SMA Negeri 3 Padang Menjawab

Pinto Janir Bersama Kepala Sekolah dan Siswa SMAN 3 Padang
Pinto Bersama Kepala Sekolah dan Siswa SMAN 3 Padang. 
MULAI dari TV 3 (TV Komunitas siswa Smantri)
sampai ke Ekskul Sanggar Sastra Siswa
hingga "Siswa Surau"

Rabu sore lalu, siswa SMA Negeri 3 Padang mendaulat saya menyair di depan mereka. Di hadapan 600 lebih siswa kelas 1 dan kelas dua di aula yang dulu sering jadi tempat main kami masa SMA, ditemani salah seorang siswa dalam gitar klasik, saya menyair. untuk mereka.

Sungguh, saya tidak menyangka; dalam khusuk dan khidmat mereka menyimak syair puisi saya. Saya senang sekali melihat raut muka mereka yang senang dengan puisi-puisi saya.

Mereka sangat antusias tampaknya dalam bersastra-sastra. Mereka ingin cakap menulis. Menulis puisi, menulis berita, menulis esei atau mengarang.

Saya menangkap keinginan bersastra dari mereka. Usai baca puisi, saya bercakap-cakap dengan Pak Kepsek Ramadansyah, yang ternyata memiliki latar belakang "sastra" juga.Beliau telah menulis beberapa buku. Percakapan kami, sangat menyambung.

Dari buah percakapan itu, lahir gagasan kami untuk segera mendirikan Komunitas Sastra Siswa Smantri yang bisa saja menjadi salah satu kegiatan ekstra kurikuler siswa. Kita berharap, Komunitas sastra siswa ini dapat mengembalikan kejayaan sastra Sumatera Barat, dimulai dari sekolah.

Produk kepenulisan siswa dalam waktu dekat ini adalah segera menerbitkan Tabloid Pionir. Yang berisi segala kreasi dan prestasi siswa serta cita-cita dalam pikiran cemerlang penuh inpsirasi dan edukasi serta media siswa yang sangat informatif.

Lalu, di depan pekarangan depan SMA Negeri 3 Padang, berdiri sebuah masjid megah. Masjid itu adalah bantuan salah seorang alumni yang tak mau-mau benar namanya diekspos ke publik.

Di Masjid itu kelak, akan segera pula didirikan Islamic Center Siswa Smantri. Lalu, alumni juga mendirikan sebuah musala di dalam komplek sekolah yang hijau itu.

Dalam percekapan tersebut, saya dan Pak Ramadansyah serta seorang alumni yang rasa cintanya sangat dalam ke SMA 3 yakni Ko An, sampai-sampai sepakat memaklumatkan dan menggagas sebuah "ide" dalam penerapan basurau, yakni membentuk semacam ekskul " Siswa Surau Smantri".Mudah-mudahan ini juga menjadi pilihan siswa dalam kegiatan Ekstra kurikuler.

Kita tahu, surau adalah lembaga "pendidikan hidup atau kecakapan hidup bagi laki-laki Minang". Di surau mereka belajar mengaji dan mengkaji.Belajar 'manggaleh' dan basilek.Dan belajar "bersosilisasi" untuk menuju hidup bermasyarakat. " Programnya, nanti kita susun sempurna.Tapi ini bisa dan sangat bisa segera kita wujudkan", ujar Pak Kepsek Ramadansyah nan anak Rang Kuranji itu.

Saya betah lama bercaka-cakap dengan Pak kepsek yang berlatar belakang seniman ini. Dan ternyata, kami 'serumpun' juga; beliau penyair. Punya buku kumpulan puisi. Beliau suka rebab dan dendang, suaranya merdu.Dan sudah pernah pula melahirkan album lagu pop Minang. Beliau juga suka pada seni tradisi, terutama silek dan randai. Pembicaraan kami menjadi sangat nyambung.

Kami bercakap-cakap tentang ruang pikiran dan pemikiran untuk kecerdasan dan kecakapan siswa. Dalam sebuah wacana, saya menunjuk gedung megah SMA 3 Padang. "Kita tinggal pasang tower mini di atas atap itu", saya menunjuk ke atap sekolah, Pak Kepsek dan Ko An mengikuti arah tunjuk saya. Mereka mengangguk-angguk.

" Lalu di sana kita pasang pemnacar TV komunitas, radio komunitas. Kita berharap, dengan adanya TV siswa, maka ini akan menjadikan siswa SMA 3 Padang menjadi sekolah pertama di Sumbar yang memiliki stasiun pemncar televisi", kata saya....

Wow. Ide itu, disambut antusias oleh Pak Ramadhan dan sahabat yang juga kakak kelas saya, Ko An. " Bila begitu, saya siap menyumbang awal Rp 20 juta", kata sebuah suara tulus.Suara hamba Allah.

Lalu saya takar-takar, dengan menggunakan pemancar sederhana, dengan Rp 100 juta, on air-lah TV siswa itu. Bisa saja namanya nanti TV 3 atau Tritivi.

Olala, saya membayangkan, ada ragam acara edukasi. Saya membayangkan adik-adik saya cakap main kamera.Cakap menjadi reporter remaja. Cakap menyusun program acara. Dan ini menjadi labour hidup bagi mereka untuk memasuki dinia kepenyiaran dan komunikasi. Dan saya sangat yakin, cakap "kepenyiaran" adalah kecakapan profesional yang 'bernilai tinggi".

Acaranya beragam.Ada liputan prestasi siswa.Siswa isnpiratif. wawancara tokoh dalam berbagao ssoal. belajar via TV.Dipandu ibu-ibu guru mereka. Ada program didikan subuh.Ada program Dai Remaja.Ada berbagai hal yang menjadi tempat menumpahkan ekpresi bagi kreasi mereka.

Banyak program acara yang bisa dikembangkan dan sesuai dengan misi pendidikan. Program acara berbau sosial. Berbau agama. Berbau budaya.Berbau sains dan teknologi serta riset remaja.Banyak sekali. Atau teater remaja. Dan, Tritivi juga memberi tepat bagi siswa lain yang memiliki kreasi. Maka jadilah Tritivi sebagai televisi pemersatu siswa dalam kreasi dan prestasi....

Waw hebat. Hidup Tritivi.

Sampai ini malam, kehadiran Tritivi itu membayang-bayang di depan mata saya.

Saya sangat yakin, ketika kita memberi pentas kreatif pada anak muda kita, maka padaa saat itu, kita telah memberi jalan pada mereka untuk menjadi seorang "insan" yang tak hidup percuma selama bernafas di atas dunia.

Maka, semaraklah nagari dengan anak nagari atau siswanya yang senatiasa berlaku dan berbuat positif untuk dirinya serta lingkungannya.

Saya berharap, ini tak hanya sekadar wacana. Dan saya yakin, mudah-mudahan ini terwujud.Apalagi Pak Kepsek sangat antusias dan penuh semangat untuk sama mewujudkan Tritivi atau TV3.

Ya, saya pun bertelpon-teleponan dengan H Wen, alumni SMA 3 Padang yang kini jadi anggota DPR RI dan juga ketua PB Ikasmantri. Kami membahas gagasan ini. H Wen, sangat semnagat sekali mendengar wacana TV 3 dari Smantri.

Saya yakin, TV3 atau Tritivi segera terwujud, setidaknya pengalaman saya sewaktu mendirikan dan membidani pendirian salah satu TV swasta lokas tentulah akan mempermudah saya untuk mewujudkannya. Saya sudah bayangkan, siapa-siapa alumni yang saya minta tolong pertama untuk mewujudkan gagasan ini. Sudah putus dalam pikiran saya, TV3 tinggal menunggu waktu.

Saya rasa, soal biaya; bila dipersamakan; tak jadi soal. Hanya tinggal lagi; menyamakan pandangan. Dan yang saya butuhkan, bukan perdebatan, tapi adalah dukungan moril dan materil...

Ayo Ikasmantri...

Sewaktu asik berpikir-pikir itulah, serombongan adik-adik saya di SMA 3 Padang lewat di depan saya. "Bang Pinto...bang pinto bapoto basamo wak dih....selfi kita bang !"

Klik-klik...klik...saya pun berpoto.

Dan sesudah itu, saya dihampiri beberapa siswa yang baru tamat tahun ini.Mereka memberi kabar pada saya: " Bang, kami ada rencana mengumpulkan baju-baju SMA kami. Kami kemasi bagus-bagus.Dan rencana akan kami serahkan kepada kawan-kawan atau adik-adik di SMA Dhuafa atau Panti Asuhan. Menurut abang, ke daerah mana bagusnya Bang? Ya, cari daerah yang benar-benar miskin...berikan kepada mereka yang benar-benar tepat untuk diberi...."

Wah, lengkap sudah kebahagiaan saya....adik-adik saya ternyata seorang yang memiliki rasa peduli yang sangat tinggi...

Saya bangga mereka !

Ditulis Oleh:
Pinto Janir
Jurnalis, Seniman dan Budayawan Sumatera Barat

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »