penemuan lainnya dalam bidang kimia yang dikenal hanya satu-satunya di dunia yaitu dalam pereparasi asam tartar, asam sitrat, asam senyawa dan hidroklorik. Beliau juga telah sukses membuat skala yang mempunyai ketelitian sangat tinggi sekitar 1/6480 kilogram. Bahkan dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar pengembangan ilmu kimia di daratan Eropa, maka carilah langsung ke karya-karya Jabir Ibnu Hayyan.
Serangkaian kinerja Jabir ibn Hayyan tentang woodcuts of chemical dan perangkat penyulingan, (a)Sublimasi di Athanor, (b) Fiksasi dan sublimasi, (c) Descension furnace, (d) distilasi, (e) kalsinasi, (f) tempat air (water bath), (g) penampungan, dan (h) fiksasi dan sublimasi Ibnu Hayyan membagi substansi menjadi 3 kategori, yaitu spirit, metal, dan non-malleable (bahan campuran):
1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor (kamper), arsenik, amonium klorida, dan sulfur.
2. Metal (benda logam), yang dapt ditempa, berkilat, menghasilkan suara. Seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi.
3. Benda, bahan mineral yang tidak dapat ditempa dan dapat dikonversi menjadi semacam bubuk. Contohnya batu dan arang.
Adapun saat ini zat terbagi menjadi metal dan non-metal. Mengenai kombinasi kimiawi, Jabir mendefinisikannya sebagai penyatuan elemen-elemen dalam partikel yang kecil sekali dan tak kasat mata tanpa ada yang kehilangan karakter-karakternya. Bila diamati teori ini tidak berbeda jauh dengan teori yang dikemukakan oleh John Dalton (1844), ahli kimia dari Inggris, mengenai atom. Gagasan Dalton sebagai berikut:
"Selama reaksi kimia atom-atom dapat bergabung, atau kombinasi atom-atom dapat pecah menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom-atom itu sendiri tak berubah. Reaksi kimia hanya melibatkan penataulangan atom-atom sehingga tidak ada atom yang berubah akibat reaksi kimia."
Lalu mari kita lihat pernyataan sepuluh abad sebelumnya dari Jabir Bin Hayyan mengenai hal tersebut dalam kitabnya yang telah diterjemah kan ke dalam bahasa latin dengan judul Summa Perfecdonis (al Hikmah Al Falsafiyyah):
"Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagian bagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur."
Metode Ilmiah Eksperimen
Beralih pada metode penelitiannya, sebagai pakar sains, dia memperkenalkan metode riset dan eksperimental untuk penelitian kimia secara kuntitatif dan bahannya diambil dari logam, tumbuhan dan hewan. Hal ini terkait erat dengan persoalan epistemologi. Yang kita ketahui saat ini metode eksperimentasi dipelopori oleh David Hume. Namun ternyata Jabir sudah jauh lebih dulu menggunakan metode ini untuk kajian saintisnya. Jabir bin Hayyan menulis dalam Kitab Al-Sab’in halaman 464:
"Barang siapa yang mengerti proporsi zat (mizan) nya, maka dia akan mengetahui setiap bagian zat itu sendiri dan bagaimana pembentukannya. Dengan eksperimen, akan menghasilkan kepastian akan hal itu. Barang siapa yang melakukan eskperimen, dia akan menjadi ilmuwan sejati. Adapun orang yang tidak melakukan eksperimen, dia tidak akan menjadi ilmuwan. Proses kimia harus dilakukan dengan eksperimen, karena dengan eksperimen orang akan menjadi mahir, dan tanpa eksperimen ilmu seseorang tak berarti apa-apa."
Jabir juga menegaskan perlu adanya pengetahuan teoritis yang kemudian diikuti oleh percobaan dalam rangka membuktikan apakah beanr atau tidak teori tersebut. Sebagaimana juga dikatakan dalam Jabir bin Hayyan wa ‘Ilm al- Kimiyya’:
"Setiap praktek rekayasa (kimia) harus didahului oleh penguasaan ilmu terlebih dahulu."
Namun bagaimanapun juga eksperimen tidak menjamin kesalahan bisa luput, dia mengatakan dalam kitab al-Khawwash al-Kabir halaman 322 :
"Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam."
Sumber: academia.edu
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »