Tidakkah Kita Malu Membencinya Berlebihan?

Tidakkah Kita Malu Membencinya Berlebihan?
Ditulis Oleh:
Pinto Janir
Seniman dan Budayawan Sumbar. 
TIDAKKAH kita malu membencinya? Tak dihukumnya nagari ini dengan kekuatan dan kekuasaannya. Sebaliknya, ia balas rasa benci itu dengan kasih sayang dan kepedulian yang ia tunjukkan dalam banyak kenyataan.

Tidakkah kita malu membencinya?

Atau inikah yang disebut kebencian dalam egoistik sehingga apapun bentuk kebaikan bila datangnya dari orang dibenci, maka kebaikan itu tertolak lalu di dada bertaman segala dendam abstrak yang tak berkesudahan.

Bagai seorang pelukis gila, kebencian abstrak itu ia lemparkan kemana-mana. Terkadang kebencian itu dihajan-hajankan sendiri. Makin ia hajan, makin sulit terpancar.Justru derita menghajan membuat ia sakit sendiri.Pikiran yang sakit akan menjalar kepada raga. Raga kehidupan dalam lunau kebencian sepantun dengan upaya membunuh diri sendiri.

Sakit yang paling susah mengobatinya adalah sakit dalam dendam yang tak kunjung sampai dan tak berkesudahan. Jangan harap kita akan mampu menyelesaikan sesuatu selagi di dada tertanam kuat kebencian abstrak yang menyiksa.

Beruntunglah orang-orang yang di dadanya tak sedikitpun tumbuh kuman kebencian yang memirusi dada dalam dendam yang liar.

Kalau ingin senang dan tenang, singkirkan benci berlebih itu. Obat penawar benci itu adalah ikhlas.

Kalau tak mampu ikhlas, diam! Tak perlu mengajak orang dalam kebencian yang sama. Merugilah orang-orang yang mati membawa benci.

Tidakkah kita tahu bahwa untuk melemahkan lawan, sulut kebenciannya. Siksa ia dengan kebencian-kebencian, di saat itu daya juang dan daya pikirnya akan tumpul dan lemah. Karena, benci adalah energi negatif. Sesuatu perbuatan negatif tak akan pernah menghasilkan sesuatu yang positif!

Bila ingin ditenggang, menengganglah!

Lalu belajarlah untuk bercakap-cakap dengan diri sendiri. Bila perlu, saling memaafkan. Keinginan memaafkan kebutuhan.Kebutuhan memaafkan keinginan. Hati dan pikiran harus saling menenggang. Tak boleh saling bersaing. Gila kita nanti.
Bila berada dalam keraguan. jangan percaya dengan keputusan yang lekas. Ajak "ia" sedikit "menepi" bukan untuk menyepi. Tapi, untuk "bersadar" diri.

Biasanya, sering benar akal bersemayam dalam sunyi!

Untuk itu, jangan terlalu membara memelihara dan menghidupkan benci-benci; terpanggang jiwa kau nanti !

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »