![]() |
Buya Yakmaluddin Bertindak Sebagai Khatib Idul Adha. |
BENTENGSUMBAR.COM - Sebagai Khatib Idul Adha di Mushalla Nurul Yaqin Surau Cangkeh, Tampat Durian, Kelurahan Koronggadang Kecamatan Kuranji, Senin, 12 September 2916, Buya Yakmaluddin dalam ceramahnya menegaskan, hewan kurban tidak boleh sakit dan cacat.
"Hewan yang dikurbankan adalah hewan yang bagus dan terbaik, tidak boleh cacat dan sakit. Agama Islam telah menjelaskan hukum-hukum tentang tata cara berkurban ini. Orang kaya yang tidak mau berkurban dilarang menghampiri tempat salat," tegasnya.
Ia menjelaskan, Allah SWT telah memberikan nikmat yang banyak kepada manusia. Jika nikmat itu dihitung, maka tak akan pernah bisa dihitung oleh seorang hamba. Manusia diperintahkan mendirikan salat dan berkurban sebagai pertanda mensyukuri nikmat tersebut.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus," ujarnya sembari mengutip surah al Kautsar.
Sejarah berkurban tak bisa dilepaskan dari cerita Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Ini terkait dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as. Kisah ini berawal dari kerisauan Nabi Ibrahim as yang setelah menikah dengan Sarah belum juga dikaruniai keturunan hingga akhirnya Sarah mengizinkan Nabi Ibrahim as untuk menikahi Siti Hajar.
Nabi Ibrahim as pun berdoa dan memohon kepada Allah agar beliau diberi kepercayaan untuk memiliki seorang putra dan Allah pun mengabulkan doanya hingga akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki dari kandungan Siti Hajar. Kehadiran Ismail membuat cemburu Sarah yang merasa Ibrahim as lebih sering berdekatan dengan Siti Hajar karena kelahiran Ismail hingga akhirnya dengan petunjuk Allah SWT, Nabi Ibrahim as membawa Siti Hajar dan Ismail ke tempat yang kini dikenal dengan kota Makkah yang pada saat itu hanya berupa gurun tandus tak berpenghuni dan meninggalkan mereka disana.
Hari berlalu dan tahun berganti akhirnya Nabi Ibrahim as kembali ke Makkah untuk menemui istri dan putranya tercinta. Betapa bahagianya beliau ketika melihat Ismail yang mulai tumbuh besar sehingga semakin menambah besar rasa kasih dan sayangnya kepada Ismail.
Namun di tengah-tengah rasa sukacitanya dapat berkumpul dengan putra terkasih tiba-tiba pada suatu saat Nabi Ibrahim as bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan belaka? demikian batinnya berkecamuk.
Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim as pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim as pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya.
"Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail dengan tegas menjawab: "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya," terang Buya Yakmaluddin.
Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim as pun tiba, dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim as pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.
"Namun apa yang terjadi? Parang yang sudah begitu tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismail. Tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim as pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk tidak meneruskan menyembelih Ismail dan digantikan oleh Allah dengan seekor hewan sembelihan yang besar (para ulama sepakat kalau hewan sembelihan yang dimaksud adalah sejenis kambing atau domba)," ungkapnya.
Dan kejadian ini menjadi asal mula disunnahkannya berkurban bagi umat Islam pada Hari Raya Idul Adha . Sungguh sebuah kisah yang sangat luar biasa yang barangkali tidak akan ada seorang pun dari kita yang sanggup menyamai kepasrahan, ketaatan, dan keimanan Nabi Ibrahim as sehingga kisah ini diabadikan dalam Al Quran.
"Berkurban tak mesti dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Penyembelihan hewan kurban dapat saja kita laksanakan pada hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dan pada hari-hari tasyrik itu diharamkan bagi umat Islam berpuasa. Hari raya Idul Adha merupakan hari raya terbesar dalam agama Islam, karena dirayakan tak hanya satu hari, tetapi tiga hari setelah itu," cakapnya.
Ia pun menjelaskan, satu ekor kambing dikurbankan untuk satu orang. Bukan untuk satu keluarga, sebagaimana fatwa baru-baru ini oleh seorang ulama. Sedangkan satu ekor sapi, boleh dikurbankan oleh beberapa orang, maksimal tujuh orang.
Ketua Mushalla Nurul Yaqin Muchlis Muchtar mengatakan, tahun ini hanya ada satu hewan kurban yang dipotong di mushalla tersebut. Kondisi perekonomian menyebabkan partisipasi jamaah rendah dalam berkurban. Untuk itu, ia berharap tahun depan akan ada uluran tangan dermawan untuk berkurban di Mushalla Nurul Yaqin ini. (by)
"Hewan yang dikurbankan adalah hewan yang bagus dan terbaik, tidak boleh cacat dan sakit. Agama Islam telah menjelaskan hukum-hukum tentang tata cara berkurban ini. Orang kaya yang tidak mau berkurban dilarang menghampiri tempat salat," tegasnya.
Ia menjelaskan, Allah SWT telah memberikan nikmat yang banyak kepada manusia. Jika nikmat itu dihitung, maka tak akan pernah bisa dihitung oleh seorang hamba. Manusia diperintahkan mendirikan salat dan berkurban sebagai pertanda mensyukuri nikmat tersebut.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus," ujarnya sembari mengutip surah al Kautsar.
Sejarah berkurban tak bisa dilepaskan dari cerita Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Ini terkait dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Nabi Ismail as. Kisah ini berawal dari kerisauan Nabi Ibrahim as yang setelah menikah dengan Sarah belum juga dikaruniai keturunan hingga akhirnya Sarah mengizinkan Nabi Ibrahim as untuk menikahi Siti Hajar.
Nabi Ibrahim as pun berdoa dan memohon kepada Allah agar beliau diberi kepercayaan untuk memiliki seorang putra dan Allah pun mengabulkan doanya hingga akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki dari kandungan Siti Hajar. Kehadiran Ismail membuat cemburu Sarah yang merasa Ibrahim as lebih sering berdekatan dengan Siti Hajar karena kelahiran Ismail hingga akhirnya dengan petunjuk Allah SWT, Nabi Ibrahim as membawa Siti Hajar dan Ismail ke tempat yang kini dikenal dengan kota Makkah yang pada saat itu hanya berupa gurun tandus tak berpenghuni dan meninggalkan mereka disana.
Hari berlalu dan tahun berganti akhirnya Nabi Ibrahim as kembali ke Makkah untuk menemui istri dan putranya tercinta. Betapa bahagianya beliau ketika melihat Ismail yang mulai tumbuh besar sehingga semakin menambah besar rasa kasih dan sayangnya kepada Ismail.
Namun di tengah-tengah rasa sukacitanya dapat berkumpul dengan putra terkasih tiba-tiba pada suatu saat Nabi Ibrahim as bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan belaka? demikian batinnya berkecamuk.
Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim as pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim as pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya.
"Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail dengan tegas menjawab: "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya," terang Buya Yakmaluddin.
Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim as pun tiba, dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim as pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.
"Namun apa yang terjadi? Parang yang sudah begitu tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismail. Tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim as pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk tidak meneruskan menyembelih Ismail dan digantikan oleh Allah dengan seekor hewan sembelihan yang besar (para ulama sepakat kalau hewan sembelihan yang dimaksud adalah sejenis kambing atau domba)," ungkapnya.
Dan kejadian ini menjadi asal mula disunnahkannya berkurban bagi umat Islam pada Hari Raya Idul Adha . Sungguh sebuah kisah yang sangat luar biasa yang barangkali tidak akan ada seorang pun dari kita yang sanggup menyamai kepasrahan, ketaatan, dan keimanan Nabi Ibrahim as sehingga kisah ini diabadikan dalam Al Quran.
"Berkurban tak mesti dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Penyembelihan hewan kurban dapat saja kita laksanakan pada hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Dan pada hari-hari tasyrik itu diharamkan bagi umat Islam berpuasa. Hari raya Idul Adha merupakan hari raya terbesar dalam agama Islam, karena dirayakan tak hanya satu hari, tetapi tiga hari setelah itu," cakapnya.
Ia pun menjelaskan, satu ekor kambing dikurbankan untuk satu orang. Bukan untuk satu keluarga, sebagaimana fatwa baru-baru ini oleh seorang ulama. Sedangkan satu ekor sapi, boleh dikurbankan oleh beberapa orang, maksimal tujuh orang.
Ketua Mushalla Nurul Yaqin Muchlis Muchtar mengatakan, tahun ini hanya ada satu hewan kurban yang dipotong di mushalla tersebut. Kondisi perekonomian menyebabkan partisipasi jamaah rendah dalam berkurban. Untuk itu, ia berharap tahun depan akan ada uluran tangan dermawan untuk berkurban di Mushalla Nurul Yaqin ini. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »