![]() |
Tari Pasambahan. |
BENTENGSUMBAR.COM - Komisi IV DPRD Kota Padang mengapresiasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang yang menggelar Festival Seni dan Budaya Anak Nagari Minangkabau 2016 bekerjasama dengan Anak Nagari Lubuak Bagaluang yang tergabung dalam wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pemuda Panca Marga (PPM) dan Karang Taruna Kota Padang, Kamis, 19 Mei 2016.
Festival Seni dan Budaya Anak Nagari Minangkabau 2016 itu sendiri bertujuan untuk kembali menggali dan melestarikan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang berfalsafahkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Dimana, pedonam hidup orang Minangkabau tersebut berpedomankan kepada agama, dan agama berpedoman kepada kitab suci al Quran.
"Tentu kita mengapresiasi kegiatan tersebut. Nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau memang harus kembali dibangkitkan dan dilestarikan, sehingga tetap menjadi pedoman orang Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Apatah lagi, generasi muda kita sudah mulai kehilangan jati diri dan tidak lagi mengenal adat dan budaya Minangkabau tersebut," jelas Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Padang, Iswandi Muchtar.
Ia mengatakan, peran adat dan budaya Minangkabau sangat penting pada masa kekinian dalam membentengi generasi muda dari perbuatan menyimpang. Di Minangkabau, disamping peran orang tua dalam mendidik anak, maka sudah menjadi tugas ninik mamak untuk menjaga, mendidik, dan mengingatkan anak kemenakan.
"Dalam rangka ABS-SBK itu, peran dan fungsi ninik mamak sangat strategis. Kita rasakan saat ini, peran itu sudah mulai berkurang. Untuk itu, perlu kita bangkitkan kembali ABS-SBK dalam lingkup keluarga, suku, dan kaum. Dalam hal ini domainnya adalah peran ninik mamak. Pada adat Minangkabau itu, penuh nilai-nilai moral dan pendidikan karakter. Makanya harus diajarkan kembali kepada generasi muda dan pelajar," ujarnya.
Zulhardi Zakaria Latif, anggota Komisi IV DPRD Kota Padang mengatakan, ABS-SBK jangan hanya diatas kertas, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan harus sejalan antara adat dan agama. Kalau bicara ABS-SBK, tentu terkait dengan perilaku masyarakat, terutama generasi muda.
"Kita harus kembali ke Surau untuk menerapkan ABS-SBK. Pendidikan Surau mengenal silek duduk dan silek tagak. Silek duduk itu belajar agama dan adat, sedangkan silek tagak belajar beladiri. Pemko sudah berupaya ke arah itu melalui kegiatan wirid remaja, didikan subuh, subuh mubarakah, pesantren Ramadhan dan lain-lain," cakapnya.
Senada dengan Iswandi Muchtar, Zulhardi Zakaria Latif pun sepakat peran mamak dalam mendidik kemenakan difungsikan kembali. Jangan sampai peran itu hilang dikikis zaman, dan digantikan secara dominan oleh peran orang tua.
"Mendidik generasi muda itu tak hanya tanggungjawab sekolah, tetapi peran terbesar, kalau di Minangkabau adalah diambil oleh ninik mamak, disamping orang tua. Pranata adat dan budaya Minangkabau ini perlu kita fungsikan kembali," tegasnya. (by)
Festival Seni dan Budaya Anak Nagari Minangkabau 2016 itu sendiri bertujuan untuk kembali menggali dan melestarikan nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang berfalsafahkan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Dimana, pedonam hidup orang Minangkabau tersebut berpedomankan kepada agama, dan agama berpedoman kepada kitab suci al Quran.
"Tentu kita mengapresiasi kegiatan tersebut. Nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau memang harus kembali dibangkitkan dan dilestarikan, sehingga tetap menjadi pedoman orang Minangkabau dalam kehidupan sehari-hari. Apatah lagi, generasi muda kita sudah mulai kehilangan jati diri dan tidak lagi mengenal adat dan budaya Minangkabau tersebut," jelas Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Padang, Iswandi Muchtar.
Ia mengatakan, peran adat dan budaya Minangkabau sangat penting pada masa kekinian dalam membentengi generasi muda dari perbuatan menyimpang. Di Minangkabau, disamping peran orang tua dalam mendidik anak, maka sudah menjadi tugas ninik mamak untuk menjaga, mendidik, dan mengingatkan anak kemenakan.
"Dalam rangka ABS-SBK itu, peran dan fungsi ninik mamak sangat strategis. Kita rasakan saat ini, peran itu sudah mulai berkurang. Untuk itu, perlu kita bangkitkan kembali ABS-SBK dalam lingkup keluarga, suku, dan kaum. Dalam hal ini domainnya adalah peran ninik mamak. Pada adat Minangkabau itu, penuh nilai-nilai moral dan pendidikan karakter. Makanya harus diajarkan kembali kepada generasi muda dan pelajar," ujarnya.
Zulhardi Zakaria Latif, anggota Komisi IV DPRD Kota Padang mengatakan, ABS-SBK jangan hanya diatas kertas, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan harus sejalan antara adat dan agama. Kalau bicara ABS-SBK, tentu terkait dengan perilaku masyarakat, terutama generasi muda.
"Kita harus kembali ke Surau untuk menerapkan ABS-SBK. Pendidikan Surau mengenal silek duduk dan silek tagak. Silek duduk itu belajar agama dan adat, sedangkan silek tagak belajar beladiri. Pemko sudah berupaya ke arah itu melalui kegiatan wirid remaja, didikan subuh, subuh mubarakah, pesantren Ramadhan dan lain-lain," cakapnya.
Senada dengan Iswandi Muchtar, Zulhardi Zakaria Latif pun sepakat peran mamak dalam mendidik kemenakan difungsikan kembali. Jangan sampai peran itu hilang dikikis zaman, dan digantikan secara dominan oleh peran orang tua.
"Mendidik generasi muda itu tak hanya tanggungjawab sekolah, tetapi peran terbesar, kalau di Minangkabau adalah diambil oleh ninik mamak, disamping orang tua. Pranata adat dan budaya Minangkabau ini perlu kita fungsikan kembali," tegasnya. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »