![]() |
Gubernur Banten Rano Karno bersama Wako Bukittingi Gafar S Koto. |
BentengSumbar.com --- Kisah Si Midun jadi Demang kembali terulang. Kali ini dialami oleh Rano Karno. Setelah sukses dirantau orang, kini Gubernur Banten tersebut pulang ke kampungnya di Bonjol, Kabupaten Pasaman. Kampung bersejarah di nusantara, karena dari sanalah berasalnya pahlawan yang berjuang dan berperang melawan Belanda.
Suasana haru warnai kedatangan Gubernur Banten Rano Karno, begitu menginjakkan kaki di tanah leluhurnya, Kampung Jambak, Nagari Ganggo Hilir, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Jumat (29/1). Bersama keluarga besarnya, Rano Karno tiba di Bonjol setelah menginap di Bukittinggi, sekitar pukul 09.30 WIB. Di sini, ia melakukan ziarah kubur ke makam kakeknya.
Suasana pertemuan pria pemeran "Si Doel Anak Sekolahan" ini dengan keluarga di Bonjol, haru dan penuh kebahagiaan. Setelah sekian lama tidak bertemu di kampung halaman, akhirnya hasrat itu tertuntaskan.
Tidak berapa lama berbincang dengan keluarga, Rano Karno bersama rombongan dan keluarganya langsung melaksanakan tahlilan di Mushalla Tanjung, Kampung Jambak, Kecamatan Bonjol. Tahlilan juga diikuti oleh masyarakat setempat yang menyambut Rano Karno dengan penuh antusias. Camat Bonjol Mardianto, Wali Nagari Ganggo Hilir Bondan Kusbianto serta sejumlah aparatur pemerintahan juga ikut hadir dalam acara tersebut.
"Begitu tiba dari Bukittinggi, beliau bertemu dengan sanak saudaranya lalu menggelar tahlilan di Musholla Tanjung,” ujar Camat Bonjol, Mardianto.
Di masjid ini, ia menyerahkan sejumlah bantuan, berupa sajadah karpet 12 paket, Al Qur’an untuk keperluan tempat ibadah di mushalla itu.
“Mohon diterima pak, ini bantuan ala kadarnya,” ujar Gubernur Banten itu singkat.
Selanjutnya, Rano Karno dan kerabat mengunjungi makam Syeik Maulana Said, diteruskan mengunjungi Benteng Tuanku Imam Bonjol. Menuju benteng tak jadi, dia dan keluarganya menaiki puncak benteng di atas ketinggian itu dengan menunggangi sepeda motor yang sudah disiapkan warga.
“Sudah 20 tahun tidak pulang, setelah ayah dan ibu meninggal. Di sini, bisa jumpa dengan nenek, bersama keluarga akak,” ujar Rano ketika menyambangi rumah Tiah (77), satu-satunya kemenakan ayahnya yang tersisa.
Gubernur Banten ini mengaku tidak fasih berbahasa Minang. Ini terbukti ketika bertegur sapa dengan masyarakat yang mengerebutinya. "Pandainya cuma bahasa Indonesia," ujar kader PDI Perjuangan ini.
Kunjungan orang nomor satu di Banten itu, untuk menelusuri silsilah keluarga dari garis keturunan bapaknya, Soekarno M Noer yang merupakan keturunan Minangkabau (Bonjol) asli.
"Ini sebenarnya keinginan ibu kami, untuk mengajak anak-anaknya mengunjungi kampung halaman bapak di Bonjol. Sayang, ibu lebih dahulu dipanggil yang kuasa sebelum keinginannya terkabul," kata Rubi Karno, kakak tertua Rano Karno.
Menurut dia, Rano Karno bersama keluarga yang lain sebenarnya telah memberikan janjinya untuk menemani sang ibu ke Bonjol pada Desember 2015. Namun, kesehatan sang ibu ternyata memburuk hingga meninggal dunia.
"Sekarang kami anak-anak beliau bersama keluarga besar yang lain datang, selain untuk menunaikan keinginan ibu, juga menjalin silaturahmi dengan keluarga di Bonjol," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya sampai saat ini belum tahu apakah masih ada atau tidak keluarga mereka di Bonjol. "Nenek dari dulu di Jakarta. Bapak dua bersaudara, semua sudah meninggal. Ini kita telusuri lagi. Kami nanti dibantu Wali Nagari setempat yang memang mengundang kami untuk pulang ke sini," jelasnya, sebelum kedatangan Rano Karno ke Ranah Minang, beberapa hari lalu. (fit)
Suasana haru warnai kedatangan Gubernur Banten Rano Karno, begitu menginjakkan kaki di tanah leluhurnya, Kampung Jambak, Nagari Ganggo Hilir, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman, Jumat (29/1). Bersama keluarga besarnya, Rano Karno tiba di Bonjol setelah menginap di Bukittinggi, sekitar pukul 09.30 WIB. Di sini, ia melakukan ziarah kubur ke makam kakeknya.
Suasana pertemuan pria pemeran "Si Doel Anak Sekolahan" ini dengan keluarga di Bonjol, haru dan penuh kebahagiaan. Setelah sekian lama tidak bertemu di kampung halaman, akhirnya hasrat itu tertuntaskan.
Tidak berapa lama berbincang dengan keluarga, Rano Karno bersama rombongan dan keluarganya langsung melaksanakan tahlilan di Mushalla Tanjung, Kampung Jambak, Kecamatan Bonjol. Tahlilan juga diikuti oleh masyarakat setempat yang menyambut Rano Karno dengan penuh antusias. Camat Bonjol Mardianto, Wali Nagari Ganggo Hilir Bondan Kusbianto serta sejumlah aparatur pemerintahan juga ikut hadir dalam acara tersebut.
"Begitu tiba dari Bukittinggi, beliau bertemu dengan sanak saudaranya lalu menggelar tahlilan di Musholla Tanjung,” ujar Camat Bonjol, Mardianto.
Di masjid ini, ia menyerahkan sejumlah bantuan, berupa sajadah karpet 12 paket, Al Qur’an untuk keperluan tempat ibadah di mushalla itu.
“Mohon diterima pak, ini bantuan ala kadarnya,” ujar Gubernur Banten itu singkat.
Selanjutnya, Rano Karno dan kerabat mengunjungi makam Syeik Maulana Said, diteruskan mengunjungi Benteng Tuanku Imam Bonjol. Menuju benteng tak jadi, dia dan keluarganya menaiki puncak benteng di atas ketinggian itu dengan menunggangi sepeda motor yang sudah disiapkan warga.
“Sudah 20 tahun tidak pulang, setelah ayah dan ibu meninggal. Di sini, bisa jumpa dengan nenek, bersama keluarga akak,” ujar Rano ketika menyambangi rumah Tiah (77), satu-satunya kemenakan ayahnya yang tersisa.
Gubernur Banten ini mengaku tidak fasih berbahasa Minang. Ini terbukti ketika bertegur sapa dengan masyarakat yang mengerebutinya. "Pandainya cuma bahasa Indonesia," ujar kader PDI Perjuangan ini.
Kunjungan orang nomor satu di Banten itu, untuk menelusuri silsilah keluarga dari garis keturunan bapaknya, Soekarno M Noer yang merupakan keturunan Minangkabau (Bonjol) asli.
"Ini sebenarnya keinginan ibu kami, untuk mengajak anak-anaknya mengunjungi kampung halaman bapak di Bonjol. Sayang, ibu lebih dahulu dipanggil yang kuasa sebelum keinginannya terkabul," kata Rubi Karno, kakak tertua Rano Karno.
Menurut dia, Rano Karno bersama keluarga yang lain sebenarnya telah memberikan janjinya untuk menemani sang ibu ke Bonjol pada Desember 2015. Namun, kesehatan sang ibu ternyata memburuk hingga meninggal dunia.
"Sekarang kami anak-anak beliau bersama keluarga besar yang lain datang, selain untuk menunaikan keinginan ibu, juga menjalin silaturahmi dengan keluarga di Bonjol," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya sampai saat ini belum tahu apakah masih ada atau tidak keluarga mereka di Bonjol. "Nenek dari dulu di Jakarta. Bapak dua bersaudara, semua sudah meninggal. Ini kita telusuri lagi. Kami nanti dibantu Wali Nagari setempat yang memang mengundang kami untuk pulang ke sini," jelasnya, sebelum kedatangan Rano Karno ke Ranah Minang, beberapa hari lalu. (fit)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »